#01 Argumentasi
Kali ini, kita akan mempersoalkan bagaimana seorang penulis menyajikan suatu komposisi tulisan dengan sasaran utama mempengaruhi dan mengubah sikap dan pendapat orang lain, baik pembaca maupun pendengar. Bahasan mengenai ini disebut Argumentasi. Berbeda dengan Eksposisi, dalam Argumentasi, motivasi untuk mempengaruhi atau mengubah pendapat atau sikap orang lain jauh lebih dominan. Dalam karya-karya ilmiah, argumentasi menjadi tulang punggungnya.
Misalkan, seseorang yang tidak sependapat dengan pendapat seseorang yang lain, akan berusaha menunjukkan kelemahan dan kesalahan pendapat lawannya, dengan bukti-bukti dalam suatu penalaran yang bisa diterima oleh pembaca sebagai pendapat dan kesimpulan yang benar.
Jadi,
Argumentasi adalah,
Suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara.
Yang dimaksud retorika disini adalah:
Cabang dari dialetika yang membahas mengenai kemampuan dalam membuat argumen dalam bahasa sebagai alat di bidang ilmu etika. Retorika adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan menggunakan persuasi untuk menghasilkan bujukan baik terhadap karakter pembicara, emosional, atau argumen. Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Retorika
Melalui argumentasi, penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia sanggup menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi adalah suatu dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan.
Suatu topik tertentu kemungkinan dapat disoroti dengan salah satu bentuk retorika moderen. Misalkan, topik suatu pondok pesantren, dapat disoroti dengan ke empat bentuk retorika atau wacana tulisan.
Seorang penulis misalnya, dapat menulis topik ini dengan menggunakan:
1. Bentuk Narasi, Kisah atau Cerita, jika ia menulis atau berbicara mengenai sejarah pendirian dan perkembangan pondok pesantren sampai kini.
2. Bentuk Deskripsi, bila penulis ingin melukiskan keadaan yang nyata sekarang dalam pondok pesantren, tentang pimpinannya, tentang peran para pengajar, tentang para santri, dan sebagainya.
3. Bentuk Eksposisi, bila penulis ingin berusaha menguraikan tujuan atau cita-cita pondok pesantren tersebut.
4. Dan, terakhir penulis dapat menyajikan dalam bentuk Argumentasi, yang menjelaskan pendirian penulis, misalnya ia menyatakan agar diadakan perubahan dan perbaikan, atau bagaimana seharusnya kebijaksanaan pendidikan di pondok pesantren. Nah, agar pembaca mampu diyakinkan mengenai maksudnya itu, penulis harus pula mengemukakan bukti-bukti untuk memperkuat pendirian atau pendapatnya itu.
Dasar tulisan argumentatif adalah berpikir kritis dan logis. Maka dari itu harus bertolak dari fakta-fakta atau telah menjadi evidensi-evidensi yang ada. Fakta-fakta itu dapat dijalin sebagaimana yang dipergunakan dalam Eksposisi. Namun, dalam Argumentasi terdapat motivasi yang lebih kuat. Eksposisi hanya memerlukan kejelasan, sehingga fakta-fakta dipakai seperlunya. Dalam Argumentasi selain memerlukan kejelasan, membutuhkan juga keyakinan dengan perantaraan fakta-fakta itu.
Maka dari itu, dalam Argumentasi penulis harus meneliti apakah fakta yang dipergunakan benar. Dan, juga meneliti pula bagaimana relevansi kualitasnya dengan maksudnya.
Dengan fakta yang benar, penulis sanggup merangkaikan penuturan yang logis dan menuju kepada suatu kesimpulan yang tentu saja dapat dipertanggungjawabkan.
Seorang penulis yang kurang hati-hati dan tidak cermat menganalisa data-data fakta tersebut, dapat menggagalkan seluruh pembuktiannya.
Dari pemaparan secara global di atas tentang Argumentasi, akan dikemukakan terlebih dahulu beberapa dasar yang penting yang menjadi landasan Argumentasi. Yaitu:
1. Penalaran, yaitu bagaimana dapat merumuskan pendapat yang benar sebagai hasil dari suatu proses berpikir untuk merangkaikan fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima.
2. Beberapa corak proses penalaran.
3. Bagaimana mengadakan penilaian atau penolakan (kalau perlu) atas pendapat orang-orang lain atau pendapat kita sendiri yang pernah dicetuskan.
4. Bagaimana menyusun tulisan Argumentasi.
5. Persuasi, yang mempunyai kaitan sangat erat dengan Argumentasi, dan bahkan sering rancu atas kedua wacana tersebut. Secara umum, Persuasi menyentuh aspek-aspek emosi, lebih menekankan persesuaian emosional daripada kesepakatan rasional. Sedangkan, Argumentasi berusaha menghindari aspek emosi.
6. Autoritas, sering pula dalam tulisan, penulis mengutip ayat Al-Qur'an beserta tafsirnya dan Al-Hadits atau pendapat orang terkenal untuk memperkuat pembuktian, seperti perkataan ulama, dan sebagainya. Jika itu pendapat orang selain generasi awal dan yang mengikutinya, maka keterkenalan orang tak bisa menjadi alasan untuk mengutip begitu saja pendapat dan pikiran autoritas itu tanpa suatu penilaian yang kritis. Yang benar adalah pendapatnya yang diterima sebagai pendapat dan pikiran yang benar bila mencocoki Al-Qur'an dan As-Sunnah pada pemahaman Salafush Ummah. Sebagai manusia, siapa saja dapat membuat kesalahan dan kekhilafan. Oleh sebab itu, seorang penulis harus bersikap kritis menghadapi pendapat-pendapat orang lain, baik terkenal ataupun tidak.
Sebagai pedoman tentang penalaran atau akal, Islam telah membimbing kita tentang kedudukannya. Selengkapnya dapat dibaca "Kedudukan Akal dalam Islam" bisa lanjut TAP > https://asysyariah.com/kedudukan-akal-dalam-islam/
***
Posting Komentar untuk "#01 Argumentasi"