#06 Bagaimana pikiran membangun kebiasaan menulis
Pendahuluan
Kebiasaan adalah perilaku yang diulang-ulang dengan frekuensi (pengulangan) yang cukup sehingga menjadi otomatis.
Proses pembentukan kebiasaan pertama kali dimulai dengan usaha coba-coba. Setiap kali kita menjumpai kondisi baru dalam kehidupan, pikiran kita musti membuat keputusan-keputusan. "Bagaimanakah aku menanggapinya?" Awalnya, kita tidak yakin, "Mampukah aku memecahkannya?"
Pada tahap ini, pikiran kita aktivitasnya meningkat. Kita akan menganalisis situasi dan membuat keputusan-keputusan dengan pikiran sadar tentang apa yang harus dikerjakan. Kita akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dan berusaha memahami semua. Pikiran sibuk mempelajari aksi-aksi yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah. Dan, itu tentu saja dengan selesainya masalah kita mendapat imbalan, ganjaran atau balasan yaitu tersolusikan masalah tersebut.
Setelah mendapatkan solusi dan itulah ganjarannya yang tak disangka, maka untuk masalah sama yang berulang pikiran kita mengubah strategi. Pikiran kita serta-merta mulai membuat rekaman-rekaman berupa _database_ tentang peristiwa-peristiwa tersebut yang mendahului imbalan itu.
"Rasanya, itu bagus, aku pernah mengerjakannya," begitu kira-kira pikiran kita berkata.
Ini adalah lingkaran umpan balik dibalik seluruh tindak tanduk manusia:
mencoba, gagal, belajar, mencoba cara lain.
Melalui pengulangan, aksi-aksi yang tak berguna perlahan-lahan hilang, dan gerakan-gerakan yang berguna mengalami penguatan. Begitulah kebiasaan bertransformasi menuju penyempurnaannya.
Setiap masalah yang sama menghadang kita, pikiran mulai mengotomatiskan proses solusinya. Kebiasaan kita adalah hanya sekumpulan penyelesaian spontan yang memecahkan masalah secara rutin kita hadapi.
Ketika kebiasaan terbentuk, tingkat kegiatan pikiran sadar kita berkurang. Pikiran bawah sadar kitalah yang mengunci petunjuk-petunjuk yang telah mengetahui bahwa itu bakal berhasil. Ketika kondisi yang mirip muncul di hari-hari berikutnya, pikiran bawah sadar kita sudah tahu pasti apa yang harus dicari untuk menuntaskannya. Tak butuh lagi pikiran sadar menganalisis. Pikiran kita seolah-olah "melompati" proses coba-coba begitu saja. Pikiran bawah sadar telah tercetak aplikasi: jika begini, solusinya begitu. Uraian-uraian nalar yang sesuai logika awalnya memerlukan usaha, sekarang menjadi otomatis. Kebiasaan telah solid.
Kebiasaan adalah jalan potong kompas yang timbul dari pengalaman. Yaitu, memori tentang langkah-langkah yang pernah kita ambil dalam memecahkan masalah sebelumnya. Ketika situasinya berulang, pikiran kita mampu mengeksekusi memori ini dan secara spontan menerapkan solusi yang sama. Mengapa pikiran mengingat masa lalu tersebut? Karena pikiran mampu membuat perkiraan yang lebih baik tentang apa yang bisa sukses di masa datang.
Pembentukan kebiasaan sangat berguna, karena pikiran sadar adalah sumber kemacetan jalan pikiran. Pikiran sadar hanya bisa memperhatikan masalah satu demi satu. Sehingga pikiran sadar kita, jika memungkinkan ia akan mewakilkan tugas yang telah diulang-ulang kepada pikiran bawah sadar agar bekerja secara otomatis. Nah, ini terjadi ketika kebiasaan telah menguat. Dengan demikian, jika kebiasaan telah terdelegasikan kepada pikiran bawah sadar, maka pikiran sadar kita bisa memusatkan perhatian pada tugas-tugas baru yang lain.
Ini ibarat sebuah pabrik. Ketika pekerjaan-pekerjaan di dalam suatu pabrik telah berulang, dan itu-itu saja, maka dibuatlah mesin untuk melakukan itu, sehingga otomatis pekerjaan bisa dilakukan, dan hasilnya cepat. Inilah pikiran bawah sadar kita. Sedangkan divisi riset dan pengembangan pabrik bisa melakukan tugas merancang mesin-mesin baru akibat adanya pekerjaan-pekerjaan baru dalam suatu pabrik, dan inilah pikiran sadar kita. Jika pekerjaan-pekerjaan baru telah berulang, maka mesin baru untuk otomatis pekerjaan tersebut telah jadi dibuat, diserahkanlah mesin itu kepada "pikiran bawah sadar" pabrik.
Dari sini ada pertanyaan, apakah kebiasaan berulang membosankan? Sehingga membatasi kreativitas. Dalam kenyataannya, kita yang tidak membiasakan kebiasaan kita seringkali malah kerepotan mengurus ini dan itu.
Tanpa kebiasaan beres-beres rumah, kita akan kerepotan selalu beres-beres rumah besar-besaran, sehingga sulit mengembangkan kegiatan lain untuk meningkatkan kualitas rumah.Tanpa kebiasaan belajar, kita akan sulit menambah materi baru sebagai wawasan lebih luas, dan sebagainya.
Hanya dengan melakukan hal-hal yang mendasar dalam hidup menjadi lebih mudah karena terbiasa dan otomatisasinya berjalan, kita mempunyai kesempatan untuk lebih bebas dan berkreativitas.
Semua yang telah dijelaskan di atas berlaku juga untuk kebiasaan menulis. Pertamakali kita menulis tentu coba-coba dulu. Pada tahap ini pikiran kita meningkat untuk menganalisis kondisi serta membuat keputusan-keputusan apa yang musti ditulis. Pikiran sibuk melakukan aksi-aksi menulis yang paling berdaya guna. Dan, ternyata menghasilkan tulisan yang tak disangka, dan itulah imbalannya. Setelah berhasil, kemudian pikiran mengubah cara, yaitu mulai membuat memori-memori tentang proses menulis tersebut mendahului ganjaran hasilnya.
"Ternyata gak jelek-jelek amat juga tulisanku kemarin, aku pernah mengerjakannya."
Mencoba menulis, gagal, belajar menulis lagi, mencoba cara lain dalam menulis, dan seterusnya.
Melalui pengulangan menulis, tulisan-tulisan yang kurang baik akan hilang perlahan-lahan, sedang yang bagus mengalami penguatan. Begitulah kebiasaan menulis mulai terbentuk. Setelah itu tercetaklah otomatisasi perilaku menulis. Sehingga kegiatan pikiran sadar dalam menulis berkurang. Pikiran kita seakan-akan melompati proses coba-coba menulis, langsung menuju solusi. Dan untuk selanjutnya pikiran sadar bebas akan mencoba-coba hal baru dalam menulis, dikarenakan hal yang lama dalam menulis telah terjadi secara spontanitas dan terwakilkan oleh pikiran bawah sadar kita.
Sehingga, ketika kebiasaan-kebiasaan menulis kita telah mantap dan hal-hal dasar dalam menulis telah tertangani dengan baik, pikiran kita telah bebas untuk berfokus pada tantangan-tantangan baru dalam menulis dan siap menguasai kumpulan keterampilan menulis pada fase berikutnya.
Membangun kebiasaan-kebiasaan menulis pada masa sekarang, memungkinkan kita untuk melakukan lebih banyak hal dalam menulis yang kita inginkan pada masa yang akan datang. (ibman)
***
Posting Komentar untuk "#06 Bagaimana pikiran membangun kebiasaan menulis"