Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

#02 Gaya Bahasa berdasarkan Pilihan Kata

 2. Gaya Bahasa berdasarkan Pilihan Kata 

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.

Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan: gaya bahasa resmi (maksudnya, bukan bahasa resmi), gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan. Gaya bahasa dalam tingkatan bahasa nonstandar tidak akan dibicarakan di sini, karena tidak akan berguna dalam tulisan-tulisan ilmiah atau ilmiah populer.

Perbedaan antara gaya bahasa resmi dan tak resmi sebenarnya bersifat relatif. Antara kedua ekstrim ini masih terdapat bermacam-macam perbedaan warna yang berturut-turut akan masih mengandung unsur-unsur dari gaya sebelumnya, tetapi sementara itu sudah mengandung juga unsur-unsur dari gaya tingkat berikutnya. Dengan demikian perbedaan unsur-unsur di tengah-tengah sukar dibatasi.

2.1. Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. 

  • Amanat kepresidenan, 
  • berita negara, 
  • khotbah-khotbah mimbar, 
  • tajuk rencana, 
  • pidato-pidato yang penting, 
  • artikel-artikel yang serius atau 
  • esei yang memuat subjek-subjek yang penting, 
        semuanya dibawakan dengan gaya bahasa resmi.

Sebab itu, gaya bahasa resmi pertama-tama adalah bahasa dengan gaya tulisan dalam tingkat tertinggi, walaupun sering dipergunakan juga dalam pidato-pidato umum yang bersifat seremonial. Contoh berikut memperlihatkan jenis gaya bahasa ini:

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ini ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kepada pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah yang mahakuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan  perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Contoh di atas adalah suatu gaya bahasa resmi, diambil dari Mukadimah UUD ’45. Dapat dikatakan bahwa nadanya bersifat mulia dan serius. Kecenderungan kalimatnya adalah panjang-panjang dan biasanya mempergunakan inversi. Tata bahasanya lebih bersifat konservatif dan sering sintaksisnya agak kompleks. Gaya ini memanfaatkan secara maksimal segala perbendaharaan kata yang ada, dan memilih kata-kata yang tidak membingungkan.

Jadi di sini gaya bahasa resmi tidak semata-mata mendasarkan dirinya pada perbendaharaan kata saja, tetapi juga mempergunakan atau memanfaatkan bidang-bidang bahasa lain: nada, tata bahasa, dan tata kalimat. Namun unsur yang paling penting adalah pilihan kata, yang semuanya diambil dari bahasa standar yang terpilih.


2.2. Gaya Bahasa Tak Resmi

Gaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Bentuknya tidak terlalu konservatif. Gaya ini biasanya dipergunakan dalam 

  • karya-karya tulis, 
  • buku-buku pegangan, 
  • artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, 
  • dalam perkuliahan, 
  • editorial, 
  • kolumnis, 
  • dan sebagainya. 
        Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar.

Menurut sifatnya, gaya bahasa tak resmi ini dapat juga memperlihatkan suatu jangka variasi, mulai dari bentuk informal yang paling tinggi (yang sudah bercampur dan mendekati gaya resmi) hingga gaya bahasa tak resmi yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa percakapan kaum terpelajar. Berikut ini adalah sebuah contoh gaya bahasa tak resmi:

Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah peristiwa nasional, yang mengandung benih nasionalisme. Sumpah Pemuda dicetuskan pada zaman penjajahan. Nasionalisme pada zaman penjajahan mempunyai watak khusus yakni anti penjajahan. Peringatan kepada Sumpah Pemuda sewajarnya berupa usaha merealisasikan gagasan-gagasan Sumpah Pemuda.

Generasi tahun 1928 adalah generasi pencetus Sumpah Pemuda yang berjuang demi keinginan bernegara. Generasi tahun 1945 berjuang untuk melaksanakan gagasan kemerdekaan. Generasi tahun 1966 adalah generasi pembina dan pengembang nilai-nilai nasional.

Tiap generasi mempunyai panggilan masing-masing sesuai dengan zamannya. Generasi pencetus dan generasi pelaksana telah menunaikan tugasnya dengan baik. Yang pertama berhasil menciptakan semangat keinginan bernegara; yang kedua berhasil menciptakan negara merdeka. Generasi pembina masih dalam ujian. Belum diketahui sampai di mana kemampuannya untuk membina dan mengembangkan warisan situasi yang diterima dari angkatan pelaksana. Apakah mereka itu mampu membina dan mengembangkan warisan situasi yang telah diterima; apakah mereka itu mampu membina dan mengagungkan nilai-nilai nasional sesuai dengan martabat yang merdeka, masih harus dibuktikan.

Sebagai tampak dalam kutipan di atas, nada gaya bahasa tak resmi lebih santai serta pilihan kata-katanya lebih sederhana. Kalimatnya lebih singkat, efek keseluruhan kurang luhur bila dibandingkan dengan gaya bahasa resmi.

Bagaimanapun juga, tidak boleh disimpulkan bahwa tulisan-tulisan dengan gaya bahasa resmi lebih bagus dari tulisan-tulisan dengan gaya tak resmi, atau sebaliknya. Secara ideal gaya yang dipergunakan oleh tiap penulis harus serasi dengan situasi dan topiknya, serta di pihak lain harus diperhitungkan pula dengan kemampuan pembaca atau pendengar. Bagi pendengar atau pembaca tertentu gaya dan kelincahan bahasa resmi lebih menarik. Tetapi bagi pendengar atau pembaca yang lain dalam situasi yang sama, lebih diinginkan kejelasan dan kemudahan untuk menangkap maknanya.

Singkatnya, gaya bahasa resmi dan tak resmi dapat dibandingkan sebagai berikut. Gaya bahasa resmi dapat diumpamakan sebagai pakaian resmi, pakaian upacara, sedangkan gaya bahasa tak resmi adalah bahasa dalam pakaian kerja, yaitu berpakaian secara baik, berpakaian secara konvensional, cermat, tetapi untuk keperluan sehari-hari, bukan untuk pesta atau perstiwa resmi.


2.3. Gaya Bahasa Percakapan

Sejalan dengan kata-kata percakapan, terdapat juga gaya bahasa percakapan. Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Namun di sini harus ditambahkan segi-segi morfologis dan sintaksis, yang secara bersama-sama membentuk gaya bahasa percakapan ini. Biasanya segi-segi  sintaksis tidak terlalu diperhatikan, demikian pula segi-segi morfologis yang biasa diabaikan sering dihilangkan. Kalau dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi, maka gaya bahasa percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan tak resmi.

Berikut ini dikemukakan sebuah contoh dari suatu diskusi yang direkam dengan alat perekam dalam Seminar Bahasa Indonesia tahun 1966 di Jakarta:

Pertanyaan yang pertama, di sini memang sengaja saya tidak membedakan antara istilah jenis kata atau word classes atau parts of speech. Jadi ketiganya saya artikan sama di sini. Maksud saya ialah kelas-kelas kata, jadi penggolongan kata, dan hal itu tergantung kepada dari mana kita melihat dan dasar apa yang kita pakai untuk menggolongkan. Jadi misalnya kalau kita memakai dasar arti, andaikata misalnya, maka kata itu tentu saja dapat kita bedakan jadi dua: arti yang dalam arti yang sangat tua, jadi misalnya rumah di sini saya katakan berkonsep. Tetapi berbeda dengan kata bahwa. Tentu saja menurut pengertian arti sekarang semuanya itu mempunyai arti. Tapi berdasarkan konsep yang dikandung di dalam kata-kata itu, maka yang pertama tadi berkonsep dan yang kedua seperti bahwa atau yang tentu tidak berkonsep. Itu hanya sebagai contoh saja. Jadi kita dapat memandang dari sini atau dari sini, atau dari sini, seperti kalau kita menggolongkan manusia misalnya. Dapat kita lihat, ya, kita menggolongkan orang berdasarkan ukuran panjang dan lebarnya, panjang lebarnya. Yang panjang sekian masuk golongan ini; yang lebarnya sekian masuk golongan ini, golongan ini. Dan dapat juga kita menggolongkan orang ke dalam karakternya, misalnya: primer, dan sekunder, dan seterusnya. Jadi tentu saja seorang dengan seorang yang lain mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap penggolongan terhadap manusia, demikian juga di sini mengenai kata. Itu mengenai pertanyaan pertama......

Bahasa kutipan di atas adalah bahasa standar, tetapi berbeda dengan kutipan sebelumnya mengenai gaya bahasa resmi dan tak resmi. Dalam bahasa percakapan, terdapat banyak konstruksi yang dipergunakan oleh orang-orang terpelajar, tetapi tidak pernah digunakan bila ia harus menulis sesuatu. Kalimat-kalimatnya singkat dan bersifat fragmenter; sering kalimat-kalimat yang singkat itu terdengar seolah-olah tidak dipisahkan oleh perhentian-perhentian final, seakan-akan disambung terus-menerus.

***

Tugas Latihan

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini di buku tulis/kertas jawaban!

1. Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Resmi!

2. Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Tak Resmi!

3. Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Percakapan!

www.sketsarumah.com
www.sketsarumah.com Mendesain kebiasaan BELAJAR ilmu syar'i dengan MENULISkannya, diretas bersama teman setia kopi di studio sketsarumah.com.

Posting Komentar untuk "#02 Gaya Bahasa berdasarkan Pilihan Kata"

Menjadi Penulis Terampil
Hanya dari kebiasaan menulis sederhana
Motivasi Menulis

Gimana nih! memulai menulis

Motivasi Menulis
Kejutan dulu,
lalu Keteraturan

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kalimat

Motivasi Menulis

Merekam objek ide tulisan

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kata

Motivasi Menulis
Agar Menulis
tidak Lumpuh

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

menulis.sketsarumah.com
Seputar #sejarahislam #biografi #salafushshalih #caramenulis #deskripsi , #eksposisi , #artikel , #essay , #feature , #ceritanyata , #cerpen nonfiksi , #novel nonfiksi , #kisah inspiratif , #biografi inspiratif di studio www.sketsarumah.com.

Ikuti yuk!
Telegram: t.me/menulissketsarumah_com
Twitter: twitter.com/menulisketsarmh

Simpan yuk!
WhatsApp: wa.me/+6285100138746 dengan nama: www.sketsarumah.com