#02 Proposisi
Penalaran (jalan pikiran) adalah:
Suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan.
Suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan.
Argumentasi bisa dimisalkan sebagai suatu bangunan, maka fakta, evidensi dan sebagainya dapat dimisalkan sebagai batu bata, batu kali, semen, pasir, dan sebagainya. Sedangkan proses penalaran itu bisa disamakan dengan bagan atau arsitektur bangunan tersebut.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan.
Penalaran bukan saja dapat dilakukan dengan menggunakan fakta-fakta yang masih polos, tetapi dapat juga menggunakan fakta-fakta yang telah dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang berbentuk pendapat atau kesimpulan.
Kalimat-kalimat semacam itu terkait proses berpikir tadi disebut Proposisi.
Proposisi adalah:
Pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya.
Mengapa demikian?
✓ Suatu proposisi atau pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta-fakta untuk membuktikannya.
Sebaliknya,
✓ Suatu proposisi atau pernyataan dapat disangkal atau ditolak bila terdapat fakta-fakta yang menentangnya.
Perhatikan contoh-contoh berikut:
- Semua manusia akan mati pada suatu waktu.
- Beberapa orang Jakarta memiliki kekayaan yang berlimpah-limpah.
- Kota Surabaya hancur dalam Perang Dunia Kedua karena bom atom.
- Semua unta telah punah tahun 1980.
Keempat kalimat di atas adalah proposisi, kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya, dan dua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta-fakta yang ada menentang kebenarannya.
Proposisi selalu berbentuk kalimat deklaratif, karena hanya kalimat seperti itu yang dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya.
Sedangkan kalimat tanya, perintah, harapan, dan keinginan (desideratif), tak pernah mengandung proposisi. Coba, apa yang dapat dibuktikan dari kalimat seperti:
Inferensi dan Implikasi
Setiap Proposisi dapat mencerminkan dua kemungkinan:
1. Merupakan ucapan-ucapan faktual sebagai akibat pengalaman atau pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal.
- Siapa yang mengambil kitab itu?
- Berangkatlah segera!
- Semoga engkau selalu bahagia.
Setiap Proposisi dapat mencerminkan dua kemungkinan:
1. Merupakan ucapan-ucapan faktual sebagai akibat pengalaman atau pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal.
Contoh:
"Tadi terjadi suatu tabrakan di depan pondok pesantren."
Namun, informasi tersebut bisa dilanjutkan dengan kemungkinan mengataka:
2. Merupakan pendapat, atau kesimpulan seseorang mengenai suatu hal.
"Sopir bis yang melakukan kesalahan, karena tiba-tiba ia menghentikan kendaraannya."
Pembicara menyampaikan pernyataan itu dengan bertolak dari beberapa fakta untuk sampai pada pernyataan baru tersebut.
Kedua hal tersebut di atas, baik ucapan faktual maupun pendapat atau kesimpulan, merupakan proposisi, karena dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
Untuk membuktikan kebenaran yang terkandung dalam suatu pendapat atau kesimpulan, harus dicari dan diuji fakta-fakta yang dijadikan landasan untuk menyusun pendapat atau kesimpulan tersebut.
Lalu, jika demikian apakah fakta itu?
Fakta adalah:
Apa saja yang ada,
✓ baik perbuatan yang dilakukan maupun
✓ peristiwa-peristiwa yang terjadi, atau
✓ sesuatu yang ada di alam ini.
Tanpa memperhatikan atau mempersoalkan bagaimana pendapat orang tentangnya.
Sedangkan, pendapat merupakan kesimpulan (inferensi), penilaian, pertimbangan dan keyakinan seseorang tentang fakta-fakta itu.
Maka dari itu,
✓ Setiap ucapan faktual atau pernyataan berdasarkan fakta harus selalu dapat dibuktikan sebagai sesuatu yang benar atau salah.
✓ Pendapat atau kesimpulan dapat diterima atau ditolak karena kebenaran atau kesalahan faktanya dan cara menghubung-hubungkan fakta secara benar.
✓ Untuk menguji ucapan-ucapan yang bersifat faktual, dapat diadakan pengujian atau penelitian terhadap evidensinya.
✓ Untuk menguji suatu pendapat atau kesimpulan harus diadakan pengujian atas fakta atau evidensinya, dan pengujian atau penilaian terhadap proses pembentukan kesimpulan tersebut.
Kita langsung ke contoh saja.
✓ Ambil saja contoh di atas, pernyataan pertama, "Tadi terjadi suatu tabrakan di depan pondok pesantren." Maka untuk menguji ucapan faktual atau pernyataan tersebut:Kita mencoba mendatangi ke tempat tabrakan dan melihat apakah sungguh-sungguh telah terjadi peristiwa yang telah diucapkan, yakni tabrakan di depan pondok pesantren. Atau jika seluruh akibat tabrakan itu telah tak dapat dilihat lagi di tempat kejadian, maka kita dapat mencari informasi lebih lanjut kepada orang-orang yang telah menyaksikan peristiwa tabrakan tersebut. Jika dari berbagai informasi yang didapatkan menyatakan hal yang sama, maka itu akan membuat kita yakin, bahwa tabrakan tersebut benar-benar telah terjadi.
✓ Menilai pendapat atau kesimpulan jauh kebih berat. Di samping fakta-fakta yang dikumpulkan, perlu juga menilai bagaimana proses yang digunakan untuk sampai pada pendapat atau kesimpulan tersebut. Kita lanjutkan contoh peristiwa di atas, setelah diadakan penelitian, maka diperolehlah data atau fakta sebagai berikut:Ketika bis berada sekitar 2 meter di depan sedan yang membuntutinya, tiba-tiba dari arah kanan sebuah mobil jip membelok, memotong di depan bis, untuk masuk ke pondok pesantren. Mau tak mau sopir bis terpaksa menghentikan kendaraannya dengan mendadak untuk menghindari tabrakan. Sedangkan sedan yang berada di belakang bis dalam jarak 2 meter masih dalam kecepatan 50 km/jam tak sempat mengerem, dan tahu-tahu telah menghantam bagian belakang bis.
Maka, dengan acuan peraturan lalu lintas pendapat atau kesimpulan, "Sopir bis yang salah, karena tiba-tiba ia menghentikan kendaraannya", harus ditolak sebagai pendapat atau kesimpulan yang benar.
Semua pernyataan atau kesimpulan, sangat penting dalam menyusun Argumentasi. Pernyataan-pernyataan atau kesimpulan-kesimpulan tersebut merupakan reramuan yang digunakan dalam menyusun proses berpikir atau menyusun penalaran seseorang.
Sebelum membahas proses-proses tersebut, akan dikemukakan beberapa pengertian yang terkait erat dengan proses penalaran tersebut. Yaitu inferensi dan implikasi.
Kata inferensi berarti menarik kesimpulan. Sedang kata implikasi berarti melibat atau merangkum.
Secara definisi:
Inferensi adalah, kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada.
Implikasi adalah, rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena telah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri.
Banyak dari kesimpulan (inferensi) sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam evidensi (implikasi).
Untuk lebih jelasnya kita lihat contoh berikut:
Ada seorang ayah mendengar tetesan air dalam kamar mandi. Maka sang ayah menarik kesimpulan, bahwa kerannya bocor, atau kurang cermat ditutup. Nah, ada 2 kemungkinan kesimpulan, dan untuk menetapkan kesimpulan mana yang paling mungkin, harus dipertimbangkan 2 faktor berdasarkan 2 kesimpulan tersebut.:1. Bagaimana kebiasaan penghuni rumah menggunakan keran.2. Berapa lama usia keran tersebut.Jika ternyata salah satu anggota keluarga mempunyai kebiasaan membiarkan keran tak tertutup dengan benar, maka sang ayah dapat mengambil kesimpulan (inferensi) bahwa, "Salah satu anggota keluarga tidak menutup keran dengan cermat".Namun, jika keran tak dapat ditutup dengan normal, sedangkan keran telah lama tak diganti, maka dapat ditarik inferensi, "Kerannya telah aus, sebab itu butuh diganti."
Kasus di atas, mengandung asumsi-asumsi tertentu. Bunyi tetesan-tetesan air telah mencakup atau telah ada implikasi kebocoran. Dari tetesan-tetesan tersebut timbul suatu dugaan bahwa suatu kebocoran mungkin akibat kelalaian manusia atau karena kerusakan teknis. Sifat manusia yang ceroboh pada waktu-waktu sebelumnya, dapat saja terulang kembali. Kerusakan-kerusakan mekanis dapat diketahui melalui penyelidikan.
Sehingga, dapat dibedakan inferensi mana yang benar dan inferensi mana yang tidak benar dengan memperhatikan kebiasaan-kebiasaan dan keadaan pada umumnya.
Proses berpikir itu sangat kompleks dan rumit maka fakta, evidensi, dan kebiasaan-kebiasaan itu musti diperhitungkan dengan cermat.
Penalaran yang keliru dapat menggiring penulis kepada pendapat atau kesimpulan yang salah.
Dalam kehidupan sehari-hari penalaran yang salah tersebut terjadi, pertama kali bukan disebabkan oleh fakta atau evidensi yang tidak tepat, tetapi karena penulis atau pembicara dikuasai oleh emosi. Maka dari itu penulis harus benar-benar memperhatikan faktor-faktor emosional.
***
Posting Komentar untuk "#02 Proposisi"