Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

#14 Mengubah Pola Pikir Menjadi Positif

Menjadikan HASRAT 
Kebiasaan Menulis MENARIK

           Setiap perilaku memiliki:
✓ hasrat yang terlihat nyata (tersurat), dan
✓ alasan yang lebih dalam (tersirat).

         Kita langsung ke contoh nyata, misalkan kita berkata, "Aku ingin makan gado-gado."
         Lalu, ada orang bertanya kepada kita, "Mengapa kamu ingin makan gado-gado?"
         Apakah kita akan menjawab, "Karena aku perlu makan untuk bertahan hidup." Tentu saja tidak.

         Jadi, hasrat yang nyata-nyata terlihat adalah memang kita ingin makan gado-gado, mungkin karena itulah makanan kesukaan kita. Namun, alasan yang lebih dalam, tidak dapat kita pungkiri bahwa makan gado-gado saat itu, mungkin untuk makan siang, jelas-jelas untuk supaya kita tetap hidup. Jika tidak mungkin kita akan kelaparan dan lemas, sehingga mengurangi gerak aktivitas hidup kita.

         Alasan-alasan yang lebih dalam di kehidupan kita yang lain, seperti mendapatkan air, menghemat energi, mendapatkan tempat tinggal, mendapatkan pasangan yang halal, mendapatkan ilmu dan pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

         Hasrat hanyalah perwujudan tertentu untuk alasan yang lebih dalam.

         Jika kita perhatikan, bahwa setiap produk yang membentuk kebiasaan tidaklah menciptakan alasan baru, tetapi hanyalah memanfaatkan alasan-alasan yang telah ada sejak adanya manusia.
✓ Alasan yang lebih dalam: mendapatkan air, hasrat yang terlihat: biasa membeli Aqua.
✓ Alasan yang lebih dalam: mendapatkan ilmu dan pengetahuan, hasrat yang terlihat: biasa  searching di Google.
✓ Alasan yang lebih dalam: mendapatkan kesehatan, hasrat yang terlihat: biasa makan buah-buahan.
✓ Dan sebagainya.

          Kebiasaan di zaman now, adalah hanyalah solusi hasrat purba kita. Alasan di balik hasrat-hasrat itu tetap sama, hanya berbeda dalam periode sejarah.

Lain orang, lain pula cara pemenuhan hasratnya

          Sekarang, kita akan lebih lanjut membahas tentang pemenuhan alasan-alasan yang mendasar tersebut.

          Bahwa, cara pemenuhan alasan-alasan mendasar tersebut mempunyai banyak cara berbeda. Lain orang, lain pula caranya.

          Seseorang punya alasan mendasar ingin mendapatkan ilmu pengetahuan, lalu ia menunaikan hasratnya dengan searching di Google. Namun, orang lain merasa tidak cukup dengan itu saja, ia akan ke toko buku untuk mencari dan melengkapi pengetahuannya.

          Kebiasaan kita saat ini tak harus merupakan cara terbaik untuk memecahkan masalah yang kita hadapi. Cara itu hanya kebetulan yang telah kita pelajari atau ketahui, dan cukup berhasil. Ketika kita merasa berhasil menemukan solusinya, kita akan mengulang cara tersebut jika menemui masalah yang sama.

          Seluruh kebiasaan selalu terkait dengan persepsi masing-masing orang. Dan itu menentukan apakah kebiasaan itu layak diulang apa tidak. Pikiran kita akan menyerap informasi dan isyarat-isyarat di lingkungan kita. Setiap kali pikiran kita menemukan isyarat, pikiran kita akan menjalankan simulasi dan membuat "ramalan", prediksi atau perkiraan tentang apa yang akan dilakukan pada kesempatan berikutnya.

          Contoh dalam kehidupan nyata:
Isyarat: aku melihat lampu lalu lintas berubah dari hijau menjadi kuning. Prediksi: kalau aku tancap gas, mungkin aku akan berhasil melewati persimpangan dan tak terlambat sampai di tujuan, jadi aku harus tancap gas.

Isyarat: aku melihat lampu lalu lintas berubah dari hijau menjadi kuning. Prediksi: kalau aku mengerem kendaraan, mungkin aku akan selamat dari terjadinya tabrakan di persimpangan dan selamat sampai di tujuan, jadi aku harus mengerem.

          Kita melihat isyarat, dan mengkategorikan berdasarkan pengalaman masa lalu kita, lalu menentukan aksi tanggapan yang cocok dengan pengalaman di waktu yang telah lewat.

          Ini semua terjadi dalam waktu yang sangat cepat, tetapi memainkan peran yang sangat menentukan dalam setiap aksi tanggapan kita. Karena setiap aksi selalu didahului oleh prediksi atau perkiraan kita. Seharian kita senantiasa membuat jawaban-jawaban terbaik tentang bagaimana kita bereaksi berdasarkan apa yang kita lihat dan berhasil di masa lalu. 

          Kita tak bisa berhenti dari membuat prediksi-prediksi tentang apa yang akan terjadi kemudian.

          Perilaku kita, sangat tergantung pada prediksi. Maksudnya, bahwa perilaku kita sangat bergantung bagaimana tafsir menurut diri kita atas peristiwa yang terjadi pada diri kita. Bukan berdasarkan kenyataan objektif dari kejadian-kejadian itu sendiri.

          Dua orang boleh jadi melihat rokok yang sama, satu orang merasakan hasrat untuk merokok, sedang orang yang satu lagi merasa terganggu akan baunya. Isyarat yang sama mampu merangsang kebiasaan buruk atau sebaliknya, tergantung prediksi masing-masing orang.

          Penyebab kebiasaan kita, sesungguhnya adalah prediksi yang telah mendahuluinya.

          Hasrat adalah perasaan yang menyatakan ada sesuatu yang musti didapat atau ada sesuatu yang hilang. Kesenjangan antara sesuatu yang belum didapat atau sesuatu yang hilang kepada apa yang akan didapat, yang memberi alasan kita untuk beraksi.

          Mengapa dapat dikatakan "sesuatu yang hilang"? Karena kita pernah mengalami sesuatu itu di masa lalu. Sehingga seolah-olah hilang atau tak ada kehadirannya. 

          Kesenjangan antara keadaan saat ini dengan keadaan yang kita inginkan inilah yang membuat kita bertindak. 
          Ketika kita ingin makan gado-gado, sejatinya bukan gado-gado yang kita inginkan. Begitu pula ketika kita ingin mengetahui sesuatu tentang ilmu pengetahuan, hakikatnya bukan pengetahuan yang kita inginkan. Lalu apa? Yang kita inginkan sesungguhnya ingin merasa berbeda kondisi. Dari lapar menjadi kenyang sehingga mampu bertahan hidup, dan dari tidak mengetahui menjadi mengetahui sehingga mengurangi ketidakpastian suatu kondisi.

           Singkatnya, hasrat tertentu yang kita rasakan dan kebiasaan kita yang kita jalankan merupakan usaha memenuhi alasan-alasan dasar yang ada di baliknya. Setiap kebiasaan mampu memenuhi suatu alasan yang mendasar, kita akan mengembangkan hasrat untuk mengerjakannya kembali.

           Kebiasaan akan menjadi menarik, ketika kita mengaitkannya dengan perasaan-perasaan positif yang mengantar hasrat untuk bertindak.

Cara mengubah pola pikir untuk menjadikan kebiasaan menulis itu menarik

          Kita mampu menjadikan kebiasaan menulis lebih menarik ketika berhasil mengaitkan kebiasaan menulis dengan pengalaman positif. Dan, terkadang yang perlu kita ubah hanya sedikit pola pikir.

          Suatu contoh saja. Kita terkadang sebagai Ahlus Sunnah merasa harus mengamalkan amalan-amalan Sunnah. Seperti misalkan, kita diberi tugas mengajar di suatu ponpes. Maka kita akan katakan, "Aku harus mengajar hari ini." Nah, cobalah kata “harus” kita ubah menjadi kata “berkesempatan”, menjadi, "Aku berkesempatan mengajar hari ini." Atau, "Aku diberi kesempatan untuk mengajar hari ini."

          Bagaimana?

          Tentu beda sekali, pola pikir yang terbentuk dikarenakan hanya mengubah satu kata. Kata "harus" berkonsekwensi pekerjaan mengajar menjadi "beban" bagi diri kita. Namun, kata "kesempatan" memberi pemahaman pola pikir kita kepada "rasa bersyukur", dimana telah diberi suatu peluang, yang belum tentu peluang tersebut diberikan kepada orang lain. 

          Lebih dari itu, pola pikir kita yang selaras dengan keimanan mengatakan bahwa Allah Subhana wa ta'ala tidak butuh kepada kita, namun kitalah yang butuh kepada Allah Subhana wa ta'ala, karena Allah ta'ala telah memilih kita dan memberi kesempatan berkegiatan dengan kegiatan yang disukai oleh-Nya, dan tentunya pahala dari-Nya menunggu, in sya Allah.

          Dan, kenyataannya dua-duanya benar. Kita "harus" dan "berkesempatan." Dengan demikian, kita bisa bebas mengadakan perubahan pola pikir untuk kebiasaan apapun, termasuk kebiasaan menulis.

          Coba perhatikan perubahan pola pikir berikut, nyata-nyata memang sangat berbeda:

✓ Ada seorang yang dalam bergerak musti memakai kursi roda, kemudian ia ditanya, "Apakah kamu merasa sulit dengan kursi rodamu?". Lalu iapun menjawab, "Aku tidak merasa sulit dengan kursi roda ini, justru aku merasakan terbebaskan dan adanya kemudahan. Jika tak ada kursi roda ini, aku akan tetap di tempat tidur dan tak bisa kemana-mana." 

✓ Ada seorang yang berhenti merokok, dan ketika ditanya, "Bagaimana kamu bisa berhenti merokok?" Iapun menjawab, "Aku tidak merasa berhenti dari merokok, karena rokok tidak melakukan apapun terhadapku."

✓ Ada seorang santri akan mengikuti ujian akhir semester. Terlihat ia gelisah dan tegang. Kemudian dia ditanya, "Apakah kamu gugup?" Lalu ia menjawab, "Aku sedang bersemangat dan mendapatkan tambahan adrenalin untuk membantu berkonsentrasi."          

          Membentuk ulang kebiasaan yang berfokus pada manfaat dibanding kerugian, adalah cara cepat dan mudah untuk mengubah pola pikir dan menjadikan kebiasaan, termasuk kebiasaan menulis lebih menarik.

          Beberapa cara mengubah pola pikir positif untuk kebiasaan menulis:

           Wuih! masih banyak lho!

          Perubahan pola pikir kecil, ini adalah terlihat remeh, tetapi ia mempunyai daya yang sangat dahsyat mengubah perasaan-perasaan yang bisa kita kaitkan dengan kebiasaan menulis kita.

          Jika mau lebih canggih lagi, kita bisa menciptakan ritual motivasi. Kita cukup menghubungkan kebiasaan menulis dengan sesuatu yang kita nikmati. Lalu, kita bisa menggunakan isyarat itu setiap kali memerlukannya sebagai motivasi.

          Sebagai contoh yang dialami sendiri. 

Aku merasa termotivasi ketika setelah mandi di pagi hari. Maka setiap aku ingin memulai kegiatan hari itu, termasuk menulis, aku selalu mandi dahulu sepagi mungkin. Semakin pagi dini hari mandi, semakin aku termotivasi memulai kegiatan, apalagi menulis. Sehingga aku selalu menghubungkan mulai kegiatan dengan "ritual mandi pagi" hari, terkhusus dengan kegiatan menulis. Hal ini, akhirnya berdampak, jika belum mandi pagi, aku merasa gelisah, kurang "fresh" untuk melakukan pekerjaan apa saja. Yang jelas menulis bisa-bisa macet. Bahkan, ketika masih belum ada pekerjaan yang harus dikerjakan, bila setelah mandi langsung ingin mencari-cari pekerjaan yang bisa dikerjakan.

          Begitu pula doa atau perkataan "Alhamdulillah", merupakan doa rasa syukur ketika kita mendapat nikmat dari Allah Subhana wa ta'ala. Sehingga, tentu saja ucapan "Alhamdulillah" yang sering kita ulang-ulang merupakan rutinitas dengan suasana hati yang baik, dan menjadi petunjuk yang bermakna rasa bahagia. Dan, yang menakjubkan lagi, jika kita tertimpa musibah atau kesempitan, kitapun dihasung untuk mengucapkan "Alhamdulillah 'ala kulli hal". Sehingga ucapan tersebut mampu mengubah kondisi emosi kita. Yang tadinya sedih akibat musibah tersebut, kesedihan jika tak bisa dikatakan hilang, setidaknya berkurang, karena makna kata "Alhamdulillah"
 
         Rumus dalam menemukan dan mengoreksi penyebab anggapan bahwa kebiasaan menulis itu sulit, tidak menarik adalah dengan membingkai ulang persepsi kita tentang kebiasaan menulis. Memang agak "ribet", tetapi jika kita mampu memprogram ulang prediksi-prediksi kita terhadap kebiasaan menulis, ia sanggup mengubah kebiasaan menulis yang dianggap sulit menjadi kebiasaan menulis yang menarik. 

RINGKASAN - Menjadikan HASRAT menulis MENARIK   
       
          Dari pedoman kedua menjadikan HASRAT menulis MENARIK, kita dapat ringkas CARA MENCIPTAKAN KEBIASAAN MENULIS sebagai berikut:


           Sebagai bonus, terkait kebiasaan sia-sia atau buruk yang pada akhirnya menghambat kebiasaan menulis, berikut CARA MENGHENTIKAN KEBIASAAN BURUK:


***
www.sketsarumah.com
www.sketsarumah.com Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.

Posting Komentar untuk "#14 Mengubah Pola Pikir Menjadi Positif"

Menjadi Penulis Terampil
Hanya dari kebiasaan menulis sederhana
Motivasi Menulis

Gimana nih! memulai menulis

Motivasi Menulis
Kejutan dulu,
lalu Keteraturan

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kalimat

Motivasi Menulis

Merekam objek ide tulisan

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kata

Motivasi Menulis
Agar Menulis
tidak Lumpuh

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

menulis.sketsarumah.com
Seputar #sejarahislam #biografi #salafushshalih #caramenulis #deskripsi , #eksposisi , #artikel , #essay , #feature , #ceritanyata , #cerpen nonfiksi , #novel nonfiksi , #kisah inspiratif , #biografi inspiratif di studio www.sketsarumah.com.

Ikuti yuk!
Telegram: t.me/menulissketsarumah_com
Twitter: twitter.com/menulisketsarmh

Simpan yuk!
WhatsApp: wa.me/+6285100138746 dengan nama: www.sketsarumah.com