#15 Mengurangi Hambatan-hambatan
PEDOMAN KETIGA
Menjadikan AKSI
Kebiasaan Menulis MUDAH
Kecenderungan kita adalah, selalu ingin menghindari kritik. Siapa coba yang suka dikritik? Yang ada kita itu suka sekali dipuji, diberi jempol, diberi hadiah. Gak enak banget rasanya kalau sampai tulisan kita ditegur di depan umum baik luring, bahkan daring. Inilah alasan terbesar mengapa kita lebih banyak merencanakan kapan menulis dari pada beraksi untuk menulis.
Kita ingin tidak gagal, yang jika kita gagal ujungnya akan mendapat kritikan. Kita ingin tulisan kita terlihat sempurna, yang akhirnya mengundang jempol yang banyak. Sebetulnya itu kita hanya menunda kegagalan. Cobalah kita cari orang-orang yang telah berhasil dengan tujuan dan cita-cita mereka, lalu tanyakan kepada mereka, "Apakah kamu tak pernah gagal?"
Kita yakin, mereka akan menjawab, "Pernah."
Perencanaan membuat kita merasa telah mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Sesungguhnya kita hanya bersiap untuk melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Ternyata persiapan-persiapan yang terlalu berlebihan, hanyalah semacam usaha menunda. Perasaan takut ini, takut itu. Nanti kalau begini bagaimana, kalau begitu terus gimana. Maka, ini harus ditepis, dan beraksilah, menulislah!
Jika ingin kebiasaan menulis ada pada diri kita, pembukanya adalah mulai dengan perulangan menulis, bukan membayangkan kesempurnaan tulisan. Kita tak perlu meneliti karakter kebiasaan menulis yang ingin kita kuasai, yang diperlukan adalah melakukannya. Ya, sesederhana itu: kita hanya butuh mengulang-ulang menulis.
Ketika kita baru mulai belajar menulis, kita melakukan pekerjaan yang tak lazim bagi diri kita. Kita merasakan kesulitan, karena saluran-saluran syaraf yang dilalui oleh suatu sensasi belum stabil. Namun, setelah perulangan yang sering, akhirnya saluran-saluran itu berhasil membuat jalan pintas. Kesulitan-kesulitan raib, aksi menulis menjadi begitu otomatis sehingga dapat dilakukan tanpa melibatkan pikiran sadar lagi.
Setiap kali kita mengulang aksi menulis, pikiran kita mengaktifkan rangkaian syaraf tertentu terkait kebiasaan menulis. Dengan kata lain mengulang adalah langkah yang paling penting untuk merekam kebiasaan menulis di pikiran bawah sadar kita.
Semua kebiasaan mengikuti lintasan serupa, dari perulangan sampai menjadi perilaku yang spontan. Proses ini dinamakan otomatisasi. Jadi,
Otomatisasi adalah kemampuan melakukan perilaku tanpa memikirkan tiap langkahnya, yang terjadi ketika pikiran bawah sadar mengambil alih.
Jika langkah yang paling penting adalah: pengulangan, lalu timbul pertanyaan, "Berapa lama kita dapat membangun kebiasaan menulis?". Ini pertanyaan salah. Jelas-jelas kuncinya adalah: perulangan, semestinya yang ditanyakan adalah, "Berapa kali menulis harus diulang sehingga itu menjadi kebiasaan?"
Kebiasaan menulis, memerlukan tingkat frekuensi pengulangan yang cukup intens. Semakin sering dilakukan, maka semakin cepat pula terjadi otomatisasi. Bisa setiap hari sekali, atau mau lebih cepat lagi dua, tiga, empat atau sebanyak-banyaknya dalam sehari, tentunya disesuaikan, ditempelkan atau diselipkan ke dalam rutinitas kita sehari-hari. Sehingga dipahami di sini bukan berapa lama, tetapi berapa kali pengulangan.
Kita perlu melatih menulis, dan cara yang paling efektif adalah melakukannya dengan cara yang mudah. Sehingga kita merasakan kebiasaan menulis bukanlah hal yang sulit.
Mengapa kita ingin berupaya seefisien mungkin
Anggapan umum mengatakan motivasi adalah kunci untuk melakukan kebiasaan, termasuk kebiasaan menulis, mungkin.Namun, kenyataannya motivasi kita sejujurnya adalah malas dan ingin melakukan apapun dengan nyaman. Iya khan?
Energi dan tenaga adalah sesuatu yang sangat berharga, jadi pikiran kita memang dirancang untuk menghematnya. Jika seseorang diberi dua pilihan upaya suatu pekerjaan, maka wajar jika ia memilih pilihan dengan upaya paling sedikit.
Sejatinya hukum tersebut adalah hukum dalam ilmu Fisika. Hukum ini mengatakan,
"Lintasan yang diambil di antara dua titik, selalu lintasan yang memerlukan tenaga paling sedikit."
Tentu saja, coba kita bayangkan jika kita menuju rumah kita mulai titik A, kemudian lurus ke titik B, lanjut belok kanan dan lurus ke titik C. Titik C adalah rumah kita, sampailah kita di rumah.
Sementara ada jalan pintas, lebih dekat dari titik A ke titik C, tentu kita akan memilih jalan pintas ini. Karena memerlukan tenaga lebih sedikit dan waktu lebih cepat.
Sekarang begini, misalkan sasaran kita push up sehari 100 kali. Pada awal motivasi yang kuat, kita mampu menghimpun kekuatan untuk mulai melakukannya. Namun, setelah beberapa hari usaha tersebut ternyata sangat melelahkan.
Sedangkan, dibanding kita melakukan kebiasaan satu push up sehari, tidak menguras energi melakukan kebiasaan tersebut. Dan, semakin besar kemungkinan kebiasaan itu terlaksana.
Sekarang, ada fakta lain yang memperkuat. Coba perhatikan semua perilaku kita yang mengisi sebagian besar kehidupan kita, maka fakta berbicara bahwa,
semua perilaku tersebut dapat dan mungkin dilakukan karena tingkat motivasi yang sangat rendah.
Kebiasaan membuka ponsel sambil rebahan, karena kegiatan itu dikerjakan hampir tanpa susah payah. Kebiasaan-kebiasaan itu luar biasa menyenangkan.
Bahkan, Nabi kita telah memberi contoh selalu melakukan atau memilih hal yang paling mudah dilakukan. Subhanallah.
Menulis artikel harian, adalah penghalang untuk latihan berpikir jernih. Kita sesungguhnya malas untuk melakukan kebiasaan itu. Yang sesungguhnya kita inginkan adalah hasil yang diberikan kebiasaan itu. Sebuah buku, telah tercetak banyak dan laku, misalnya.
Semakin besar penghalang, yaitu makin sulit kebiasaan, semakin besar "gesekan" (friksi) antara kita dan keadaan akhir yang kita dambakan.
Inilah, sebabnya penting bagi kita untuk menjadikan kebiasaan-kebiasaan menjadikannya mudah sehingga kita akan melakukannya, bahkan ketika kita sedang tidak menyukainya.
Jika membuat kebiasaan-kebiasaan menulis lebih nyaman, kita akan lebih mudah menjalankannya.
Semakin sedikit tantangan-tantangan gesekan (friksi), semakin mudah kita munculkan pribadi kita yang lebih tangguh.
Menjadikan mudah menulis, bukan hanya melakukannya yang mudah, akan tetapi menjadikannya semudah mungkin saat melakukan menulis dengan hasil dalam jangka panjang.
Mungkin kita mampu menulis, yang menurut anggapan kita sulit. Masalahnya semangat menulis itu bisa turun, bisa naik. Kata orang ada yang namanya writer block, yaitu kebuntuan menulis adalah sebuah keadaan ketika penulis merasa kehilangan kemampuan menulis. Suatu hari kita merasa senang menulis, pada hari yang lain kita menyerah
Oleh karena itu, pada hari-hari sulit untuk menulis, kita perlu memiliki cara agar menjadikan menulis mudah sesuai selera kita. Mengapa begitu? Agar kita mampu mengatasi tantangan-tantangan tersebut secara alami, dengan sesedikit mungkin energi. Itulah hukum ilmu Fisika tersebut di atas.
Ngirit tenaga, jor-joran hasilnya, bagaimana caranya?
Bayangkan kita akan menggeser suatu perabotan rumah, misalnya lemari kayu yang sarat berisi pakaian, hanya sedikit bergeser berjarak sekitar dua langkah. Kita punya dua cara. Kita dorong begitu saja atau di bawah kaki lemari kita letakan suatu kain untuk melancarkan gerakan lemari yang kita dorong agar bergeser. Tentu pilihan kedua gerakan lemari akan lebih lancar, karena gesekan (friksi) antara kaki lemari dan lantai rumah berkurang. Semakin licin antara kaki lemari dan lantai, semakin lancar dan mudah pula gerakan penggeseran lemari. Semakin kasar di antara keduanya, semakin sulit pula lemari bergeser.Salah satu cara paling mudah untuk mengurangi gesekan yang terkait kebiasaan menulis, adalah merancang ulang lingkungan yang meliputi diri kita.
Dalam bab terdahulu kita telah belajar merancang lingkungan agar isyarat-isyarat lebih terlihat dan menarik. Nah, sekarang kita bisa juga merancang ulang lingkungan agar kebiasaan menulis mudah dieksekusi.
Sebagai permisalan, ketika memutuskan dimana harus melatih kebiasaan menulis tersebut. Yang paling efektif adalah memilih tempat yang sudah ada di jalur rutinitas kita sehari-hari. Kebiasaan menulis akan lebih mudah dihidupkan ketika sesuai dengan aliran kehidupan kita.
Misalnya,
kebiasaan menulis seseorang biasa dilakukan di ruang kerja di lantai atas rumahnya. Namun, karena kondisi ritme kehidupan, misalnya ada anggota keluarga yang sakit berat, dalam jangka waktu lama, dan memerlukan perawatan di kamar lantai bawah. Sehingga aliran ritme kehidupan sang penulis berubah drastis. Ia banyak melakukan rutinitas sehari-hari di lantai bawah, karena musti memperhatikan dan merawat anggota keluarga yang sakit tersebut. Sehingga yang tadinya kegiatan kebiasaan menulis mudah ia lakukan di ruang kerja, sekarang menjadi sulit. Ia musti bolak-balik ke ruang kerja di lantai atas dari lantai bawah. Untuk itu, perlu merancang ulang lingkungannya, dengan memindahkan meja kerja dan perangkat lainnya seperti laptop dan beberapa buku yang lebih dibutuhkan untuk saat dia menulis ke lantai bawah.
Kita bisa sebut strategi tersebut dengan "penambahan dengan pengurangan". Mencoba mengatasi hambatan dalam hidup dengan menguranginya, sehingga bertambahlah kualitas hidup kita. Ketika kita mengurangi proses yang memboroskan waktu, malah kita meningkatkan dan memberi manfaat bagi kebiasaan menulis kita.
Dengan upaya yang sedikit, kita mendapatkan hasil lebih banyak. Ini juga merupakan alasan, bahwa sering beres-beres rumah, akan meringankan beban pikiran yang diberikan lingkungan kepada diri kita.
Semua produk-produk yang membentuk kebiasaan, yang dilakukan oleh usaha tersebut adalah: menghilangkan gesekan kecil dalam kehidupan, contohnya:
✓ Layanan pengantaran makanan, mengurangi hambatan musti keluar rumah cari-cari makanan.✓ Layanan transpotasi travel, mengurangi hambatan dalam perjalanan ke kota yang sama.✓ Layanan pesan teks, mengurangi hambatan mengirim pesan dengan surat fisik yang lambat dan repot.✓ Adanya pengisian formulir pada suatu perangkat-perangkat elektronik daring yang hanya sekali isi, mengurangi jumlah "klik" yang harus dilakukan oleh pelanggan.✓ Munculnya aplikasi-aplikasi di gawai cerdas dengan tema semakin spesifik dan sempit, mengurangi pilihan-pilihan yang dilakukan pemilik gawai. Hanya sekali tap muncul aplikasi yang memberi manfaat yang memang diinginkan. Misal aplikasi "Rekaman Sirah Nabi Ibnu Hisyam". Jelas-jelas pendengar telah spesifik ingin mendengarkan rekaman sejarah Nabi yang ditulis oleh Ibnu Hisyam. Bukan aplikasi Rekaman Kajian, sehingga ia musti mencari-cari mana yang sejarah Nabi, ini mempersulit. Sedang aplikasi yang pertama, memudahkan.
Gagasan utama, adalah menciptakan lingkungan tempat melakukan kebiasaan menulis menjadi semudah mungkin. Membangun kebiasaan menulis lebih baik dengan mengurangi hambatan-hambatannya.
Begitu pula sebaliknya, kita bisa menambah hambatan-hambatan untuk menangkal kebiasaan sia-sia atau buruk yang menghalangi kebiasaan baik, termasuk kebiasaan menulis.
Menyiapkan lingkungan terbaik untuk masa depan penulis yang piawai
Kita bisa membentuk kebiasaan yang sulit menjadi mudah dengan strategi "menyusun ulang ruangan." Sebagai contoh:✓ Setelah kita bangun tidur, menata bantal dan melipat selimut.✓ Ketika turun dari mobil, langsung membuang sampah di tempatnya.✓ Setiap kali mandi, menunggu air hangat (misalnya ada penghangat air listrik atau gas), kita bisa membersihkan lantai keramik kamar mandi dan jamban atau closet.✓ Mencuci piring langsung setelah selesai makan tidak menunggu piring kotor sampai menumpuk bersusun-susun seperti Menara miring Pisa.
Selain tujuannya adalah rapi dan bersih yang mengurangi beban pikiran akibat pengaruh lingkungan pada diri kita, juga hal tersebut menyiapkan aksi untuk waktu berikutnya. Ketika kita masuk ruangan, semua telah berada di tempat yang benar. Orang mengira kita bekerja keras selalu membereskan rumah, padahal sesungguhnya kita sangat malas. Mengapa? Karena dengan cara tadi, kita banyak waktu untuk malas-malasan (baca: menulis, atau kebiasaan baik lainnya).
Ada banyak cara untuk menyiapkan lingkungan kita sebaik mungkin sehingga apa-apa yang ada di situ bisa siap kita gunakan untuk menulis. Seperti:
- Jika ingin rutin menulis pada ketika tengah malam bangun tidur, siapkan buku khusus latihan menulis atau hp, tablet untuk menulis, buku atau kitab sebagai referensi di dekat tempat kita istirahat. Jika perlu telah kita persiapkan kerangka tulisannya terlebih dahulu.
- Jika ingin membaca buku atau kitab setiap malam setelah shalat Isya sekembalinya dari masjid, maka siapkan buku atau kitab di rak mini atau di atas meja dekat pintu masuk ketika kembali dari masjid.
- Jika ingin menulis ide tulisan disela-sela kegiatan rutin kita, pasang alarm di gawai cerdas kita pada pukul yang kita maui. Itu sebagai pengingat, karena saking sibuknya kita, terkadang terlewat. Padahal dengan padatnya kegiatan rutin, justru banyak ide-ide yang muncul ketika itu.
- Jika ingin posting di blog atau channel pribadi setiap hari, pasang screen saver, wall paper ketika lock screen pada telpon pintar kita.
- Dan banyak lagi, kita bisa kembangkan kreativitas kita untuk memudahkan kita menulis.
Inilah, cara-cara sederhana untuk membuat kebiasaan menulis berada di lintasan kehidupan kita dengan hambatan paling sedikit.
Kitapun dapat membalik pedoman ini untuk menghilangkan kebiasaan sia-sia atau buruk yang sebetulnya bisa kita gunakan untuk kebiasaan menulis. Misalkan:
Kita mengulang kembali hal ini, karena memang telah menjadi kebiasaan sia-sia bahkan keburukan massal. Yaitu kebiasaan membuka ponsel cerdas kita tanpa alasan apa-apa, cuma ingin lihat-lihat saja. Jika ini kita lakukan hanya sehari sekali, atau bahkan seminggu sekali tidak akan berdampak apa-apa terhadap rutinitas kita. Akan tetapi jika dosisnya berlebihan, hampir setiap kesempatan luang buka hp tanpa tujuan yang jelas, maka jika dikalikan seminggu atau sebulan, ternyata kita telah memboroskan waktu kita. Yang sejatinya bisa dimanfaatkan untuk kebiasaan baik termasuk menulis.
Maka, jika situasinya memungkinkan,
- Tahap pertama, kita bisa meninggalkan ponsel di ruangan lain sampai saat makan siang. Ketika ponsel di ruangan lain kita jarang memikirkannya. Akhirnya, kita mendapatkan 3 - 4 jam pada pagi hari untuk menulis di laptop, misalnya tanpa interupsi.
- Tahap kedua, jika meletakkan ponsel di ruangan lain masih memancing kita untuk membukanya, maka kita bisa minta seorang teman atau anggota keluarga kita untuk menyembunyikannya dalam beberapa jam. Minta mereka untuk melenyapkannya dari pandsngsn kita di pagi hari dan minta juga kepada mereka untuk mengembalikannya saat makan siang.
- Bisa juga dengan cara, letakkan icon-icon aplikasi yang sering kita buka tanpa tujuan jelas - biasanya aplikasi medsos - dalam folder khusus atau di halaman ponsel tersembunyi kita.
- Jika masih memudahkan kita membukanya, hapus aplikasi-aplikasi medsos dari ponsel kita dalam hitungan hari atau minggu, jika memang medsos-medsos itu sangat mendominasi ritme kehidupan kita tanpa arah yang jelas. Ketika kita butuh kembali, bisa kita unduh kembali yang memang "ribet" butuh waktu.
- Atau minta tolong kepada teman atau anggota keluarga, untuk mereset password-password akun medsos kita. Pada waktu telah ditentukan - misalkan, 3 hari kemudian - teman atau anggota keluarga tersebut bisa mengirimkan password-password itu kepada kita.
Kita bayangkan, akibat kumulatif dari membuat banyaknya hambatan kebiasaan buruk memudahkan kebaikan kebiasaan menulis. Dalam jangka waktu lama, tentu sangat dahsyat.
Begitu kebiasaan sia-sia atau buruk menjadi mustahil, kita mendapati sesungguhnya kita ternyata memang memiliki motivasi untuk melakukan hal-hal yang lebih bermakna. Setelah menghilangkan godaan psikis dari lingkungan kita, kebiasaan menulis menjadi lebih mudah bagi kita.
Kita harus selalu bertanya pada diri kita,
"Bagaimana kita dapat merancang dunia kita yang hanya berisi memudahkan perbuatan-perbuatan baik, dan menulis?"
Kita musti dan tidak boleh tidak merancang ulang kehidupan kita supaya aksi-aksi yang penting untuk kebaikan menulis adalah aksi-aksi yang paling mudah dikerjakan.
***
Posting Komentar untuk "#15 Mengurangi Hambatan-hambatan"