Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

#06 Gatra

4.2. Interelasi unsur-unsur kalimat

4.2.1. INTERELASI DALAM POLA I

Interelasi unsur-unsur kalimat yang membentuk Pola Kalimat I dapat kita bagi atas dua macam hubungan: yakni hubungan pelaku dengan perbuatan dan hubungan penderita dengan perbuatan.
Misalnya: 

a. Hubungan Pelaku dengan Perbuatan:
Adik menangis
Ibu menanak
Anjing menyalak
           
b. Hubungan Penderita dengan Perbuatan:
Anjing dipukul
Nasi ditanak
Tanah digali, 
dan sebagainya.

Hubungan pertama menyatakan bahwa Kata Benda menjadi pelaku (agens) dari tindakan atau perbuatan yang didukung oleh Kata Kerja yang mengikutinya. Sedangkan Kata Kerja menjadi perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh Kata Benda tadi.

Hubungan macam yang kedua menjelaskan bahwa Kata Benda bukan menjadi pelaku tetapi menjadi penderita (patiens), atau menderita atau menanggung akibat /hasil suatu tindakan atau perbuatan. Sedangkan Kata Kerja menunjukkan tindakan atau perbuatan yang dilakukan terhadap Kata Bendanya.
Tiap satuan kata itu mendukung suatu konsep, dan tiap konsep itu mendukung suatu fungsi. 

Kata atau kumpulan kata dalam kalimat yang mendukung suatu fungsi disebut Gatra.

Konsep-konsep yang didukung oleh Pola Pertama disebut: 
Gatra Pangkal dan Gatra Perbuatan.

4.2.2. INTERELASI DALAM POLA II

Kata Sifat dalam Pola II mempunyai fungsi untuk menjelaskan bagaimana kualitas sifat dari Kata Benda di depannya. Sebab itu Kata Benda sebagai antagonismenya kata sifat, mempunyai fungsi untuk diterangkan atau dijelaskan oleh kata sifat itu. Tentu saja hubungan Kata Kerja dan Kata Benda dalam Pola I juga menerangkan dan diterangkan, tetapi sifat menerangkan dalam Pola II agak berlainan. Kata Kerja menerangkan tentang tindakan atau perbuatan, sedangkan dalam Pola II Kata Sifat menerangkan tentang sifat dan kualitas Kata Benda.
Begitu pula hakekat tiap-tiap kata itu berbeda-beda bila mengalami perluasan. Oleh karena itu gatra-gatra di sini sesuai dengan sifatnya yang khusus itu disebut: Gatra Diterangkan dan Gatra Menerangkan.

Contoh:  Pelajar rajin
Kucing galak
Masjid baru, 
dan lain-lain.

4.2.3. INTERELASI DALAM POLA III

Bila kita mengamati kalimat-kalimat seperti yang diajukan di atas dalam Pola III: Bapak guru, Adik pengarang, maka tampaklah bahwa kata kedua juga berfungsi untuk menerangkan kata pertama. Tetapi sifat menerangkan itupun berbeda dari Pola I dan II. Di sini fungsi Kata Benda yang kedua itu menggolongkan Kata Benda yang pertama ke dalam suatu golongan yang dinyatakan oleh kata yang kedua. Kata pertama dengan sendirinya mempunyai fungsi untuk digolongkan dalam golongan yang disebut dalam kata kedua. Atas dasar ini kata-kata yang berfungsi dalam Pola III disebut Gatra Digolongkan dan Gatra Penggolong.

Misalnya :Bapak  guru
Adik  pengarang
Joni perampok, 
dan lain-lain.

5. Hakekat Gatra

5.1. Pengertian Subjek dan Predikat 

Setiap kalimat selalu mengandung dua bagian yang saling mengisi. Bagian yang saling mengisi itu harus mampu memberi pengertian yang dapat diterima dan logis, sesuai nalar. Selalu ada; 
  • yang dikemukakan
  • yang diikuti oleh bagian yang menerangkan atau memberikan sesuatu tentang yang dikemukakan itu. 
  • Bagian yang dikemukakan itu dalam bahasa biasa disebut Subjek, 
  • dan bagian yang menerangkan itu disebut Predikat.
Kalimat merupakan hubungan dua buah kata atau lebih yang paling renggang. Karena renggangnya hubungan kata yang membangun suatu kalimat, dua kata itu (Subjek dan Predikat) bisa dibalik susunannya tanpa membawa perubahan arti. Perhatikan susunan kata berikut:

a. Sepatu / hitam.
b. Sepatu / roda.

Bila contoh (a) dibalik susunannya menjadi: Hitam / sepatu, artinya tidak berubah, sedangkan jika contoh (b) dibalik susunannya menjadi: Roda / sepatu,  arti kesatuan kata yang kedua ini berubah, bahkan arti asalnya (Sepatu / roda) hilang sama sekali. 
Dengan demikian kesatuan kata pada contoh (a) disebut kalimat, dan ini berarti pula bahwa di dalamnya sudah terdapat Subjek dan Predikat. Sementara itu contoh (b) tidak dapat disebut kalimat. 

Selanjutnya, untuk mengenal bagian mana yang disebut Subjek dan bagian mana yang disebut Predikat, dapat dilakukan dengan 2 cara:

1. Pertama, dengan menentukan bagian yang diterangkan dan bagian yang menerangkan. Bagian yang diterangkan dalam kalimat disebut Subjek dan bagian yang menerangkan disebut Predikat. Perhatikan contoh berikut: 
 
Siswa itu // menghapus papan tulis.
Kakaknya // seorang dokter.
Pegawai itu // tekun sekali.

Kalimat-kalimat tersebut terdiri atas dua frasa yang dibatasi oleh tanda //. Yang ada di depan tanda // diberi nama Frasa I dan yang di belakang tanda // diberi nama Frasa II. Kedua frasa tersebut tersusun dengan penentuan fungsi sebagai berikut:

Frasa I : adalah frasa yang Diterangkan.
Frasa II : adalah frasa yang Menerangkan.

Frasa Diterangkan dan Frasa Menerangkan merupakan frasa utama (inti) dalam suatu kalimat. Frasa Diterangkan disebut Subjek dan Frasa Menerangkan disebut Predikat.

2. Kedua,
untuk mengenali Subjek dapat dilakukan dengan bertanya siapa /apa di hadapan Predikat. Perhatikan contoh berikut:

a. Adik itu // menangis.
b. Gelasnya // pecah.

Misalkan, kita menganalisis kalimat (a) di atas sebagai berikut: Adik itu = Subjek dan menangis = Predikat, sedangkan analisis kalimat (b): Gelasnya = Subjek dan pecah = Predikat. Untuk mengetahui apakah benar analisis tersebut, maka kita dapat mengujinya dengan cara berikut:

Untuk menguji Subjek kalimat (a) dan (b) di atas, kita dapat bertanya dengan kata tanya siapa /apa di hadapan Predikat. (a) Siapa menangis? (b) Apa pecah? Jawabannya: adik itu untuk kalimat (a), dan gelasnya untuk kalimat (b). Jadi, adik itu dan gelasnya adalah Subjek pada kedua kalimat tersebut.

Sedangkan, untuk menguji Predikat kalimat dapat dilakukan dengan bertanya mengapa /bagaimana di hadapan Subjek. Misalnya:

a. Mengapa adik itu?
b. Bagaimana gelasnya?

Jawabannya: menangis untuk kalimat (a), dan pecah untuk kalimat (b). Jadi, menangis dan pecah adalah Predikat pada kedua kalimat tersebut di atas.

Contoh kalimat di atas adalah kalimat yang sederhana. Kalimat yang panjang dapat juga dilakukan seperti di atas. Kita dapat membagi kalimat panjang tersebut menjadi dua bagian yakni Subjek dan Predikat, karena bagaimanapun panjang sebuah kalimat pada hakikatnya terdiri atas dua bagian besar, yaitu Subjek dan Predikat.

5.2. Kaitan Gatra dengan Subjek dan Predikat 

Bila kita melihat teknik uraian yang konvensional, maka bermacam-macam Gatra sebagai telah disebutkan di atas, semuanya dijejal dalam dua fungsi yaitu Subjek dan Predikat. 
  • Gatra-gatra Pangkal, Gatra Diterangkan dan Gatra Digolongkan dijejalkan dalam satu terminologi yang disebut Subjek.
  • Sedangkan Gatra Perbuatan, Gatra Menerangkan dan Gatra Penggolong dimasukkan dalam Predikat.

Jadi cara uraian kalimat dengan penggolongan yang baru pada hakekatnya tidak membawa kesulitan dengan teknik konvensional. Hanya mengingat fungsi dan hakekat kata-kata yang menduduki masing-masing fungsi itu berbeda-beda, kita harus lebih memperinci uraian itu.

I. Ia tidur dengan nyenyak.
Adik belajar dengan gembira.
Ia memanggil dengan nyaring.

II. Kakek amat tua.
Kakek tua sekali.
Anjing amat galak.
Anjing itu galak sekali.

III. Bapak guru yang pandai.
Adik pengarang yang masyhur.

Contoh-contoh di atas dengan jelas menunjukkan bahwa hakekat Gatra yang kedua dari tiap-tiap Pola Kalimat berlainan. Dalam mengalami perluasan, Gatra-gatra itu membutuhkan suatu kata atau kelompok kata yang khusus.

  • Gatra Perbuatan dapat diperluas dengan menambahkan kelompok kata: dengan + kata sifat.
  • Gatra Menerangkan dapat diperluas dengan kata-kata amat, sekali, lebih. 
  • Gatra Penggolong dapat diperluas dengan kelompok kata: yang + kata sifat.
Perincian fungsi-fungsi ini menyebabkan penempatan gatra-gatra, yang dulunya hanya disebut subjek dan predikat, ke dalam fungsi-fungsi yang lebih cermat dan terperinci. Malahan selain dari penonjolan kepada kita hakekat dari tiap-tiap gatra yang bersangkutan, masih jelas tergambar Jenis Kata yang menempati gatra-gatra itu, serta hakekat kemungkinan perluasan dari gatra-gatra itu.

***

Tugas Latihan

       Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini di buku tulis/kertas jawaban! Carilah gatra-gatra pada kalimat-kalimat berikut di bawah ini! Dan termasuk Gatra apakah masing-masing Gatra tersebut!

Contoh : 
Malam itu juga, dokter muda itu berangkat ke rumah sakit rujukan pasien Covid-19. 
dokter : Gatra Pangkal
berangkat : Gatra Perbuatan

  1. Dini hari pasien positif Covid-19 telah lari dari ruang karantina RSUD Solo.
  2. Di Pondok Pesantren Darul Atsar bagian tahfizul Qur'an Atho yang cerdas itu musyrif semenjak tahun ini.
  3. Asrama santri ma'had itu sempit bagi para santri dari seluruh penjuru Indonesia.
www.sketsarumah.com
www.sketsarumah.com Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.

Posting Komentar untuk "#06 Gatra"

Menjadi Penulis Terampil
Hanya dari kebiasaan menulis sederhana
Motivasi Menulis

Gimana nih! memulai menulis

Motivasi Menulis
Kejutan dulu,
lalu Keteraturan

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kalimat

Motivasi Menulis

Merekam objek ide tulisan

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kata

Motivasi Menulis
Agar Menulis
tidak Lumpuh

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

menulis.sketsarumah.com
Seputar #sejarahislam #biografi #salafushshalih #caramenulis #deskripsi , #eksposisi , #artikel , #essay , #feature , #ceritanyata , #cerpen nonfiksi , #novel nonfiksi , #kisah inspiratif , #biografi inspiratif di studio www.sketsarumah.com.

Ikuti yuk!
Telegram: t.me/menulissketsarumah_com
Twitter: twitter.com/menulisketsarmh

Simpan yuk!
WhatsApp: wa.me/+6285100138746 dengan nama: www.sketsarumah.com