#20 Lead Sang Umpan
Paragraf pertama merupakan paragraf “menyolok mata” (eye-catching) pada penulisan Artikel yang baik. Paragraf tersebut telah kita kenal sebelum bab ini dengan nama Lead. Mencoba untuk menangkap minat pembaca tanpa Lead yang bagus sama saja bagaikan mengail ikan tanpa umpan. Setiap penulis musti sadar akan pentingnya Lead.
Lead untuk Artikel mempunyai dua bidikan utama:
- Menarik minat pembaca agar terpancing membaca artikel.
- Membuka jalan alur artikel.
Banyak pilihan jenis Lead. Ada yang untuk menyentak pembaca, sebagian untuk menggelitik rasa ingin tahu pembaca, dan yang lain lagi untuk mengaduk imajinasi pembaca. Dan masih ada yang lain, yaitu Lead untuk memberitahu pembaca ringkasan artikel, dan sebagainya.
Untuk memudahkan dalam memilih Lead, tampaknya perlu diketahui berbagai jenis Lead, beserta contohnya.
Lead Ringkasan (Summary Lead)
Lead ini sama dengan yang dipakai dalam penulisan "berita keras". Yang ditulis hanya inti artikelnya, lalu berakibat terserah pembaca apakah masih cukup berminat membaca kelanjutannya, atau tidak sama sekali.
Lead ringkasan ini sering dipakai bila penulis mempunyai persoalan yang kuat dan menarik, dan akan “laku dengan sendirinya”. Karena Lead ini mudah ditulis, banyak penulis langsung memilihnya bila dikejar deadline, atau ketika ia bingung untuk mencari Lead yang baik.
Beberapa contoh Lead ringkasan:
- Ini satu lagi kasus peninggalan seorang Sufi: Masjid Banglewali, New Delhi, India.
- Ada sosok kedua di rumah tangga, membuat sewot istri pertama yang bikin pusing suami.
Dari dua contoh di atas jelas, bahwa yang akan diungkapkan dalam artikel telah tertulis dalam Lead. Pembaca akan mengetahui, setelah membaca Lead.
Kata "kasus" dalam contoh pertama menunjukkan bahwa artikel yang akan disampaikan adalah tentang ketidakberesan di Masjid Banglewali, New Delhi, India.
Sedangkan pada Lead yang kedua sudah bisa ditebak, yang akan disingkap adalah hadirnya orang ketiga: istri kedua, dan bagaimana kiat-kiatnya sesuai Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjalankan rumah tangganya.
Kedua tema itu umumnya dianggap cukup kuat menarik minat pembaca. Yang pertama, masalah ketidakberesan suatu kelompok yang menyimpang, dan yang kedua, masalah yang bisa menimpa hampir tiap rumah tangga dengan kehadiran orang ketiga.
Lead Bercerita (Narrative Lead)
Lead ini, yang digemari penulis feature dalam bentuk cerita nyata, menarik pembaca dan membenamkannya. Tekniknya adalah dengan menciptakan suasana dan membiarkan pembaca menjadi tokoh utama. Bisa dengan cara membuat kekosongan yang lalu secara imajiner akan diisi oleh pembaca, atau dengan membiarkan pembaca mengidentifikasikan dirinya di tengah peristiwa.
Hasilnya berupa teknik seperti misalnya, apakah pembaca merasa haus ketika seolah-olah menyaksikan seorang yang kehausan di tengah padang pasir? Atau apakah pembaca gemetar bila seakan-akan menyaksikan suatu bencana alam? Dan sebagainya.
Lead semacam ini sangat efektif untuk feature petualangan. Misalkan, seorang penulis melaporkan suasana di sudut sebuah rumah di Bosnia Herzegovina, yang sedang dilanda peperangan:
Kami makan anggur kematian dan anggur itu leza. Berair, biru kehitaman, manis dan asam. Mereka menggantungkan setandan anggur masak di beranda belakang rumah milik muslim yang istrinya belum lama tewas oleh bom orang Serbia. Ini senja di Bosnia, langit sama biru tuanya dengan anggur-anggur itu.
Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Jakarta: Tempo Publishing, 2017
Penulis rubrik kriminalitas sering memakai Lead bercerita dalam feature untuk mendeskripsikan peristiwa kejahatan:
Hari itu, ada lima mayat yang hangus terpanggang. Sesosok mayat laki-laki dewasa dan tiga anaknya berserakan di sana-sini dengan tubuh rusak bekas dibantai. Pemandangan itu ditemukan penduduk di puing sebuah gubuk yang hangus terbakar.
Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Jakarta: Tempo Publishing, 2017
Lead feature lainnya tertulis begini:
Toha gelagapan. Ia seperti menghirup ruang hampa. Sebisanya ia mengisap corong udara di hidungnya. Tapi sia-sia. Tabung oksigen di punggungnya ternyata sudah kosong. Ia panik. Permukaan laut masih puluhan depa di atasnya.
Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Jakarta: Tempo Publishing, 2017
Lead ini mempunyai kelebihan, karena sanggup menggaet lebih efektif pembaca dari pada Lead jenis lainnya. Begitu pembaca mengidentifikasikan dirinya dengan atau menjadi tokoh ceritanya, ia pasti dengan sendirinya telah tersasar.
Namun, tetap ada kekurangannya. Tak semua cerita bisa cocok diberi Lead seperti itu. Penulis yang mencoba memaksakan Lead macam ini akan menghasilkan Lead yang tak wajar, atau bahkan Lead tersebut akan merusakkan cerita feature itu sendiri.
Lead Deskriptif (Descriptive Lead)
Lead deskriptif bisa menciptakan gambaran dalam imajinasi pembaca tentang seorang tokoh atau suatu tempat kejadian. Lead ini pas untuk berbagai feature dan disukai penulis yang menulis profil pribadi.
Lead naratif (bercerita) meletakkan pembaca di tengah adegan atau kejadian dalam cerita, sedangkan Lead deskriptif seolah-olah menempatkan pembaca beberapa meter di luarnya, dalam posisi menonton, mendengar, mencium baunya, dan merasakan pada permukaan kulitnya (indranya).
Pemakaian ajektif (kata sifat) yang tepat adalah kunci untuk Lead deskriptif.
Seorang penulis yang piawai mampu membuat tokohnya "hidup", seakan-akan muncul di tengah media cetakan yang dipegang pembaca. Penulis sering mencoba memfokuskan perhatiannya pada satu unsur yang paling menyolok dari sosok dan penampilan tokohnya untuk diilustrasikan:
Wajah Black Pungo sama sekali tak mengesankan bahwa ia seorang bajak laut. Ia berpembawaan halus, sopan, dan ramah.
Pada umumnya pembaca merasakan, Lead itu mendebarkan. Pembaca akan terpaksa menerima kehadiran seseorang yang berperangai halus, padahal ia bajak laut yang ganas.
Tokoh untuk Lead ini tidak harus manusia. Objek tak berjiwa pun bisa mempunyai "personalitas" yang bisa ditangkap secara efektif oleh pembaca dari sebuah Lead deskriptif yang baik, yaitu dengan teknik gaya bahasa personifikasi ataupun metafora:
Laksana tarian di langit, asap membubung di atas Pasar Tanah Abang yang membara terpanggang api.
Suatu Lead deskriptif bisa juga menampilkan tokohnya dalam perwatakan yang menarik, dengan cara menggambarkan sebuah latar yang tepat:
Bola mata Aisyah berkaca-kaca ketika mengintip anaknya, Ahmad, yang sedang muroja’ah Al Qur’an sore itu. Dari balik kaca jendela masjid, ia melihat Ahmad begitu khusyu, duduk di teras masjid sembari memandang semburat jingga sinar mentari nyaris terbenam.
Menyadari bahwa sangat mudah dan indah untuk membuat Lead deskriptif, maka tidak mengherankan jika banyak penulis yang terpikat oleh Lead jenis ini.
Lead Kutipan (Quotation Lead)
Kutipan yang dalam dan ringkas bisa membuat Lead menarik, terutama bila yang dikutip perkataan orang yang terkenal. Kutipan harus bisa mengekspresikan watak si pembicara. Dan, ingat pula, Lead harus menyiapkan pentas bagi bagian berikutnya dari tulisan kita, sehingga kutipannya pun harus memusatkan diri pada sifat artikel atau feature tersebut.
Berikut sebuah contoh Lead kutipan:
"Tangkap hidup atau mati."
Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Jakarta: Tempo Publishing, 2017
Kutipan keras itu diucapkan seorang Kapolri Letnan Jendral.
Umumnya pembaca akan langsung terpancing, ingin mengetahui bagaimana nasib orang yang telah dipastikan harus ditangkap hidup atau mati itu.
Kekurangan Lead semacam ini adalah bahwa kutipan yang dipilih bisa keluar dari isi tulisan, bila tekanan pokok diletakkan kepada kutipan itu saja. Misalnya,
Penulis mewancarai seorang tukang ojek tentang rencana pembangunan kawasan Kota, Jakarta Pusat. Mungkin ia mengeluh tentang rencana yang bakal menutup rezekinya itu dan berkata,
"Kawasan Kota mau ditutup sampai Pelabuhan Sunda Kelapa? Wuih ..."
Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Jakarta: Tempo Publishing, 2017
Kutipan itu memang mampu menarik perhatian, sehingga seorang penulis mungkin memakainya sebagai Lead. Namun, kutipan itu tidak secara tepat menggambarkan keseluruhan perasaan si tukang ojek. Bila penulis tak sanggup memberikan penjelasan pada pembaca kapan kutipan itu diucapkan, dan dalam kondisi bagaimana. Jangan-jangan kutipan itu memang tak ada kaitan langsung dengan isi tulisan.
Lead Bertanya (Question Lead)
Lead ini efektif bila berhasil menantang pengetahuan atau rasa ingin tahu pembaca. Dan, sering Lead ini dipakai oleh penulis yang tak berhasil mengimajinasikan Lead yang diinginkan. Lead ini enteng ditulis, tetapi jarang membuahkan hasil terbaik.
Dalam banyak hal, Lead ini cuma taktik. Penulis yang menggunakan Lead ini sadar bahwa ada pembaca yang sudah tahu jawabannya, ada yang belum. Yang dimaui oleh Lead ini ialah rasa ingin tahu pembaca yang belum tahu, dan mustinya akan terus ingin membaca artikel tersebut. Sedangkan, yang sudah tahu akan dibuat ragu apakah pengetahuannya sesuai dengan informasi penulis sampaikan.
Banyak editor enggan memakai Lead ini karena pembaca sering dibuat jengkel oleh jebakannya. Dengan demikian, biasanya, Lead naratif atau Lead deskriptif lebih disukai.
Walaupunpun demikian, tidak berarti Lead bertanya lebih rendah kwalitasnya dari pada yang lain. Kadang-kadang ada feature atau artikel yang bisa diberi Lead bertanya secara wajar. Seorang penulis yang menulis feature tentang pendapatan seorang pengusaha dibanding seorang presiden yang terkenal akan kekuasaannya, bisa menulis begini:
Berapa gaji Presiden Soeharto sekarang?
Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Jakarta: Tempo Publishing, 2017
Seperti juga Lead yang lain, Lead bertanya hanya bisa efektif bila materinya memang secara wajar semestinya diberi pertanyaan.
Contoh lain:
Apa yang membuat sekelompok orang ngotot, menolak pindah, meski gubuk tempat mereka tinggal terus dirayapi oleh air yang menggenang?
Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Jakarta: Tempo Publishing, 2017
Lead Menuding Langsung (Direct Address Lead)
Bila penulis berdialog langsung dengan pembaca, ini disebut Lead menunjuk langsung. Ciri-ciri Lead ini adalah ditemukannya kata "Anda", yang disisipkan pada paragraf pertama atau di paragraf lainnya.
Kelebihannya jelas. Pembaca terkadang tidak secara sukarela menjadi bagian tulisan. Kalimat-kalimatnya melibatkan pembaca secara pribadi dalam tulisan tersebut, tak disukainya. Maka, misalkan seorang penulis mangkal di kantor imigrasi, dan menemukan kesalahan cekal terhadap seseorang yang tak bersalah. Penulis mungkin membuat Lead seperti berikut:
Bila Anda punya nama "pasaran", berhati-hatilah. Bisa-bisa Anda kena cekal, tak boleh pergi ke luar negeri.
Lead seperti itu langsung melibatkan pembaca secara pribadi, rasa ingin tahu mereka sebagai manusia disinggung, jangan-jangan namanya atau nama keluarga dekat atau teman dekatnya tergolong nama pasaran.
Ada Lead lain lagi yang menuding dan secara langsung mampu menyeret pembaca ke dalam persoalan dan membawanya membaca tulisan secara keseluruhan, jika memang hal itu terjadi pada dirinya.
Bila harus memilih antara diet karbohidrat atau gagal ginjal akibat komplikasi diabetes, tentu Anda memilih yang pertama.
Yang perlu diperhatikan, membuat Lead yang menuding langsung seperti contoh di atas memerlukan pengetahuan yang akurat dan imajinasi yang kuat. Sebab, ada yang dikhawatirkan di sini, salah-salah penulis membuat Lead yang cenderung sok tahu dan amatir. Misalkan:
Kalau (Anda) ingin hidup nyaman dan berderajat, masuklah dalam klan eksekutif di perusahaan konglomerat.
Berbeda dengan sebelumnya, meski tetap punya daya tarik (hidup nyaman dan berderajat tentunya diminati umumnya orang), yang ini terasa kurang memikat. Karena, tak semua orang punya kesempatan menjadi eksekutif, apalagi di perusahaan konglomerat. Dengan kata lain, Lead ini kurang melibatkan banyak pembaca secara personal.
Lead Menggoda (Teaser Lead)
Lead menggoda digunakan untuk "mengelabui" pembaca dengan cara bercanda. Tujuan utamanya mengumpan perhatian pembaca dan memaksa secara sukarela membaca seluruh artikel.
Lead ini jelas, serta biasanya pendek dan ringan. Umumnya digunakan seperti teka-teki, dan umumnya hanya memberikan sedikit, atau bahkan sama sekali tidak, tanda-tanda bagaimana tulisan selanjutnya.
Pernyataan yang ditunggu-tunggu itu keluar juga, lugas.
Dari kalimat itu pembaca belum tahu pasti makna kata-kata “pernyataan lugas” itu. Justru karena itu keinginantahuannya dibangkitkan, dan untuk memenuhi keinginantahuannya itu, mau tak mau, pembaca akan membaca kelanjutan kalimat tersebut, sampai tahu apa yang dimaksudkan dengan "pernyataan lugas" itu. Maka, setelah pembaca tahu teka-teki “pernyataan lugas” itu, tergantung cerita itu sendiri apakah cukup menawarkan daya tarik, untuk diikuti terus atau tidak.
Cara lain menampilkan Lead jenis ini adalah dengan mengiming-imingkan (memamerkan) potongan fakta di depan hidung pembaca agar tergoda untuk terus membaca:
Pendatang baru itu tampak misterius dan agak mendebarkan. Namanya memang keren. Chlamydia Pneumoniae, tetapi wataknya menyibukkan para peneliti.
Pembaca yang tak mengetahui apa atau siapa nama itu, tentu boleh jadi punya asosiasi macam-macam membaca Lead ini. Apakah itu seseorang, atau benda, atau apa. Barulah di kalimat-kalimat berikutnya diceritakan apa yang sebenarnya.
Itulah kuman penyebab penyakit radang paru-paru, yang tidak tergolong jenis bakteri, tetapi juga bukan virus. Para ahli mengatakan, kuman itu membawa sebagian sifat bakteri, sebagian lagi sifat virus. Maka dari itu diberi sifat “misterius”, tidak jelas.
Pembaca yang tedah mengetahui tentang kuman itu pun diharapkan tetap ingin membaca artikel ini, karena diiming-imingi dengan kata "misterius" dan "mendebarkan”. Benarkah si Chlamydia itu semisterius dan semendebarkan sebagaimana pembaca ketahui, atau kurang dari itu, atau lebih menakutkan? Baca dulu saja, pasti setelah itu tahu.
Lead Nyentrik (Freak Lead)
Coklat kentang
Putihlah kol
Naik harga penganan
Bikin hati dongkol
Penulis yang imajinatif meskipun tidak mahir mendesain bahasa liris (puitis), ia bisa mencoba Lead seperti ini pada saat menulis, misalnya feature tentang kenaikan harga. Lead ini memikat dan informatif. Gayanya yang khas dan tak kenal kompromi itu sanggup menarik hati pembaca, hingga tulisannya bisa laris-manis.
Lead ini ekstrem dalam bersajak. Namun ketidaksopanannya bisa menggaet pembaca, bila penulis mampu mengikuti langkah paragraf pertamanya itu dengan feature yang dinamis dan hidup. Namun, nada Lead ini sulit dijaga sepanjang keseluruhan feature.
Beberapa media kurang berkenan menggunakan Lead ini. Memang ada bahayanya. Penulis hidup dalam dunia kata-kata. Lead nyentrik membuka peluang penulis untuk mengobral permainan kata hingga memualkan. Kebijaksanaan redaksi yang tegas akan dapat membendung banjirnya imajinasi kata-kata itu. Jika dipakai berkali-kali, Lead ini juga akan kehilangan tenaganya, malahan terkesan norak.
Lead nyentrik ini bisa juga hanya “memperdengarkan” suara bunyi-bunyian. Misalkan:
"Tak, dududuktak. Duk."
Lead Kombinasi (Combination Lead)
Di media sering ditemukan Lead yang merupakan kombinasi dari dua atau tiga Lead, dengan cara mengambil unsur terbaik dari masing-masing Lead.
Lead Kutipan tak jarang dikombinasikan dengan Lead Deskriptif.
"Bukan salahku bahwa aku belum mati sekarang," kata Fidel Castro tersenyum.
Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Jakarta: Tempo Publishing, 2017
Lead Menggoda dapat juga dikombinasikan dengan Lead Kutipan, Lead Naratif dengan Lead Deskriptif, dan seterusnya.
Menulis Lead
Masalah utama penulis, ketika telah memilih Lead dan memilih pendekatan dasarnya, adalah ia menghadapi problem dalam memilih kombinasi kata-katanya. Bagaimanapun imajinatif dan menariknya gagasannya untuk suatu Lead yang bagus, ia masih mungkin tergelincir dalam merenggut perhatian pembaca bila perpaduan kata-katanya runyam. Misalnya:
Setiap pagi, sekitar pukul 07.30, ketika matahari masih bercahaya jingga di Bejen, sebuah perbukitan tak jauh dari kota Parakan, Ngatono, 32 tahun, memulai pekerjaannya sebagai penyadap gula aren. Ia berjalan kaki mendaki menuju hutan pohon kolang-kaling ....
Lead tersebut terlalu panjang, tapi untunglah susunan kata-katanya padu. Ide yang sama bisa ditulis lebih jelek oleh penulis yang kurang mampu:
Pagi-pagi, lebih kurang pukul 07.30 pagi, ketika matahari terlihat bersinar merah di Bejen, yakni sebuah bukit-bukit yang terletak lebih kurang tak jauh dari Parakan, seorang penyadap gula aren bernama Ngatono, 32 tahun, mulai bekerja sebagai penyadap gula aren ...
Bedakanlah kedua Lead itu. Gagasannya sama. Hal yang dibicarakan sama pula. Namun, Lead yang pertama lebih efektif dan ringkas, sedangkan yang kedua, banyak kata sebetulnya mampu dihilangkan tanpa mengubah deskripsi yang ingin diungkapkan.
Bila kita menganalisis beragam Lead-lead yang telah kita lewati itu, maka dapatlah kita susun pedoman pembuatan Lead berikut:
- Tulislah ringkas
Jangan mengobral kata-kata. Lead kedua dalam contoh di atas panjang dan banyak kata-kata yang tak perlu. Lead kedua itu tidak memberikan informasi yang lebih banyak. Sangat murah dalam mengeluarkan kata-kata yang tidak penting mengurangi keefektifan dan kekuatan Lead. Bagaikan kaldu yang kental bisa menjadi sup yang hambar jika terlalu banyak air.
- Tulislah alinea secara ringkas
Kebanyakan penulis kawakan berpedoman begini:
Jangan lebih dari 4 baris untuk sebuah Lead.
Paragraf yang ringkas akan dengan sendirinya lebih mudah mengundang. Bila ditambah pemilihan kata (diksi) yang baik, akan mudah dibaca dan dipahami.
- Gunakan kata-kata aktif
Lead yang bagus seolah-olah mempunyai nyawa dan tenaga. Pembaca harus merasakan suatu gerakan ketika ia membaca. Penulis feature menaruh perhatian istimewa kepada kata kerja, terutama yang ringkas dan hidup. Kata kerja adalah pemantik. Ia memberikan kekuatan sehingga Lead kita "bergerak".
Hindari sedapat mungkin penggunaan terlalu banyak kata bentukan, terutama kata yang mengandung lebih dari lima suku kata. Berusaha lebih banyak menggunakan kata dasar. "Kesuksesan" misalnya, adalah kata bentukan yang bisa kita ubah ke bentuk dasarnya. Perhatikan Lead ini:
"Kunci kesuksesan pengusaha Mutiara Galingging adalah kerja keras dan tepat janji".
Kalimat itu bisa dibuat seperti ini:
"Kunci sukses pengusaha Mutiara Galingging ..." dan seterusnya, dan maknanya persis sama.
Kata sifat juga sanggup memberi kontribusi untuk memperindah, mempertegas dan menambah vitalitas suatu kalimat, misalnya kata: "ramping", "ringsek", "berisi", "mengkilat”, dan sebagainya.
Gaetlah pembaca pada beberapa kata pertama
Dalam contoh sebelumnya, penulis membuka artikelnya dengan Lead yang fokus menajam:
"Arsitek dilarang ...".
Perhatian pembaca seperti langsung terkena gaya magnet. Ia mungkin akan membaca terus ... terus, sampai pembaca masuk jauh ke dalam artikel. Dan, banyak ahli komunikasi yang mengatakan bahwa bila penulis gagal menggaet pembaca pada kalimat pertama, sudah bisa dipastikan penulis akan kehilangan pembaca itu.
Ada beberapa contoh umum bagaimana kata-kata pertama gagal menggaet pembaca. Misalnya ini:
"Beberapa minggu yang lalu ..."
"Dalam rangka ..."
"Seperti telah diketahui ..."
"Sebagaimana lazimnya ..."
"Seperti terjadi tiap hari ..."
Kata-kata itu memaksa pembaca untuk bersusah payah sebelum mengetahui apa yang akan dikemukakan penulis. Bila saja topiknya tidak begitu mengundang keingintahuan pembaca, ia dengan sendirinya akan pindah ke artikel lain.
Kalimat-kalimat itu langsung memberi kesan kepada pembaca bahwa penulis sama sekali tak menghidangkan artikel baru. Kalau begitu, buat apa dibaca?
Intinya, penulis mau tidak mau harus mampu menarik pembaca dengan modal Lead-nya. Sebab, walaupun isi artikelnya sendiri hebat, hanya sedikit pembaca yang mau mengarungi tulisan dengan Lead yang tidak menarik dan membosankan. Padahal artikel telah dibuat atas hasil kerja keras penulis.
***
Posting Komentar untuk "#20 Lead Sang Umpan"