#12 Paragraf, Koherensi atau Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah bahwa paragraf itu harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal-balik antara kalimat-kalimat yang membina paragraf itu baik, wajar dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat atau semacam jurang yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya, tidak terasa loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Sebuah paragraf dapat juga membentuk suatu kesatuan yang kompak, walaupun mungkin kepaduan atau koherensinya tidak ada. Kesatuan tergantung dari sejumlah gagasan bawahan yang bersama-sama menunjang sebuah gagasan utama yang biasanya dinyatakan dalam sebuah kalimat topik. Sebaliknya, kepaduan tergantung dari penyusunan detail-detail dan gagasan-gagasan sekian macam sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antara bagian-bagian tersebut. Jika sebuah paragraf tidak memiliki kepaduan ini, maka tampaknya seolah-olah pembaca hanya menghadapi suatu kelompok kalimat, yang masing-masing dengan gagasannya sendiri, bukan suatu uraian yang integral. Pendeknya sebuah paragraf yang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan-urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian-perincian yang tidak lagi berorientasi kepada pokok utama tadi.
"Generasi tahun 1928 adalah generasi pencetus sumpah pemuda yang berjuang demi keinginan bernegara. Generasi tahun 1945 berjuang untuk melaksanakan gagasan sumpah pemuda. Generasi tahun 1945 adalah generasi pelaksana. Generasi zaman kemerdekaan adalah generasi pembina dan pengembang nilai-nilai nasional.
Tiap generasi mempunyai panggilan masing-masing sesuai dengan zamannya. Generasi pencetusan dan generasi pelaksana telah menunaikan tugasnya dengan baik. Yang pertama berhasil membangkitkan semangat keinginan bernegara; yang kedua berhasil menciptakan negara merdeka. Generasi pembina masih dalam ujian. Belum diketahui sampai di mana kemampuannya untuk membina dan mengembangkan warisan situasi yang diterima dari angkatan pelaksana. Apakah mereka itu mampu membina dan mengembangkan warisan situasi yang telah diterima; apakah mereka itu mampu membina dan mengembangkan nilai-nilai nasional sesuai dengan martabat bangsa yang merdeka, masih harus dibuktikan."
Kutipan di atas memperlihatkan bahwa kepaduan antara kalimat-kalimat yang membina kedua paragraf itu baik dan kompak, di samping terdapat kesatuan yang jelas. Kepaduan atau koherensi lebih ditekankan pada hubungan antar kalimat, yaitu apakah transisi dari sebuah kalimat ke kalimat yang lain itu berjalan lancar atau tidak.
Sebaliknya kutipan pada postingan #05 Cara Menulis : Pendalaman Paragraf, Kesatuan menunjukkan bahwa kepaduan antara kalimat-kalimat itu sama sekali tidak ada, pikiran penulis seolah-olah meloncat dari satu gagasan ke gagasan lain tanpa melihat bagaimana mempertalikan gagasan-gagasan itu.
Untuk memperoleh kepaduan yang baik dan mesra antara kalimat-kalimat adalah sebuah paragraf, maka harus diperhatikan persyaratan:
- Masalah kebahasaan;
- Perincian dan urutan gagasan (pikiran) dalam paragraf.
Masalah kebahasaan
Masalah kebahasaan yang turut mempengaruhi koherensi sebuah paragraf adalah: repetisi, kata ganti dan kata-kata transisi.Repetisi
Kepaduan sebuah paragraf dapat diamankan dengan mengulang kata-kata kunci, yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci ini mula-mula muncul dalam kalimat pertama lalu diulang dalam kalimat-kalimat berikutnya. Kehadiran kata itu berulang-ulang dalam kalimat-kalimat paragraf berfungsi untuk memelihara koherensi atau kepaduan semua kalimat paragraf itu.Perhatikan contoh di bawah ini:
"Sebagai penjasmanian pikir dan berpikir bahasa itu merupakan alat yang baik dalam pergaulan antar manusia. Pergaulan antar manusia ialah pertemuan total antara manusia satu dengan manusia lainnya; manusia dalam keseluruhannya, jasmani dan rohaninya bertemu dan bergaul satu sama lain. Tanpa bahasa pertemuan dan pergaulan kita dengan orang lain amat tidak sempurna."
Sebagai terlihat dari contoh di atas, frasa "pergaulan antara manusia" diulang kembali dalam kalimat berikutnya, sedangkan kata "manusia" sendiri diulang beberapa kali berturut-turut untuk menekankan arti atau fungsi bahasa "sebagai alat pergaulan antar manusia". Selanjutnya kata-kata "bertemu dan bergaul" diulang kembali dalam kalimat berikutnya, walaupun dalam bentuk yang agak berlainan yaitu "pertemuan dan pergaulan".
Kata ganti
Adalah suatu gejala universal, bahwa dalam berbahasa, sebuah kata yang mengacu kepada manusia, benda atau hal tidak akan dipergunakan berulang-kali dalam sebuah konteks yang sama. Pengulangan kata yang sama tanpa suatu tujuan yang jelas akan menimbulkan rasa yang kurang enak. Pengulangan hanya diperkenankan kalau kata itu dipentingkan atau mendapat penekanan. Misalnya dalam suatu laporan tentang kejahatan yang dilakukan oleh seorang yang bernama si Bujang, akan terasa mengganggu andaikata setiap kalimat berikutnya nama si Bujang diulang terus-menerus. Untuk menghindari segi-segi yang negatif dari pengulangan itu, maka setiap bahasa di dunia ini memiliki sebuah alat yang dinamakan kata ganti. Kata ganti itu timbul untuk menghindari pengulangan kata tadi (yang disebut anteseden) dalam kalimat-kalimat berikutnya.Dengan demikian kata ganti dapat pula berfungsi untuk menjadi kepaduan yang baik dan teratur antara kalimat-kalimat yang membina sebuah paragraf.
Coba perhatikan kedua wacana berikut:
"Adi dan Boy merupakan dua sahabat yang akrab. Setiap hari Adi dan Boy selalu kelihatan bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput Boy ke sekolah, karena rumah Adi lebih jauh letaknya dari rumah Boy. Adi dan Boy selalu siap sedia menolong kawan-kawan Adi dan Boy bila kawan-kawan Adi dan Boy mengalami kesulitan atau kesukaran. Guru Adi dan Boy sangat senang dan bangga melihat kelakuan Adi dan Boy yang sedemikian itu. Watak dan kelakuan Adi dan Boy selalu dijadikan suri tauladan bagi murid-murid lainnya. Walaupun demikian Adi dan Boy tidak pernah menjadi sombong atau angkuh, karena pujian yang sering Adi dan Boy terima."
Dari segi kesatuan, paragraf di atas baik. Tiap kalimat dalam paragraf di atas sebenarnya baik dan jelas. Tetapi seketika tinjauan itu dialihkan ke luar dari tiap kalimat, dengan menghubungkannya dengan kalimat-kalimat lain, maka terasa seolah-olah ada "kerikil" yang menghambat kelancaran laju paragraf tersebut. Terasa bahwa hubungan antara kalimat-kalimat itu kurang lancar jalannya, karena terlalu banyak mengulang kata nama diri.
Untuk memperbaikinya kata-kata benda (nama diri) dalam kalimat-kalimat berikutnya harus diganti dengan kata ganti:
"Adi dan Boy merupakan dua sahabat yang akrab. Setiap hari keduanya selalu kelihatan bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput Boy ke sekolah, karena rumahnya lebih jauh letaknya dari rumah Boy. Mereka selalu siap sedia menolong kawan-kawannya bila mereka mengalami kesulitan dan kesukaran. Guru mereka sangat senang dan bangga melihat kelakuan kedua sahabat yang demikian itu. Watak dan kelakuan mereka selalu dijadikan suri tauladan bagi murid-murid lainnya. Walaupun demikian keduanya tidak pernah menjadi sombong atau angkuh, karena pujian yang sering mereka terima."
Seperti tampak dalam wacana yang diperbaiki, pemakaian kata ganti memungkinkan penulis membicarakan orang atau hal secara bersinambung, tanpa menimbulkan kebosanan pada para pembaca. Teks yang kedua terasa segar dan lancar jalannya bila dibandingkan dengan teks pertama di atas.
Kata transisi
Kata-kata transisi fungsinya terletak antara kata ganti dan repetisi. Bila repetisi menghendaki pengulangan kata-kata kunci, serta kata ganti tidak menghendaki pengulangan sebuah kata benda, maka dalam masalah kata transisi ditempuh jalan tengah.Seringkali terjadi bahwa hubungan antara gagasan-gagasan agak sulit dirumuskan. Sebab itu diperlukan bantuan, dalam hal ini bantuan kata-kata atau frasa-frasa transisi sebagai penghubung atau katalisator antara satu gagasan dengan gagasan lainnya, atau antara satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dengan demikian hubungan ini bisa terjalin antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat. Malahan dapat terjadi pula hubungan antara paragraf dengan paragraf.
Bila hal ini kita hubungkan dengan proses berpikir pada manusia, maka proses berpikir pada anak-anak bersifat analitis. Ia hanya melihat peristiwa demi peristiwa. Sebaliknya proses berpikir pada orang-orang dewasa lebih bersifat sintetis. Ia coba mengadakan hubungan antara suatu gagasan dengan gagasan yang lain. Sebab itu pada anak-anak transisi sangat penting kedudukannya untuk mengatur hubungan antara satu gagasan dengan gagasan lain.
Sebaliknya pada orang dewasa sejauh mungkin pemakaian kata-kata itu dihindari, karena gagasan-gagasan itu dapat disajikan dalam bentuk yang terintegrasi tanpa diatur dengan kata transisi. Sebab itu dalam suatu tulisan yang baik sejauh mungkin dihindari pemakaian kata atau frasa transisi, tetapi bila benar-benar diperlukan untuk penekanan atau penegasan maka kata transisi itu harus dipakai.
Untuk mengkonkritkan pendapat di atas, coba perhatikan kedua contoh berikut. Contoh pertama merupakan cara bercerita seorang anak dan contoh kedua adalah cara yang dipakai seorang dewasa. Masing-masing berusaha menggambarkan apa yang dikerjakannya pada pagi hari.
"Jam lima pagi saya bangun. Sesudah itu saya ke kamar mandi, lalu saya mandi. Sesudah itu saya berpakaian. Sesudah berpakaian lalu saya makan pagi. Kemudian saya menyiapkan buku-buku sekolah saya. Sesudah itu saya pamit ayah dan ibu, lalu saya berangkat ke sekolah."
Bagaimana sekalipun pikiran si anak sudah disajikan secara teratur berkat bantuan kata-kata transisi di atas. Namun dari segi penilaian orang dewasa hubungan antar kalimat terasa kurang baik karena terlalu banyak kata-kata transisi. Perhatikan bagaimana hal yang sama dikemukakan oleh seorang dewasa:
"Hari masih jam lima pagi. Udara masih terasa segar dan nyaman, keadaan sekitar pun masih sunyi-senyap. Tanpa menghiraukan kesunyian pagi itu saya langsung menuju kamar mandi, setelah bersenam sebentar untuk melenturkan otot-otot yang telah beristirahat semalam. Siraman air yang sejuk dan dingin mengagetkan saya, tetapi hanya sekejap. Mandi pagi memang menyegarkan; badan menjadi segar, pikiran menjadi cerah. Semua kekusutan pada hari yang lampau hilang lenyap. Hari yang baru disongsong dengan hati yang lebih tabah. Itulah sebabnya saya selalu membiasakan diri mandi pagi."
Kutipan di atas hanya mempergunakan dua kata transisi, yang satu transisi yang mengatur hubungan waktu (pun terbalik) dan yang lain mengatur hubungan pertentangan. Lain halnya dengan contoh yang pertama; seluruhnya didominasi kata transisi yang mengatur hubungan waktu.
Ada bermacam-macam kata atau frasa transisi yang biasa dipergunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah, sesuai dengan jenis hubungan itu. Yang terpenting di antaranya ialah:
- Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah disebut sebelumnya: lebih lagi; tambahan (pula), selanjutnya, di samping itu, dan, lalu, seperti halnya, juga, lagi (pula), berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan lagi, demikian juga.
- Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebut lebih dahulu: tetapi, namun, bagaimanapun juga, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.
- Hubungan yang menyatakan perbandingan: sama halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana.
- Hubungan yang menyatakan akibat atau hasil: sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya.
- Hubungan yang menyatakan tujuan: untuk maksud itu, untuk maksud tersebut, supaya.
- Hubungan yang menyatakan singkatan, contoh, intensifikasi: singkatnya, ringkasnya, secara singkat, pendeknya, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya.
- Hubungan yang menyatakan waktu: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian.
- Hubungan yang menyatakan tempat: di sini, di situ, dekat, di seberang, berdekatan dengan, berdampingan dengan.
Perincian dan urutan gagasan (pikiran) dalam paragraf
Yang dimaksud dengan perincian dan urutan pikiran adalah bagaimana pengembangan sebuah gagasan utama dan bagaimana hubungan antara gagasan-gagasan bawahan yang menunjang gagasan utama tadi. Penulis bisa menjamin kepaduan dengan mengemukakan perincian isi berdasarkan urutan ruang, dimulai dari suatu sudut tertentu dan berangsur-angsur bergerak ke sudut yang berlawanan. Ia dapat juga mempergunakan urutan waktu atau urutan kronologis. Atau ia bisa mempergunakan urutan-urutan logis: sebab-akibat, umum-khusus, klimaks, proses dan sebagainya.Karena hal-hal ini akan diuraikan lagi dalam bagian berikutnya mengenai pengembangan paragraf, maka dalam bagian ini tidak diuraikan lebih terperinci. Walaupun demikian perlu ditegaskan bahwa kepaduan atau koherensi dan pengembangan paragraf secara praktis sulit dipisahkan. Seperti sudah dikatakan kepaduan lebih menekankan persoalan hubungan antar kalimat, sedangkan pengembangan paragraf lebih menekankan urutan-urutan gagasan. Tetapi karena urutan gagasan itu harus didukung oleh urutan-urutan kalimat, maka keduanya sulit dipisahkan. Dari segi konsepsional dan analisa, keduanya bisa dibicarakan tersendiri.
Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
- Cobalah membuat suatu Paragraf yang padanya terdapat Kepaduan dengan cara Repetisi (mengulang kata-kata yang dipentingkan)!
- Cobalah membuat suatu Paragraf yang padanya terdapat Kepaduan dengan mempergunakan Kata Ganti!
- Cobalah membuat suatu Paragraf yang padanya terdapat Kepaduan dengan mempergunakan Kata-kata Transisi!
Lanjut > #10 Perkembangan dalam Paragraf (1)
Posting Komentar untuk "#12 Paragraf, Koherensi atau Kepaduan"