Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Status medsos, haruskah "nyinyir"?

          Suatu pagi, aku mengetuk telunjukku pada icon bujur sangkar dengan sudut-sudut tumpul berwarna hijau, dan bergambar gagang telepon. Tanpa sadar, setelah aplikasi itu terpampang, lalu aku mengetuk menu dengan teks "Status". Sekonyong-konyong ada nama kontak paling atas dengan inisial AZ menarik jariku untuk mengetuk.

           "Gak gitu dong caranya bos ... Jangan bikin kesel orang, bla bla ..."



         Sekejap kemudian aku teringat nasehat guruku, bahwa hendaknya berhati-hati memasang status pada media sosial. Status media sosial terkadang membuat resah bagi orang-orang membacanya. Status seperti di atas itu ditujukan kepada siapa? Aku yang baca saja menjadi galau, "Jangan-jangan aku yang dimaksud ..."

           Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah mengekspresikan dirinya dan pikiran-pikirannya. Bahkan, mungkin itu dipandang suatu terapi. Setiap orang butuh pintu "exit" untuk mengeluarkan apa yang menekan dalam benaknya. Siapapun dia. Kita tahu manusia sejak bayi berkata-kata karena memang ia ingin menyampaikan apa yang dia rasa. Menangis karena ia mengaktualisasi dirinya bahwa ia dalam keadaan tidak nyaman, misalnya ngompol. Ketika mulai besarpun ia akan berkata-kata sesuai apa yang dia rasa, misal makan, minum, dan sebagainya. Semua adalah bentuk ekspresi diri, penyampaian keberadaan dirinya kepada orang lain apa yang ia rasa. Naluri ini akan terus ada sampai dewasa, tua, bahkan sampai akhir hayatnya.

           Yang paling perlu diperhatikan di sini, kita musti tanya pada diri kita sendiri: Untuk apa kita menulis status tersebut. Apa tujuannya? Apa faedahnya? Apa gunanya untuk diri kita dan apa manfaatnya bagi yang membacanya?

           Untuk menjawabnya, baiknya kita mengetahui jenis tulisan yang berbobot "curhatan", bersifat personal mendekati jenis tulisan status-status yang sering lewat di "timeline" kita. Dan, seorang penulis musti tahu, bahkan mungkin setiap orang harus tahu, agar statusnya memberi manfaat bagi yang membacanya, bukan malah menebar fitnah dan keresahan sosial. Ada dua jenis tulisan yang akan kita bahas.

           Yaitu, diary dan journal. Dalam dunia ilmu bahasa Indonesia, terjemahannya dua istilah itu sama, yaitu "catatan harian". Dan, memang penulisannya hampir setiap hari. Kendati demikian, ada perbedaan yang mendasar antara keduanya.

           Diary adalah catatan harian yang bersifat sangat-sangat pribadi. Orang ibukota bilang, "Gue banget..."  Diary umumnya berisi curhatan spontan, apa adanya. Seringkali berupa paragraf-paragraf acak, antara paragraf terkadang  enggak nyambung, bahkan kalimat-kalimat random. Lebih dari itu bisa berupa umpatan-umpatan, bisa juga rintihan-rintihan. Ada kalimat yang selesai, ada yang tidak. Malahan adakalanya yang lucu-lucu. Ia menyibak hal-hal yang sangat terdalam dari emosi penulisnya. Namun, bisa juga suatu cerita tentang orang lain yang mungkin tidak akan diceritakan di depan umum.

           Dari sini kita tahu bahwa pada diary, seorang penulis adalah "raja" nya. Ia bebas sebebas-bebasnya menulis apa yang dia mau. Namun, sewaktu-waktu penulis menjadi "pecundang" pada diary nya. Ia menjadi sosok yang tertekan, tertindas, bahkan terjelek karena memang ia sedang menyesali perbuatan-perbuatannya.

           Sehingga, maka tak mengherankan jika suatu diary disimpan di "lemari besi", di "gembok" baik secara fisik maupun non fisik. Di kunci secara non fisik maksudnya ia mempunyai etika yang dijunjung tinggi untuk tidak boleh membaca tanpa izin pemiliknya.

           Nah, sekarang apakah bedanya dengan journal, jika artinya sama-sama catatan harian. Journal yang dimaksud di sini bukanlah jurnal ilmiah yang ditulis di kolom-kolom jurnal terutama oleh akademisi /pengajar perguruan tinggi. Namun, journal yang dimaksud di sini adalah tulisan dalam ranah kepenulisan yang digolongkan sebagai catatan harian personal, tetapi sudah mengandung pesan tertentu. Atau dengan lain journal dalam hal ini adalah catatan harian yang telah mempertimbangkan reaksi pembacanya. Meskipun ia sifatnya masih beraroma personal, tetapi ia bukan lagi diary yang bersifat "rahasia", melainkan justru diharapkan layak dikonsumsi oleh publik yang luas.

           Para penulis berkelas telah biasa memiliki semacam journal. Dahulu, bentuk fisiknya mungkin berupa buku kecil dan sekarang telah digantikan dengan smartphone atau gawai cerdas. Benda tersebut tentu sangat membantu seorang penulis yang hirau terhadap kejadian yang dialaminya setiap hari. Dan itu menjadi embrio ide journal yang bisa dipersoalkan, walaupun itu mungkin hanya peristiwa kecil saja. Hal-hal yang dicatat bukan lagi sekedar curhatan, umpatan, atau keluhan seperti di dalam diary, tetapi telah berwujud gagasan, perenungan, atau komentar yang telah diolah.

           Untuk lebih jelasnya, kita akan beri contoh. Saat seseorang diajak teman-temannya makan siang bersama-sama di sebuah resto mewah berkelas. Namun, dia adalah seorang anak yang kurang bahagia di keluarganya karena jarang sekali makan bersama di meja makan bersama orang tuanya. Orang tuanya punya banyak kesibukan bisnis. Maka barangkali ia akan menulis dalam diary nya:

           "Kepada diary, tadi aku makan siang ditraktir teman-temanku di Cafe SB. Makanannya uenake puol, tapi aku bete. Perutku nyaman, tapi atiku kuesel. Orang yang serumah denganku gak pernah ngajak kayak gini. Boro-boro di resto, di rumah aja gak sempet. 'Kan aku pingin curhat kayak sama temen-temenku gini. Ya gak diary. Bullshit!"

           Berbeda jika ia sajikan dalam bentuk journal. Mungkin kejadian dan perasaannya sama, akan tetapi gagasan yang timbul berlainan. Kalimat-kalimat yang muncul telah terlebih dahulu diolah, termasuk pesan yang akan disampaikan dan membayangkan khalayak yang akan membacanya. Misalnya begini:

           "Sebuah cafe berkelas seperti Cafe SB, tidak selalu tentang makanan dan suasananya, tetapi juga tentang bagaimana manusia merasa kesunyian di tengah senda gurau dan sendawa kenyang. Ketika melihat apa yang seharusnya kita anggap mudah direngkuh, ternyata terhalang dinding tegar yang tak pernah terbayangkan. Maka kita mampu merasakan bagaimana arti sendiri di tengah riuh rendah keramaian. Kebahagiaan itu ternyata bukan hanya tentang makanan enak dan suasana nyaman, tetapi dengan siapa saja kita duduk, dan memperoleh figur-figur tempat tumpahan hati."

           Ketika zaman memasuki abad informasi, media sosial bertebaran. Di sanalah kaum milenial menumpahkan segalanya. Maka, dari bahasan perbedaan diary dengan journal kita akan tahu manakah yang lebih pantas dipasang di status-status medsos. Sehingga ia mampu memberi manfaat, bukan kegelisahan masal.

           Lebih dari itu, bahkan diary dan journal seringkali merupakan "harta karun" bagi para penulis yang berjiwa pemimpin besar. Ia sanggup menghasilkan karya-karya yang lebih bernilai di masa yang akan datang. Ada seorang profesor ekonomi dari negeri jiran Indonesia yang secara rutin mengunjungi Indonesia untuk melakukan penelitian. Catatan hariannya saat berkunjung ke beberapa kota dan desa Indonesia padat dengan deskripsi mendalam tentang bagaimana keadaan ekonomi kita, di samping juga kesan dan penilaian tentang orang-orang Indonesia. Catatan harian tersebut telah menjadi bagian sebuah buku yang berjudul "Pembangunan Ekonomi Indonesia: Pandangan Seorang Tetangga". Dikabarkan oleh orang yang telah membacanya, isinya suatu laporan yang sangat menarik. Kita bisa tersenyum, terharu bahkan malah menangis ketika membacanya. Ya, itulah kekuatan "catatan harian" yang begitu melekat dekat dengan kehidupan keseharian masyarakat Indonesia.

           Buku tentang ekonomi, membuat orang terharu? Sangat jarang sekali! (ibman).

***

www.sketsarumah.com
www.sketsarumah.com Mendesain kebiasaan BELAJAR ilmu syar'i dengan MENULISkannya, diretas bersama teman setia kopi di studio sketsarumah.com.

Posting Komentar untuk "Status medsos, haruskah "nyinyir"?"

Menjadi Penulis Terampil
Hanya dari kebiasaan menulis sederhana
Motivasi Menulis

Gimana nih! memulai menulis

Motivasi Menulis
Kejutan dulu,
lalu Keteraturan

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kalimat

Motivasi Menulis

Merekam objek ide tulisan

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kata

Motivasi Menulis
Agar Menulis
tidak Lumpuh

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

menulis.sketsarumah.com
Seputar #sejarahislam #biografi #salafushshalih #caramenulis #deskripsi , #eksposisi , #artikel , #essay , #feature , #ceritanyata , #cerpen nonfiksi , #novel nonfiksi , #kisah inspiratif , #biografi inspiratif di studio www.sketsarumah.com.

Ikuti yuk!
Telegram: t.me/menulissketsarumah_com
Twitter: twitter.com/menulisketsarmh

Simpan yuk!
WhatsApp: wa.me/+6285100138746 dengan nama: www.sketsarumah.com