#01 Gaya Bahasa
1. Pengenalan Gaya Bahasa
1.1 Pengertian Gaya Bahasa
GAYA atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah.
Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Sebab itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Malahan nada yang tersirat di balik sebuah wacana termasuk pula persoalan gaya bahasa. Jadi jangkauan gaya bahasa sebenarnya sangat luas, tidak hanya mencakup unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika-retorika klasik.
Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Dengan menerima pengertian ini, maka kita dapat mengatakan,
"Cara berpakaiannya menarik perhatian orang banyak",
"Cara menulisnya lain dari pada kebanyakan orang",
"Cara jalannya lain dari yang lain",
yang memang sama artinya dengan
"gaya berpakaian",
"gaya menulis", dan
"gaya berjalan".
Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan padanya.
Akhirnya style atau gaya bahasa dapat di batasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
1.2. Sendi Gaya Bahasa
Syarat-syarat manakah yang diperlukan untuk membedakan suatu gaya bahasa yang baik dari gaya bahasa yang buruk? Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut : kejujuran, sopan-santun, dan menarik.
1.2.1. Kejujuran
Hidup manusia hanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi sesamanya, kalau hidup itu dilandaskan pada sendi-sendi kejujuran. Kejujuran adalah suatu pengorbanan, karena kadang-kadang ia meminta kita melaksanakan sesuatu yang tidak menyenangkan diri kita sendiri. Namun tidak ada jalan lain bagi mereka yang ingin jujur dan bertindak jujur. Bila orang hanya mencari kesenangan dengan mengabaikan segi kejujuran, maka akan timbullah hal-hal yang menjijikkan.
Kejujuran dalam bahasa berarti: kita mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kabur dan tak terarah, serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit, adalah jalan untuk mengundang ketidakjujuran. Pembicaraan atau penulis tidak menyampaikan isi pikirannya secara terus terang; ia seolah-olah menyembunyikan pikirannya itu di balik rangkaian kata-kata yang kabur dan jaringan kalimat yang berbelit-belit tak menentu. Ia hanya mengelabui pendengar atau pembaca dengan mempergunakan kata-kata yang kabur dan "hebat"; hanya agar bisa tampak lebih intelek atau lebih dalam pengetahuannya. Di pihak lain pemakaian bahasa yang berbelit-belit menandakan bahwa pembicara atau penulis tidak tahu apa yang dikatakannya. Ia mencoba menyembunyikan kekurangannya di balik berondongan kata-kata hampa.
Bahasa adalah alat untuk kita bertemu dan bergaul. Sebab itu, ia harus digunakan pula secara tepat dengan memperhatikan sendi kejujuran.
1.2.2. Sopan-santun
Yang dimaksud dengan sopan-santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Rasa hormat di sini tidak berarti memberikan penghargaan atau menciptakan kenikmatan melalui kata-kata, atau mempergunakan kata-kata yang manis sesuai dengan basa-basi dalam pergaulan masyarakat beradab. Bukan itu! Rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan.
Menyampaikan suatu secara jelas berarti
tidak membuat pembaca atau pendengar memeras keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis atau dikatakan. Di samping itu, pembaca atau pendengar tidak perlu membuang-buang waktu untuk mendengar atau membaca sesuatu secara panjang lebar, kalau hal itu bisa diungkapkan dalam beberapa rangkaian kata.
a. Kejelasan
Kejelasan dengan demikian akan diukur dalam beberapa butir kaidah berikut, yaitu:
1. Kejelasan dalam struktur gramatikal (tata bahasa) kata dan kalimat;
2. Kejelasan dalam hubungani fakta dengan yang diungkapkan melalui kata-kata atau kalimat tadi;
3. Kejelasan dalam pengurutan ide secara logis;
4. Kejelasan dalam penggunaan kiasan dan perbandingan.
b. Kesingkatan
Kesingkatan sering jauh lebih efektif dari pada jalinan yang berliku-liku. Kesingkatan dapat dicapai melalui usaha untuk:
1. Mempergunakan kata-kata secara efisien,
2. Meniadakan penggunaan dua kata atau lebih yang bersinonim secara longgar,
3. Menghindari tautologi; atau mengadakan repetisi yang tidak perlu.
Di antara kejelasan dan kesingkatan sebagai ukuran sopan- santun, syarat kejelasan masih jauh lebih penting dari pada syarat kesingkatan.
Artinya, bahwa tak mengapa jika dibutuhkan kalimat yang panjang, sejauh memang itulah yang dibutuhkan untuk memahaminya. Karena memahami sesuai apa yang dimaksud penulis adalah hal yang mesti diutamakan. Adapun kesingkatan, memang juga dibutuhkan agar kalimat tak berbelit-belit. Namun, tak ada gunanya jika kalimat-kalimatnya singkat tetapi tidak dimengerti pembaca atau pendengar.
Bahkan, ada kalimat yang menyatakan,
“Barang siapa tak mampu menjelaskan suatu hal dengan sederhana, maka sejatinya ia tak menguasai hal tersebut.”
Maksudnya tentu jelas dan singkat.
1.2.3. Menarik
Kejujuran, kejelasan, serta kesingkatan harus merupakan langkah dasar dan langkah awal. Bila seluruh gaya bahasa hanya mengandalkan kedua (atau ketiga) kaidah tersebut di atas, maka bahasa yang digunakan masih terasa tawar, tidak menarik. Sebab itu, sebuah gaya bahasa harus pula menarik. Sebuah gaya yang menarik dapat di ukur melalui beberapa komponen berikut :
1. Variasi, penggunaan variasi akan menghindari monotoni dalam nada, struktur, dan pilihan kata. Untuk itu, seorang penulis perlu memiliki kekayaan dalam kosa kata, memiliki kemauan untuk mengubah panjang-pendeknya kalimat, dan struktur-struktur morfologis.
2. Humor yang sehat, humor yang sehat berarti: gaya bahasa itu mengandung tenaga untuk menciptakan rasa gembira dan nikmat.
3. Pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi). Vitalitas dan daya khayal adalah pembawaan yang berangsur-angsur dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman.
1.3. Jenis-jenis Gaya Bahasa
Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandangan. Oleh sebab itu, sulit diperoleh kata sepakat mengenai suatu pembagian yang bersifat menyeluruh dan dapat diterima oleh semua pihak. Pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat tentang gaya bahasa sejauh ini sekurang-kurangnya dapat dibedakan, pertama, dilihat dari segi nonbahasa, dan kedua dilihat dari segi bahasanya sendiri. Untuk melihat gaya secara luas, maka pembagian berdasarkan masalah nonbahasa tetap diperlukan. Tetapi untuk memberi kemampuan dan keterampilan, maka uraian mengenai gaya dilihat dari aspek kebahasaan akan lebih diperlukan.
1.3.1. Segi Nonbahasa
Pada dasarnya style dapat dibagi atas tujuh pokok sebagai berikut :
1. Berdasarkan pengarang: gaya yang disebut sesuai dengan nama pengarang dikenal berdasarkan ciri pengenal yang digunakan pengarang atau penulis dalam karangannya. Pengarang yang kuat dapat mempengaruhi orang-orang sejamannya, atau pengikut-pengikutnya, sehingga dapat membentuk sebuah aliran. Kita mengenal gaya Chairil Anwar, gaya Takdir (Sutan Takdir Alisyahbana), gaya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), dan sebagainya.
2. Berdasarkan Masa: gaya bahasa yang didasarkan pada masa dikenal karena ciri-ciri tertentu yang berlangsung dalam suatu kurun waktu tertentu. Misalnya ada gaya lama, gaya klasik, gaya sastra moderen, dan sebagainya.
3. Berdasarkan Medium: yang dimaksud dengan medium adalah bahasa dalam arti alat komunikasi. Tiap bahasa, karena struktur dan situasi sosial pemakainya, dapat memiliki corak tersendiri. Sebuah karya yang ditulis dalam bahasa Jerman akan memiliki gaya yang berlainan, bila ditulis dalam bahasa Indonesia, Prancis, atau Jepang. Dengan demikian kita mengenal gaya Jerman, Inggris, Prancis, Indonesia, dan sebagainya.
4. Berdasarkan Subjek: subjek yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah karangan dapat mempengaruhi pula gaya bahasa sebuah karangan. Berdasarkan hal ini kita mengenal gaya : ilmiah (hukum, teknik, sastra, dan sebagainya), populer, didaktik, dan sebagainya.
5. Berdasarkan Tempat: gaya ini mendapat namanya dari lokasi geografis, karena ciri-ciri kedaerahan mempengaruhi ungkapan atau ekspresi bahasanya. Ada gaya Jakarta, gaya Jogya, ada gaya Medan, Ujung Pandang, dan sebagainya.
6. Berdasarkan Hadirin: seperti halnya dengan subjek, maka hadirin atau jenisnya pembaca juga mempengaruhi gaya yang dipergunakan seorang pengarang. Ada gaya populer atau gaya demagog yang cocok untuk rakyat banyak. Ada gaya sopan yang cocok untuk lingkungan yang terhormat. Ada pula gaya intim (familiar) yang cocok untuk lingkungan keluarga atau untuk orang yang akrab.
7. Berdasarkan Tujuan: gaya berdasarkan tujuan memperoleh namanya dari maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang, dimana pengarang ingin mencurahkan gejolak emotifnya. Ada gaya sentimetal, ada gaya sarkastik, gaya diplomatis, gaya agung atau luhur, gaya teknis atau informasional, dan ada gaya humor.
Analisa atas sebuah karangan dapat dilihat dari ketujuh macam jenis gaya tersebut di atas.
1.3.2. Segi Bahasa
Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu :
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata.
2. Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana.
3. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat.
4. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.
***
Tugas Latihan
Petunjuk umum dalam menjawab semua tugas latihan:
- Tujuan pengerjaan tugas-tugas latihan adalah agar materi yang telah diajarkan lebih memberi atsar pada kalbu/pikiran. Lebih dari itu, hal itu juga melatih keterampilan “membaca” lalu menuangkannya ke dalam tulisan jawaban tugas latihan, tanpa melihat pada buku materi. Oleh sebab itu dianjurkan ketika menjawab;
a. Pertama membaca jawaban yang ada pada materi;
b. lalu menutup postingan materi,
c. dan menjawab sesuai yang dipahami dan diingat setelah membacanya.
- Jangan malas menjawab, karena materi ini lebih mengutamakan untuk mendapatkan keterampilan praktek daripada sekedar pengetahuan teori belaka.
- Tata cara penulisan kata tidak boleh disingkat seperti; dsb, dll, dgn , yg, dan banyak lagi
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Sebutkan batasan Gaya Bahasa yang sudah diterangkan pada materi di atas!
2. Sebutkan 3 sendi /syarat/unsur yang membedakan antara gaya bahasa yang baik dengan gaya bahasa yang buruk! Jelaskan secara singkat masing-masing syarat tersebut!
3. Sebutkan 7 pembagian gaya bahasa ditinjau dari segi nonbahasa beserta contoh-contohnya!
4. Sebutkan 4 macam gaya bahasa ditinjau dari segi bahasa!
Posting Komentar untuk "#01 Gaya Bahasa"