Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

#03 Peta perjalanan menulis biografi

           Kita telah tahu, tokoh utama kita, kekurangan-kekurangannya, keinginan kuatnya dan kebutuhan pelajaran kehidupannya.

          Sekarang, apa plot yang sempurna yang dapat kita temukan dalam peristiwa-peristiwa yang telah dialaminya?

          Menulis suatu Biografi Inspiratif dengan rasa Novel ibarat suatu perjalanan darat yang sangat panjang lintas antar kota, lintas antar propinsi.

          Aku membayangkannya seperti ketika masa anak-anak pergi pulang kampung via darat. Berkendaraan mobil jip Mambo beratap kanvas, mulai dari kota Bengkulu menuju Surabaya. Antar kota, antar propinsi, dan bahkan antar pulau, Sumatra - Jawa. Rasa-rasanya tak mau berangkat saja. Tepatnya takut.

          Memulai menulis biografi, sama menakutkan, "Aku mesti menulis berapa halaman ...?"          

          Namun, jangan berpikir seperti itu. Jangan membayangkan kita akan duduk di dalam mobil jip dengan atap kanvas yang panas sepanjang ribuan kilometer, selama berhari-hari, terus menerus. Itu mah die hard!

          Jika membebani pikiran seperti itu, kita tak akan pernah mulai!

          Kita mesti memecah perjalanan darat yang panjang tersebut menjadi beberapa kepingan. Kita harus membuat tanda-tanda jalan, target-target kota-kota kecil yang kita akan lewati. Itu semua agar kita selalu di jalur perjalanan yang benar. Sehingga cukup kita melakukan perjalanan hari ini dari Bengkulu ke Tanjung Karang, besok kita menyebrang ke pulau Jawa sampai di Merak dan lanjut ke Jakarta. Lusa, kita berangkat dari Jakarta sampai Jogja, dan seterusnya.

          Dengan memetakan apa yang akan kita lewati dalam menulis biografi, akan menyederhanakan tugas-tugas yang cukup rumit ketika menuliskannya. Mungkin setebal tiga, empat sampai lima ratus halaman kertas ukuran A5. Namun dengan merancangnya menjadi target-target kecil, akan lebih mudah dicapai. Bahkan, sasaran-sasaran kecil itu akan membantu tetap pada rute yang benar menuju tujuan akhir biografi, berupa bentuk akhir yang memuaskan sang tokoh utama, setelah melewati proses transformasinya.

          Peta pikiran menulis biografi, juga berguna untuk menghindari penulisan ulang dari awal. Adapun revisi sedikit-sedikit itu adalah hal yang wajar.

          Memang, pertama kita menulis kita mengandalkan hasrat, semangat atau motivasi. Namun, agar kita tak tersesat oleh peristiwa-peristiwa nyata yang telah kita tulis, kita butuh akan struktur. Kita mulai menentukan arah yang jelas, agar tak timbul adanya gradasi penyimpangan sedikit demi sedikit tanpa kita rasakan. Penyimpangan terhadap tema dan tujuan biografi.

          Peta jalan menulis biografi dibagi menjadi tiga bagian, persis dengan pola kisah yang pernah dijelaskan. Yaitu, awal, tengah dan akhir. Setiap bagian, masih ada terbagi menjadi beberapa titik plot. Berikut gambaran singkatnya:

Bagian Awal

Terdiri titik-titik plot:

1. Pembuka atau Perkenalan  (0-1%), adalah: profil tokoh utama dan segala lingkungannya sebelum mengalami metamorfosis.

2. Penyingkapan tema (5%), penyingkapan sedikit, yakni masih secara global akan seperti apa perjalanan transformasi karakter tokoh utama. Atau menyiratkan apa yang mesti dipelajari tokoh utama, sebelum akhir biografi. Ya, tentu saja pelajaran hidup tersebut.

3. Persiapan (1% - 10%), suatu penjelajahan kehidupan sebelum transformasi tokoh utama dengan segala kekurangannya. Ada karakter-karakter pendukung lainnya dan tujuan utama sang tokoh utama. Namun, disini adanya keengganan tokoh utama untuk berubah. Ia merenung atas adanya sinyal-sinyal pelajaran hidup. Dan, ia mendapat isyarat-isyarat tentang resiko yang mesti akan ia terima jika tak berubah.

4. Katalis atau Dorongan (10%), sebuah peristiwa penyulut atau kejadian yang mengubah hidup tokoh utama. Peristiwa tersebut akan melemparkan tokoh utama ke sebuah dunia dan cara berpikir baru. Suatu insiden yang cukup besar yang mampu mencegah tokoh utama untuk kembali ke dunia sebelum transformasi (poin 3. Persiapan).

5. Debat atau Sanggahan (10% - 20%), reaksi tokoh utama berupa perdebatan atau pertentangan terhadap tindakan yang akan dilakukan untuk berubah. Ia bimbang dan ragu, "Mestikah aku pergi melupakan masa laluku?"

Bagian Tengah

6. Meretas ke Bagian Tengah (20%), momen saat sang tokoh utama memutuskan untuk menerima panggilan untuk bertindak menuju dunia yang baru. Bertualang meninggalkan ranah nyamannya, dan berupaya cara berpikir baru. Saat inilah ia terpisah dengan dunianya yang lama. Ada rasa "jungkir balik".

7. Cerita internal (22%), perkenalan pada sosok satu atau beberapa tokoh baru yang akan membantu tokoh utama dalam merenungi dan mempelajari tema (hikmah kehidupan) nya. Tokoh-tokoh pendukung ini bisa orang yang dicintai (figur), mentor, anggota keluarga, seorang teman atau bahkan musuh-musuhnya.

8. Keseruan (20% - 50%), sang tokoh di dunia barunya, boleh jadi ia menyukainya atau membencinya. Sukses atau gagal. Janji penulis berupa sebuah premis cerita, kepada para pembaca. Dan, inilah "daya pikat" biografi.

9. Titik plot tengah (50%), pertengahan biografi. Bisa jadi,
          ✓ kemenangan semu (sang tokoh utama mengalami kesuksesan) atau 
          ✓ kekalahan semu (sang tokoh utama mengalami kegagalan). 
Ada sesuatu yang dahsyat terjadi di sini, yang menjadi pemicu mendorong sang tokoh menuju perubahan yang hakiki.

10. Musuh mendekat (50% - 75%), 
✓ jika pada poin 9  Titik plot tengah merupakan kemenangan semu (sukses), maka bagian ini biasanya akan menjadi jalan menurun, situasinya semakin memburuk bagi sang tokoh utama.
✓ Jika pada poin 9 Titik plot tengah merupakan kekalahan semu (gagal), maka bagian ini biasanya akan menjadi jalan menanjak, situasinya semakin membaik bagi sang tokoh utama.
Bagaimanapun jalannya - menurun atau menanjak - musuh-musuh tokoh utama berupa kekurangan-kekurangannya (musuh internal), dan musuh-musuh dari luar (musuh eksternal) semakin nyata mendekat.

11. Semua musnah (75%), titik plot terendah dalam biografi. Sesuatu telah terjadi pada sang tokoh utama, semua musuh menjerumuskan tokoh utama terperosok hingga ke titik nadir.     
          Apakah titik nadir itu?
          Titik nadir ialah di mana kita berada di kondisi terendah dalam hidup. Kondisi yang banyak orang tak menginginkannya. Tapi ajaibnya, titik nadir ini mampu mengantarkan sebagian besar manusia menuju kebahagiaan yang hakiki dan tak lekang oleh waktu.

12. Kegelapan batin (80%), suatu momen reaksi sang tokoh utama dalam memahami segala sesuatu yang telah terjadi sejauh ini. Kondisi sang tokoh utama mungkin berbeda dalam hal ranah, tetapi secara kejiwaan semestinya lebih buruk, lebih berat daripada saat di awal cerita. Dia menyadari kekurangan-kekurangannya tetapi dalam jenis lain dari kekurangan-kekurangan di awal kisah. Inilah saat-saat yang tepat - sebelum cahaya terbit - bagi momen sebelum sang tokoh utama menemukan jawaban bagi masalah besarnya dan belajar pelajaran hidup.

Bagian akhir

13. Meretas ke Bagian Akhir (80%), sang tokoh utama menyadari, bahwa yang harus ia lakukan bukan hanya memperbaiki semua masalah yang timbul di Bagian Tengah, tetapi lebih dalam lagi yaitu: memperbaiki diri sendiri sang tokoh utama. Dan, ini akan menuju akhir atau lengkapnya dari siklus pengembangan karakter.

14. Klimaks (80% - 99%), sang tokoh utama telah benar-nenar memahami betul pelajaran hidupnya, dan melaksanakan dalam peretasannya. Musuh-musuhnya telah ia hancurkan, kelemahannya ditaklukkan. Dunia sang tokoh utama terselamatkan dan menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

15. Penutup (99% - 100%), cermin bagi gambaran Pembuka, profil sang tokoh utama sesudah mengalami dan melewati transformasi yang besar.

          Jadi, itulah peta perjalanan menulis biografi. Itulah blueprint penulis untuk sebuah kisah perjalanan hidup dengan struktur yang baik dan memikat. Peta tersebut dengan pengembangan karakter yang lengkap dan menarik, dan akan membuat pembaca merasa terkoneksi dengan kuat dengan apa yang ia baca.

          Mungkin, rangkaian peta tersebut bisa jadi membingungkan, tetapi itulah yang terbaik dan akan banyak dicari oleh para pembaca.

          Namun, bisa saja perjalanan hidup seseorang bukan melalui peta seperti tersebut di atas. Tak mengapa, sejauh sang tokoh mempunyai; masalah atau kekurangan, hasrat atau keinginan, dan pelajaran hidup yang ia sadari, maka biografi tersebut tetap layak ditulis sebagai pelajaran bagi yang lain.
          Nah, sekarang kita akan mencoba memplotkan kisah Ngadiman sesuai peta perjalanan di atas.

Bagian Awal

1. Pembuka atau Perkenalan: masa kecilnya di Sidoarjo dan Bengkulu, yakni potret dirinya dengan sedikit disingkap kekurangan dan masalahnya.

2. Penyingkapan tema: peristiwa yang ada pada episode "Hari Raya" dan "Kuswadi". Yaitu sedikit tersingkap kemana akan berjalan kisahnya. Di situ tersirat pula apa yang akan ditemukan dan dipelajari Ngadiman pada akhirnya. Yaitu, tentu saja prinsip hidup Islam.

3. Persiapan : penjelajahan kehidupan Ngadiman sebelum terjadinya perubahan besar, dengan segala kekurangan. Dan iapun berusaha menghilangkan masalah dan kekurangan tersebut, tetapi dengan cara yang salah. Yaitu berusaha ikut berbagai kegiatan bermasyarakat. Di situpun, ada keengganan untuk mempelajari prinsip hidup yang benar, karena lingkungan yang ada pada Ngadiman tidak mendukung. Ini terjadi pada masa remaja (SMP) di Bengkulu, masa sekolah SMA dan kuliah di ibukota.

4. Katalis atau Dorongan: peristiwa-peristiwa yang menyulut bahwa semestinya Ngadiman ke dunia baru tersebut, tetapi Ngadiman enggan, karena sulitnya dunia baru itu. Yaitu peristiwa-peristiwa yang hampir merenggut nyawanya, seperti sakit parah, tabrakan, hampir tertabrak, dan jatuh di bukit daeran bendungan Gajah Mungkur, Wonogiri.

5. Debat atau Sanggahan: adanya kebimbangan dan keraguan untuk hijrah, tetapi ada peristiwa-peristiwa yang semakin kuatnya untuk mengambil prinsip hidup sebagai solusi. Karena, apa yang Ngadiman jalankan selama ini, giat bersosialisasi dengan berbagai aktivitas tak membuat dirinya menemukan ketenangan hidup. Inilah momen malam yang menentukan.

Bagian Tengah

6. Meretas ke Bagian Tengah: momen yang dialami Ngadiman untuk memutuskan menerima panggilan prinsip hidup pada malam bersejarah, dimana keesokan harinya ia langsung berubah dan menjauhi teman-temannya waktu itu.

7. Cerita internal: perkenalan dengan tokoh-tokoh pendukung di dunianya Ngadiman yang baru seperti teman pengajian, pembina pengajian, ustadz, dan lain-lain dari kalangan Kelompok Teroris dan Sufi.

8. Keseruan: Ngadiman dengan dunia barunya, para teroris dan sufi. Pertama, ada rasa suka, tetapi kemudian timbul kebosanan. Banyak peristiwa yang dialami Ngadiman bersama para teroris dan sufi, sampai ke berbagai negeri lain.

9. Titik plot tengah: kemenangan atau kesuksesan semu yang telah di raih Ngadiman. Yaitu dengan mendapatkan pengajian "mirip" dengan manhaj Salaf. Banyak peristiwa yang mengawali, berupa konflik-konflik tahap pertama.

10. Musuh mendekat: banyak peristiwa berupa konflik-konflik internal. Sehingga disinilah Ngadiman merasakan kondisi situasinya menurun drastis, terpuruk. Musuh timbul dari tokoh-tokoh yang tadinya sepakat, waktu itu berbalik memusuhinya. Musuh dari dalam juga Ngadiman rasakan, ia musti melawan hawa nafsunya yang mengajak menerima tokoh-tokoh yang memusuhinya, dengan mengakui penyimpangan-penyimpangnya.

11. Semua musnah: Di sinilah Ngadiman mengalami titik terendah. Semua temannya memusuhinya dan keluarganya, kecuali hanya beberapa orang saja yang tetap membantu. Itupun dengan diam-diam. Semua hubungan dan persahabatan musnah karena agama.

12. Kegelapan: suatu momen perenungan untuk memahami semua kejadian sejauh itu. Dan, saat inilah Ngadiman merasa ada hal-hal yang mestinya dia lakukan sebagai jawaban dari pelajaran hidup.

Bagian Akhir

13. Meretas ke Bagian Akhir: Ngadiman menyadari, bahwa bukan hal-hal disekitarnya yang perlu diperbaiki. Namun, lebih dalam dan mundur lagi, perlu adanya perbaikan diri dengan belajar dan belajar. Menuntut ilmu kebenaran, Islam. Sehingga, berawal dari situ Ngadiman merasa itulah penyelesaian dari segala permasalahan, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

14. Klimaks: Ngadiman membuktikan itu semua dengan melaksanakan pindah ke tempat yang lebih memungkinkan untuk belajar Islam dengan pemahaman Salaful Ummah.

15. Penutup: disini epilog dari semua kisah Ngadiman, potret dia setelah melewati transformasi besar, yaitu berusaha mencocoki sebagai Ahlus Sunnah yang belajar sampai berkalang tanah di tempat-tempat ahlul ilmi yang in syaa Allah ikhlas mengikuti para pendahulu mereka.

***
www.sketsarumah.com
www.sketsarumah.com Mendesain kebiasaan BELAJAR ilmu syar'i dengan MENULISkannya, diretas bersama teman setia kopi di studio sketsarumah.com.

Posting Komentar untuk "#03 Peta perjalanan menulis biografi"

Menjadi Penulis Terampil
Hanya dari kebiasaan menulis sederhana
Motivasi Menulis

Gimana nih! memulai menulis

Motivasi Menulis
Kejutan dulu,
lalu Keteraturan

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kalimat

Motivasi Menulis

Merekam objek ide tulisan

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kata

Motivasi Menulis
Agar Menulis
tidak Lumpuh

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

menulis.sketsarumah.com
Seputar #sejarahislam #biografi #salafushshalih #caramenulis #deskripsi , #eksposisi , #artikel , #essay , #feature , #ceritanyata , #cerpen nonfiksi , #novel nonfiksi , #kisah inspiratif , #biografi inspiratif di studio www.sketsarumah.com.

Ikuti yuk!
Telegram: t.me/menulissketsarumah_com
Twitter: twitter.com/menulisketsarmh

Simpan yuk!
WhatsApp: wa.me/+6285100138746 dengan nama: www.sketsarumah.com