Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

#09 Ketegangan itu Asyik dan Nikmat

            Dari penjelasan tentang Narasi, bahwa ciri yang menyolok dan yang membedakan Narasi (baca: Narasi sempurna) adalah adanya konflik. Dan, telah dijelaskan sebelumnya Narasi disukai orang karena nikmat dan asyik dibaca dan menjadi hiburan bagi mereka. 

            Mengapa hal-hal yang bersifat konflik justru digemari, nikmat, asyik dibaca dan menjadi hiburan?
            Cobalah kita seolah-olah di dalam mesin waktu yang mampu melontarkan diri kita kepada masa lampau, masa kanak-kanak. Masihkah kita ingat permainan anak “ci-luk-ba”? Ingat khan? Ada sekelompok komunitas pengajian mengubah namanya menjadi “a-lif-ba'”. Baiklah, kita ikuti saja nama tersebut. Permainan itu tentu kita telah mengetahui detailnya, tapi kita coba rincikan kembali:

Seorang dewasa menutup wajahnya dari pandangan anak kecil balita selama beberapa detik, lantas memberi suatu kejutan canda pada sang anak kecil balita dengan menampakkan wajahnya kembali secara tiba-tiba. Inilah bentuk pertamakali bagi si kecil kenikmatan-mengetahui. Anak kecil mendapatkan pengetahuan dan merasa gembira bercampur geli dan tertawa terpingkal-pingkal. Kesenangan yang menggelitik itu didapatkannya setelah ada perasaan tegang sebelumnya. Terlihat dalam proses menunggu tersebut wajahnya sedikit stres. Di dalamnya ada pengetahuan dan kenikmatan secara simultan. Ada hal yang penting (kognitif) bersamaan dengan hal yang menyenangkan (afektif).

            Sehingga a-lif-ba! merupakan struktur yang dapat kita bagi menjadi tiga bagian:

1. Pengenalan (-a-): anak kecil balita melihat wajah orang dewasa sebelum ditutup.

2. Ketegangan – Klimaks (-lif-): ketegangan terjadi dengan ditutupnya wajah orang dewasa, anak kecil balita merasa kehilangan.

3. Klimaks – Resolusi (-ba!-): anak kecil balita mendapatkan kembali wajah orang dewasa yang sebelumnya tersembunyi.

            Struktur a-lif-ba! mengandung pola yang paling dasar pada Narasi Sempurna yang selanjutnya akan kita sebut saja dengan Narasi saja. Telah kita ketahui pula pada Pola Narasi terdiri dari 3 bagian juga : 

1. Bagian Awal: deskripsi latar waktu, tempat dan memperkenalkan tokoh-tokoh,

2. Bagian Tengah: mulai muncul komplikasi, tikaian atau keruwetan yang akhirnya menjurus ke konflik,

3. Bagian akhir: setelah klimaks, kemudian tenang kembali.

            Wow, mirip sekali dengan struktur a-lif-ba!

            Dari sini dapat kita simpulkan bahwa ketegangan itu suatu kenikmatan menuju klimaks ketika diakhiri atau mereda dengan resolusi ketenangan.

            Nah, disinilah letaknya mengapa orang-orang suka dan menggemari Narasi yang selalu dalam pola ceritanya terdapat ketegangan menuju konflik. Yaitu dikarenakan ketegangan itu nikmat dan asyik.

            Apakah yang membedakan sebuah kisah nyata tanpa pola narasi dengan kisah nyata dengan pola narasi atau struktur a-lif-ba!? Ya, tentu kisah nyata dengan pola narasi lebih unggul dari pada kisah nyata biasa dalam hal kenikmatan untuk dibaca, sekaligus sebagai hiburan. Dan, itu akan menjadi suatu karya kreatif. Lebih dari itu karya tersebut mengandung makna tersirat, berisi amanat pemikiran atau opini yang mampu merasuk ke sanubari para pembacanya tanpa disadari.

            Jika tidak lebih nikmat dibaca untuk apa dia disebut karya kreatif? 

            Orang membaca berita karena kebenaran faktual saja, akan tetapi orang membaca kisah nyata dengan pola narasi sebab mereka ingin menikmati dan mendapat hiburan sekaligus ingin mendapatkan kebenaran faktual. Unsur kenikmatan ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan, karena jika orang-orang suka, kemungkinan besar kisah nyata yang kita buat akan dibaca oleh banyak orang. Bahkan, kini beritapun semakin mencari sensasi, semakin menawarkan kedalaman. (lihat New Journalism atau Jurnalisme Sastra akan dijelaskan pada kesempatan yang akan datang).

            Dan, sebetulnya struktur dan pola seperti ini ada dimana-mana dalam kehidupan kita. Allah Subhana wa ta'ala menguji kita dengan ujian, musibah, sakit dan kesempitan, ujungnya pasti kemudahan, kelonggaran selesainya ujian, kebahagiaan dan lega. Kita tak akan bisa merasakan kebahagiaan tanpa merasa kesempitan lebih dahulu.

         Kebahagiaan hanyalah perbedaan kondisi dari tak nyaman menuju nyaman.

         Pola ini pun ada dalam permainan yang zalim yang kita sebut prank. Mirip dengan ci-luk-ba. Ci-luk-ba sejatinya ngeprank anak kecil, khan. Pertama, objek dibuat galau, gak jelas, terasa sempit dan tak nyaman, lalu ujungnya solusi tertawa, dan bahagia.

***

www.sketsarumah.com
www.sketsarumah.com Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.

Posting Komentar untuk "#09 Ketegangan itu Asyik dan Nikmat"

Menjadi Penulis Terampil
Hanya dari kebiasaan menulis sederhana
Motivasi Menulis

Gimana nih! memulai menulis

Motivasi Menulis
Kejutan dulu,
lalu Keteraturan

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kalimat

Motivasi Menulis

Merekam objek ide tulisan

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kata

Motivasi Menulis
Agar Menulis
tidak Lumpuh

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

menulis.sketsarumah.com
Seputar #sejarahislam #biografi #salafushshalih #caramenulis #deskripsi , #eksposisi , #artikel , #essay , #feature , #ceritanyata , #cerpen nonfiksi , #novel nonfiksi , #kisah inspiratif , #biografi inspiratif di studio www.sketsarumah.com.

Ikuti yuk!
Telegram: t.me/menulissketsarumah_com
Twitter: twitter.com/menulisketsarmh

Simpan yuk!
WhatsApp: wa.me/+6285100138746 dengan nama: www.sketsarumah.com