#01 Kehidupan Utsman bin Affan sebelum menjadi khalifah
Khalifah Utsman bin Affan, 23 - 35 H
Kitab Al-Khulafa' Ar-Rasyidun - Dirasat Tarikhiyah Li Sanati Ats-Tsanawiyah Al-Mutawasithah
Nasab dan masa mudanya
Utsman bin 'Affan bin Abul-Ash bin Umayah bin Abdusy-Syams Al-Qurasy.Utsman ibn 'Affan radhiyallahu 'anhu dijuluki Dzun-Nurain, Pemilik Dua Cahaya, karena menikahi dua putri Nabi Shallallahu alaihi wasallam. Utsman radhiyallahu 'anhu juga, hijrah dua kali, dan salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk Syurga. Utsman radhiyallahu'anhu juga termasuk salah satu dari enam sahabat yang Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam meninggal dalam keadaan ridha kepada mereka. Bahkan, Utsman radhiyallahu'anhu adalah salah satu dari penghafal Kitabullah, Al-Qur'anul-Karim.
Utsman radhiyallahu 'anhu lahir di Thaif setelah lima tahun lahirnya Nabi shalallahu 'alaihi wasallam.
Beliau radhiyallahu 'anhu tumbuh dalam suasana keluasan hidup. Karena, ayahnya seorang pedagang besar. Kafilah-kafilah dagangnya datang dan pergi dari negeri Arab ke negeri Syams.
Tatkala ayahnya meninggal, Utsman radhiyallahu 'anhu diwarisi kekayaan yang besar dan dikembangkannya dalam perdagangan. Maka berkembanglah perdagangan tersebut seiring berjalannya waktu. Dan, itulah yang menjadi bekal Utsman radhiyallahu 'anhu dalam perang jihad dan bekal membantunya dalam berbagai kebaikan.
Islamnya Utsman radiyallahu 'anhu
Para ahli sejarah mengatakan, bahwa sebab keislamannya, konon Utsman radhiyallahu 'anhu bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu pada suatu majelis. Maka, Abu Bakar mulai menjelaskan prinsip-prinsip Islam dan adab-adabnya.
Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata, "Wahai Utsman kasihan dirimu, sesungguhnya engkau adalah orang yang tegas berprinsip lagi berakal, tak biasa tersembunyi bagimu yang benar dari yang salah, lantas apa hakikat patung-patung ini? Bukankah itu hanya batu yang tak mampu mendengar, tak sanggup melihat, tak memberi manfaat dan tak mencelakai?"
Utsman radhiyallahu 'anhu berkata, "Tentu aku tahu sebagaimana yang engkau katakan."
Maka Abu Bakar radhiyallahu 'anhu pun mengajaknya untuk bertemu kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Ketika Utsman radhiyallahu 'anhu bertemu dengan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun menawarkan Islam, sehingga iapun masuk Islam. Dengan demikian, beliau radhiyallahu 'anhu termasuk As-Sabiqun Al-Awalun.
Dan, ketika Utsman radhiyallahu 'anhu masuk Islam, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun mencintainya. Bahkan, hubungan semakin menguat antara keduanya, dengan menikahnya Utsman radhiyallahu'anhu dengan Ruqayyah radhiyallahu 'anha, putri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Ketika Ruqayyah radhiyallahu 'anha meninggal, hal itu sangat berpengaruh pada diri Utsman radhiyallahu 'anhu dan sangat tampak kesedihan padanya. Tak tampak Utsman kecuali dalam keadaan bersedih.
Dan, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun melihatnya dan bertanya, "Mengapa engkau bersedih, wahai Utsman?"
Utsmanpun menjawab, "Wahai Rasulullah apakah ada orang yang tertimpa musibah sebagaimana musibah yang menimpaku. Sungguh punggungku telah patah dan sekaligus putuslah hubungan persaudaraan antara aku dengan dirimu, ya Rasulullah."
Maka Rasulullahpun menghibur jiwanya dan menikahkannya dengan saudarinya Ruqayyah yaitu Ummu Kultsum radhiyallahu'anha. Dan, Ummu Kultsum menjadi istrinya sampai Ummu Kultsum meninggal dunia.
Lebih dari itu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berujar, "Wahai Utsman seandainya aku punya putri yang ketiga, aku akan nikahkan denganmu."
Dari sanalah beliau disebut dengan julukan Dzun-Nurain, Pemilik Dua Cahaya. Begitu sangat mulia kedudukan Utsman radhiyallahu 'anhu.
Dan beliau berhijrah ke Habasyah dua kali, tanpa memperdulikan apa yang akan menimpa perdagangannya berupa kerugian, yakni tidak berjalan, tidak berkembang. Maka, beliau disebut dengan julukan juga, Dzul Hijratain, hijrah dua kali ke Habasyah.
Kemudian, Utsman radhiyallahu 'anhu ke Madinah setelah hijrahnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Dan, beliau termasuk digolongkan ikut dalam peperangan Badr meskipun beliau tidak ikut. Beliau dengan izin Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tidak ikut pertempuran Badr, karena merawat istrinya Ruqayyah yang sedang sakit. Maka, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam membagikan untuknya satu bagian rampasan perang sebagaimana yang ikut dalam peperangan.
Fadilah beliau radhiyallahu 'anhu yang lain adalah, Utsman dalam peristiwa baiat Ridhwan, itu menjadi baiat terbaik, dimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mewakili baiatnya Utsman. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menepukkan tangan kanannya ke tangan kirinya seperti bersalaman dan beliau mengatakan, "Ini baiatnya Utsman."
Fadilah-fadilah beliau memang banyak sekali.
Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata, "Wahai Utsman kasihan dirimu, sesungguhnya engkau adalah orang yang tegas berprinsip lagi berakal, tak biasa tersembunyi bagimu yang benar dari yang salah, lantas apa hakikat patung-patung ini? Bukankah itu hanya batu yang tak mampu mendengar, tak sanggup melihat, tak memberi manfaat dan tak mencelakai?"
Utsman radhiyallahu 'anhu berkata, "Tentu aku tahu sebagaimana yang engkau katakan."
Maka Abu Bakar radhiyallahu 'anhu pun mengajaknya untuk bertemu kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Ketika Utsman radhiyallahu 'anhu bertemu dengan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun menawarkan Islam, sehingga iapun masuk Islam. Dengan demikian, beliau radhiyallahu 'anhu termasuk As-Sabiqun Al-Awalun.
Dan, ketika Utsman radhiyallahu 'anhu masuk Islam, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun mencintainya. Bahkan, hubungan semakin menguat antara keduanya, dengan menikahnya Utsman radhiyallahu'anhu dengan Ruqayyah radhiyallahu 'anha, putri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Ketika Ruqayyah radhiyallahu 'anha meninggal, hal itu sangat berpengaruh pada diri Utsman radhiyallahu 'anhu dan sangat tampak kesedihan padanya. Tak tampak Utsman kecuali dalam keadaan bersedih.
Dan, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun melihatnya dan bertanya, "Mengapa engkau bersedih, wahai Utsman?"
Utsmanpun menjawab, "Wahai Rasulullah apakah ada orang yang tertimpa musibah sebagaimana musibah yang menimpaku. Sungguh punggungku telah patah dan sekaligus putuslah hubungan persaudaraan antara aku dengan dirimu, ya Rasulullah."
Maka Rasulullahpun menghibur jiwanya dan menikahkannya dengan saudarinya Ruqayyah yaitu Ummu Kultsum radhiyallahu'anha. Dan, Ummu Kultsum menjadi istrinya sampai Ummu Kultsum meninggal dunia.
Lebih dari itu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berujar, "Wahai Utsman seandainya aku punya putri yang ketiga, aku akan nikahkan denganmu."
Dari sanalah beliau disebut dengan julukan Dzun-Nurain, Pemilik Dua Cahaya. Begitu sangat mulia kedudukan Utsman radhiyallahu 'anhu.
Dan beliau berhijrah ke Habasyah dua kali, tanpa memperdulikan apa yang akan menimpa perdagangannya berupa kerugian, yakni tidak berjalan, tidak berkembang. Maka, beliau disebut dengan julukan juga, Dzul Hijratain, hijrah dua kali ke Habasyah.
Kemudian, Utsman radhiyallahu 'anhu ke Madinah setelah hijrahnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Dan, beliau termasuk digolongkan ikut dalam peperangan Badr meskipun beliau tidak ikut. Beliau dengan izin Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tidak ikut pertempuran Badr, karena merawat istrinya Ruqayyah yang sedang sakit. Maka, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam membagikan untuknya satu bagian rampasan perang sebagaimana yang ikut dalam peperangan.
Fadilah beliau radhiyallahu 'anhu yang lain adalah, Utsman dalam peristiwa baiat Ridhwan, itu menjadi baiat terbaik, dimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mewakili baiatnya Utsman. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menepukkan tangan kanannya ke tangan kirinya seperti bersalaman dan beliau mengatakan, "Ini baiatnya Utsman."
Fadilah-fadilah beliau memang banyak sekali.
Jasa Utsman dalam membantu dakwah Islam
Utsman telah memberi perumpamaan yang paling menakjubkan dalam membantu dakwah dan meninggikan Kalimat Tauhid.Beliau adalah orang yang paling dermawan dari kalangan muslimin di saat kondisi sangat sempit dan di saat penyeru jihad menyerukan jihad. Termasuk yang diriwayatkan, bahwa beliau dalam jalannya membantu dakwah, yaitu sikap beliau dalam pertempuran Al-'Usrah - pertempuran Tabuk di tahun 9 Hijriyah.
Yaitu tatkala kesempitan dan kesulitan betul-betul menimpa kaum muslimin, sangat sempit dan sangat berat maka disebut Pasukan Al-'Usrah. Maka, Utsmanpun langsung bangkit untuk menyerahkan dan mengorbankan hartanya. Beliau memberikan kepada kaum mujahidin, para prajurit apa yang mereka butuhkan baik berupa kuda, unta maupun makanan dan harta. Hingga disebut beliau bersedekah atau mendukung pasukan dengan 900 ekor unta dan 50 ekor kuda. Dan beliau juga membawa 1000 dinar keping emas di kantongnya dan menumpahkannya di pangkuan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Sampai-sampai Rasulullah berkata, "Tidak akan mencelakai Utsman segala yang ia kerjakan setelah hari ini." Karena itu menunjukkan keimanan yang sangat kuat.
Termasuk jasa-jasa beliau bahwa beliau membeli sumur Rumah dengan harga 20.000 dirham keping perak. Yang sebelumnya sumur tersebut milik Yahudi yang ia jual airnya kepada kaum muslimin, dan saat itu tak ada air segar di Madinah selain itu. Utsmanpun membelinya dan diberikan kepada kaum muslimin.
Di antara mauqif beliau radhiyallahu 'anhu yang lain pula, suatu kali orang-orang di masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu tertimpa paceklik, musim kering.
Dan, tatkala kondisi semakin genting, merekapun datang kepada Abu Bakar mereka mengatakan, "Wahai Khalifah, sungguh langit tidak kunjung turun hujan, dan bumi juga tak menumbuhkan tanaman. Dan sungguh orang-orang telah mengkhawatirkan kebinasaan. Lantas apa yang akan kita lakukan?"
Paceklik pada zaman dahulu menurut sejarah banyak yang meninggal, banyak orang berpindah dari satu tempat ke tempat lain hanya untuk mencari makan.
Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata, "Pulanglah kalian, bersabarlah, aku berharap tidak melalui sore hari, kecuali Allah sudah memberikan jalan keluar."
Maka, ketika datang waktu akhir siang, datanglah kabar bahwa rombongan dagang Utsman telah datang dari arah Syam, tentu membawa berbagai bahan makanan dan akan masuk Madinah di pagi hari.
Kemudian, ketika rombongan dagang telah sampai di Madinah, orang-orangpun berdatangan keluar menghadang rombongan tersebut.
Ternyata, ada 1000 unta yang dipenuhi dengan gandum, minyak dan anggur-anggur kering - dan semua unta menderum semua di depan pintu Utsman radhiyallahu 'anhu.
Serta merta, datanglah para pedagang dan berkata, "Wahai Utsman juallah kepada kami barang-barang yang telah sampai kepadamu ini, engkau sudah tahu bagaimana kesempitan orang-orang, jual kepada kami."
Utsman mengatakan dengan senang hati, "Berapa untung yang kalian berikan untukku?"
Mereka berkata, "Satu dirham engkau mendapatkan dua dirham." 100% keuntungan.
Kata Utsman, "Telah ada yang memberiku lebih dari itu."
Merekapun menawar lebih tinggi, "4 dirham." 200 % keuntungan.
Utsmanpun menjawab, "Sudah ada yang memberiku lebih dari itu."
Mereka para pedagang bahkan memberi tawaran semakin tinggi, "5 dirham."
Ternyata, Utsman tetap berkata, "Telah ada yang memberiku lebih banyak dari itu."
Merekapun berkata dan penasaran, "Wahai Abu Amr, sungguh tak ada pedagang di Madinah selain kami, dan tak seorangpun mendahului kami datang kepadamu, siapa yang telah memberi harga sedemikian itu?"
Maka, Utsmanpun menjawab, "Sesungguhnya Allah telah memberikan kepadaku setiap satu dirham sepuluh kali lipat, apakah kalian bisa menambahkan?"
Merekapun menjawab, "Tidak."
Utsman berkata, "Aku menjadikan Allah sebagai saksiku, bahwa aku jadikan segala yang ada pada unta-unta ini sedekah untuk fuqara dan orang miskin."
Inilah sikap Utsman radhiyallahu 'anhu, sedemikian besar mauqif sikap tersebut yang membuktikan kepada kita seluruh keagungan orang-orang tersebut yang menyiarkan kebaikan dalam berbagai tempat dan berbagai penjuru.
Kita takjub dengan peran Utsman atau pun takjub dengan peran pedagang tersebut. Yang mana mereka bersegera untuk membeli barang dagangan Utsman untuk menutup kebutuhan atau kekurangan-kekurangan orang-orang.
Sungguh para pedagang tersebut telah berusaha untuk mengurai suatu permasalahan yang sangat mengkhawatirkan dalam permasalahan sosial. Yaitu mereka berangkat dari prinsip Islam yang memerintahkan untuk bersedekah, berinfaq dan mengorbankan harta dalam jalan-jalan kebaikan.
Maka, sungguh seorang pedagang muslim hendaklah berangkat dari keislamannya dalam perdagangan. Hendaklah ia menyadari harta ini tak ada nilainya jika tidak diinfaqkan dalam jalan-jalan kebaikan dan jika tidak diinfakkan untuk membangun masyarakat Islam untuk menyebarkan kebahagiaan. Sehingga, dunia di tangan mereka, mereka menundukkan dunia di bawah ketaatan Allah taala. Dunia tidak di hati mereka sebagaimana banyak keadaan orang hari ini, dimana kebanyakan orang tak mau membayar zakat. Karena demikian cintanya kepada harta yang berakibat harta ada di hati mereka.
Demikianlah ini merupakan peran-peran Utsman radhiyallahu 'anhu dalam membantu dakwah, dukungan-dukungsn dan jasa-jasanya yang bercahaya dalam perjuangan meninggikan Kalimat Tauhid dan membantu agama.
***
Posting Komentar untuk "#01 Kehidupan Utsman bin Affan sebelum menjadi khalifah"