#01 Pendahuluan
1. Bahasa
Pada waktu terakhir ini makin dirasakan betapa pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah bahwa, selain ahli-ahli bahasa, semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam dirinya dalam bidang teori dan praktek bahasa. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.Begitu pula melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk,dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang berada di sekitar manusia: peristiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dan diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi. Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ia memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, kebudayaan serta latarbelakangnya masing-masing.
Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan memperhatikan wujud bahasa itu sendiri, kita dapat membatasi pengertian bahasa sebagai : bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan olah alat ucap manusia.
Mungkin ada orang yang berkeberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka itu menunjukkan bahwa dua orang atau pihak dapat mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Isyarat coretan, asap api, bunyi dan sebagainya sejak lama telah dipergunakan untuk mengadakan komunikasi antara anggota masyarakat. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi sebagai disebut tadi mengandung banyak segi yang lemah. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mwmpergunakan media tadi. Dewasa ini sangat sulit bagi kita untuk membayangkan asal dan perkembangan kebudayaan umat manusia yang begitu kompleks tanpa bahasa.
Walaupun asap api, bunyi dan sebagainya dalam keadaan yang sangat terbatas dapat digunakan untuk berkomunikasi, tetapi semuanya bukanlah bahasa. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambangan.
2. Aspek Bahasa
Bahasa merupakan suatu sistim komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol rangkaian bunyi yang di hasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu. Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu,yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap panca indra.Berati bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi fokal yang di hasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi fokal dengan barang atau hal yang diwakilkannya itu. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita (= yang diserap panca indra kita), sedang arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain.
Arti yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka. Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Makna sebuah kata tergantung dari konvesi (kesepakatan) masyarakat bahasa yang bersangkutan. Apakah seekor hewan dengan ciri-ciri tertentu dinamakan anjing, dog, Hund, chien atau canis itu tergantung dari kesepakatan anggota masyarakat bahasa itu masing-masing.
Dalam sejarah bahasa pernah diperdebatkan apakah ada hubungan yang wajar antara kata dengan barangnya. Satu kelompok mengatakan ada; untuk itu diusahakan bermacam-macam keterangan mengenai timbulnya kata-kata dalam bahasa. Etimologi merupakan hasil dari kelompok ini. Namun etimologi yang mula-mula timbul untuk mendukung pendapat itu terlalu dibuat-buat sehingga sulit diterima. Usaha lain yang mempertahankan pendapat itu adalah apa yang dikenal dengan onomatope (kata peniru bunyi). Namun hal ini pun sangat terbatas. Terakhir dikemukakan bahwa tiap bunyi sebenarnya mengandung nilai-nilai tertentu, misalnya vokal a,u,o, menyatakan sesuatu yang besar, rendah dan berat, sebaliknya vokal i,e menyatakan sesuatu yang tinggi, kecil dan tajam. Demikian pula konsonan-konsonan melambangkan bunyi tertentu. Dalam beberapa hal barangkali dapat ditunjuk contoh-contoh yang mungkin meyakinkn. Tetapi terlalu banyak hal yang akan menentang contoh-contoh tadi. Dengan demikian pendapat lain lebih dapat diterima bahwa antara kata dan barang tidak terdapat suatu hubungan. Hubungan itu bersifat arbitrer, sesuai dengan konvesi masyarakat bahasa yang bersangkutan.
3. Fungsi Bahasa
Bila kita meninjau kembali sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal hingga sekarang, maka fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya dapat berupa:a. Untuk menyatakan ekspresi diri;
b. Sebagai alat komunikasi;
c. Sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial;
d. Sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial.
a. Alat untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain:- Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita;
- Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
Sebenarnya semua fungsi bahasa sebagai yang dikemukakan di atas tidak terpisah satu sama lain dalam kenyataan sehari-hari. Sehingga untuk menetapkan di mana yang satu mulai dan dimana yang lain berakhir sangatlah sulit. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri. Dalam buaian seorang bayi sudah dapat menyatakan dirinya sendiri, ia menangis bila lapar dan haus. Ketika mulai belajar berbahasa, ia memerlukan kata-kata untuk menyatakan lapar, haus dsb. Hal itu berlangsung terus hingga seorang menjadi dewasa; keadaan hatinya, suka-dukanya, semuanya coba diungkapkan dengan bahasa agar tekanan-tekanan jiwanya dapat tersalur. Kata-kata seperti: aduh, hai, wahai, dsb. menceritakan pada kita kenyataan ini.
b. Alat komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau difahami oleh orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua apa yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada orang-orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sejaman dengan kita.Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita. Ia juga memungkinkan manusia menganalisa masa lampaunya untuk memetik hasil-hasil yang berguna bagi masa kini dan masa yang akan datang.
Dalam pengalaman sehari-hari, atau katakanlah sejak kecil hingga seorang meningkat dewasa, bahasa perseorangan mengalami perkembangan, sejalan dengan bertambahnya kenyataan-kenyataan atau pengalaman-pengalaman seseorang. Bila kita membandingkan bahasa sebagai suatu sistim keseluruhan dengan wujud dan fungsi bahasa yang bertahap-tahap dalam kehidupan individual, yaitu wujud dan fungsi yang terbatas pada masa kanak-kanak, serta wujud dan fungsi bahasa yang jauh lebih luas pada waktu seseorang telah dewasa, maka dapatlah dibayangkan betapa wujud dan fungsi bahasa itu sejak awal mula sejarah umat manusia hingga kini. Bahasa itu mengalami perkembangan dari jaman ke jaman sesuai dengan perkembangan intelektual manusia dan kekayaan cipta-karya manusia sebagai hasil dari kemajuan intelektual itu sendiri.
Bila kita menyetujui yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia primitif masih sangat sederhana dan terbatas, serta kemampuan intelektual mereka masih sangat rendah bila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini, serta dipihak lain kita mengakui bahwa bahasa adalah alat untuk mengungkapkan atau mengkomunikasikan semua kebutuhan seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditegaskan pula bahwa wujud dan fungsi bahasa pada manusia-manusia primitif masih terbatas pula sesuai dengan keterbatasan kebutuhan dan kemampuan intelektualnya. Tetapi ketika teknik manusia bertambah serta kebudayaan dan kebutuhan manusia meningkat, maka bahasa itu turut pula berkembang untuk dapat menampung semua apa yang telah dicapai oleh umat manusia sehingga komunikasi tidak mengalami kemacetan.
c. Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa, di samping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.Melalui bahasa seorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala kebiasaan, tingkah laku, dan tata krama masyarakatnya. Ia mencoba menyesuaikan dirinya (adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa. Seorang pendatang baru dalam sebuah masyarakat pun harus melakukan hal yang sama. Bila ingin hidup dengan tentram dan harmonis dengan masyarakata itu ia harus menyesuaikan dirinya dengan masyarakat itu; untuk itu ia memerlukan bahasa, yaitu bahasa masyarakat tersebut. Bila ia dapat menyesuaikan dirinya maka iapun dengan mudah membaurkan dirinya (integrasi) dengan segala macam tata-krama masyarakat tersebut.
Bahasa-bahasa yang menunjukkan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan. Ia memungkinkan tiap individu untuk menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan masyarakat bahasa itu. Dua orang yang mempergunakan bahasa yang sama, akan mempergunakan pula kata-kata yang sama untuk melukiskan suatu situasi yang identik. Kata sebagai sebuah simbol bukan saja melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, tetapi ia juga melambangkan perasaan kemauan dan tingkah laku seseorang.
d. Alat mengadakan kontrol sosial
Yang dimaksud dengan kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak-tanduk orang-orang lain. Tingkah laku itu dapat bersifat terbuka (overt: yaitu tingkah laku yang dapat diamati atau diobservasi), maupun yang bersifat tertutup (covert: yaitu tingkah laku yang tak dapat diobservasi).Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan menggunakan bahasa. Semua tutur pertama-tama dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan, baik tanggapan yang berupa tutur, maupun tanggapan yang berbentuk perbuatan atau tindakan. Seorang pemimpin akan kehilangan wibawa, bila bahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan instruksi atau penerangan kepada bawahannya, adalah bahasa yang kacau atau tak teratur. Kekacauan dalam bahasanya akan menggagalkan pula usahanya untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak-tanduk bawahannya.
Dalam mengadakan kontrol sosial, bahasa itu mempunyai relasi dengan proses-proses sosialisasi suatu masyarakat. Proses-proses sosialisasi itu dapat diwujudkan dengan cara-cara berikut:
Pertama, memperoleh keahlian bicara, dan dalam masyarakat yang lebih maju, memperoleh keahlian membaca dan menulis. Keahlian bicara dan keahlian menulis pada masyarakat yang sudah maju, merupakan prasyarat bagi tiap individu untuk mengadakan partisipasi yang penuh dalam masyarakat tersebut.
Kedua, bahasa merupakan saluran yang utama dimana kepercayaan dan sikap masyarakat diberikan kepada anak-anak yang tengah tumbuh. Mereka inilah yang menjadi penerus kebudayaan kepada generasi berikutnya.
Ketiga, bahasa melukiskan dan menjelaskan peranan yang dilakukan oleh si anak untuk mengidentifikasikan dirinya supaya dapat mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan. Dan,
Keempat, bahasa menanamkan rasa keterlibatan (atau sense of belonging atau esprit de corps) pada si anak tentang masyarakat bahasanya.
Sebab itu bahasa yang dipergunakan pertama-tama haruslah bahasa yang umum dipakai, yang tidak menyalahi norma-norma yang umum berlaku. Seorang yang belum mahir mempergunakan bahasa akan menemukan kesulitan-kesulitan, karena apa yang dipikirkan atau dimaksudkan tidak akan sempurna dilahirkan kepada orang lain. Demikian pula dalam pergaulan umum, kalau bahasa yang dipergunakan bukan merupakan bahasa yang umum berlaku, maka sukar pula diperoleh komunikasi yang lancar. Semua hal ini akan menimbulkan kesalah-pahaman. Sangsi yang langsung dapat diterima oleh pembicara adalah bahwa apa yang diinginkan atau dikehendaki tidak dapat segera mendapat tanggapan.
Latihan kemampuan atau kemahiran pertama-tama bermaksud untuk menggelar dan mengembangkan potensi-potensi pribadi. Dengan latihan-latihan yang intensif, kita akan memperoleh keahlian bagaimana menggunakan daya pikir secara efektif, menguasai struktur bahasa dan kosakata secara meyakinkan, menggunakan suara dan artikulasi bahasa yang tepat, bagaimana menggunakan gerak-gerik, isyarat dan air muka sesuai dengan suasana dan isi pembicaraan. Latihan-latihan ini perlahan-lahan akan memungkinkan kita melahirkan ide, perngetahuan, perasaan dan lain-lainnya dalam bentuk bahasa yang baik dan lancar, dengan cara yang teratur dan logis.
Derngan demikian, kemahiran berbahasa akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat, bila ia dipergunakan sebagai alat komunikasi yang baik terhadap sesama warga masyarakat, bila ia memungkinkan kita mengembangkan kesanggupan kita untuk dapat mempengaruhi orang lain dalam mengembangkan kontrol sosial yang diinginkan. Dengan bahasa kita dapat mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih tinggi dari apa yang biasa dipakai oleh masyarakat umum.
Tingkat kemungkinan integrasi yang dilakukan terhadap lingkungan sosial, serta tingkat berhasilnya seseorang dalam menghendaki orang-orang lain berfikir, merasa, dan bertindak seperti pembicara, ditentukan oleh kesanggupan pembicara untuk mernyampaikan kepada orang lain apa yang dipikirkan atau dirasakan dengan jelas dan teratur. Sikap pembicara yang menentukan berhasil tidaknya komunikasi atau kontrol sosial itu tergantung pula dari faktor: ketepatan dan ketelitian maksud pembicara, dorongan untuk mengadakan kontrak dengan orang lain, makna dan arti yang jelas dari rangkaian kata-kata yang digunakannya.
Pada umumnya bila kita sebagai penonton, kita dengan mudah menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dibuat orang lain, dapat memperlihatkan kekurangan-kekurangan yang dilakukan orang lain. Tetapi seketika kita diberi tugas untuk melakukan hal yang sama, barulah kita menyadari bahwa tugas itu tidak semudah yang dapat kita bayangkan, atau sama sekali tidak pernah terpikirkan bahwa tugas itu sukar. Sebab itu dengan latihan dan teori yang diberikan perlahan-lahan kita mulai mengenal kekurangan kita, dan perlahan-lahan kita mengatasinya.
Dengan demikian kita mengembangkan pula perasaan yang lebih mendalam terhadap sesama anggota masyarakat, lebih dalam memahami reaksi-reaksi yang diberikannya, serta lebih banyak mengenal motif-motif kemanusiaan yang universal.
Tetapi sejarah juga mencatat kenyataan-kenyataan yang sama sekali tidak diharapkan umat manusia. Sejarah memperlihatkan pula bahwa kemahiran berbahasa yang dimiliki seseorang dapat disalah-gunakan untuk menghancurkan umat manusia dan kebudayaannya. Ini bukan menjadi tujuan kita. Sebab itu pemakai bahasa tidak saja harus memiliki kemahiran sebagai yang dimaksud, tetapi juga harus memiliki moral Islam yang tinggi, sehingga dapat menjadi batu timbangan dalam mengadakan kontrol sosial terhadap anggota-anggota masyarakat, terutama bila pembicara itu menduduki suatu tempat yang penting dalam masyarakat atau memegang tampuk pimpinan suatu masyarakat.(tkky)
4. Tujuan kemahiran berbahasa
Melihat fungsi-fungsi bahasa sebagai dikemukakan di atas, terutama fungsi sebagai alat komunikasi dan kontrol sosial, maka maksud utama dari buku ini ialah berusaha untuk memberikan dasar-dasar guna memperoleh kemahiran berbahasa, baik dalam penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tertulis, agar mereka yang mendengar atau diajak bicara, dengan mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan.Sebab itu bahasa yang dipergunakan pertama-tama haruslah bahasa yang umum dipakai, yang tidak menyalahi norma-norma yang umum berlaku. Seorang yang belum mahir mempergunakan bahasa akan menemukan kesulitan-kesulitan, karena apa yang dipikirkan atau dimaksudkan tidak akan sempurna dilahirkan kepada orang lain. Demikian pula dalam pergaulan umum, kalau bahasa yang dipergunakan bukan merupakan bahasa yang umum berlaku, maka sukar pula diperoleh komunikasi yang lancar. Semua hal ini akan menimbulkan kesalah-pahaman. Sangsi yang langsung dapat diterima oleh pembicara adalah bahwa apa yang diinginkan atau dikehendaki tidak dapat segera mendapat tanggapan.
Latihan kemampuan atau kemahiran pertama-tama bermaksud untuk menggelar dan mengembangkan potensi-potensi pribadi. Dengan latihan-latihan yang intensif, kita akan memperoleh keahlian bagaimana menggunakan daya pikir secara efektif, menguasai struktur bahasa dan kosakata secara meyakinkan, menggunakan suara dan artikulasi bahasa yang tepat, bagaimana menggunakan gerak-gerik, isyarat dan air muka sesuai dengan suasana dan isi pembicaraan. Latihan-latihan ini perlahan-lahan akan memungkinkan kita melahirkan ide, perngetahuan, perasaan dan lain-lainnya dalam bentuk bahasa yang baik dan lancar, dengan cara yang teratur dan logis.
Derngan demikian, kemahiran berbahasa akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat, bila ia dipergunakan sebagai alat komunikasi yang baik terhadap sesama warga masyarakat, bila ia memungkinkan kita mengembangkan kesanggupan kita untuk dapat mempengaruhi orang lain dalam mengembangkan kontrol sosial yang diinginkan. Dengan bahasa kita dapat mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih tinggi dari apa yang biasa dipakai oleh masyarakat umum.
Tingkat kemungkinan integrasi yang dilakukan terhadap lingkungan sosial, serta tingkat berhasilnya seseorang dalam menghendaki orang-orang lain berfikir, merasa, dan bertindak seperti pembicara, ditentukan oleh kesanggupan pembicara untuk mernyampaikan kepada orang lain apa yang dipikirkan atau dirasakan dengan jelas dan teratur. Sikap pembicara yang menentukan berhasil tidaknya komunikasi atau kontrol sosial itu tergantung pula dari faktor: ketepatan dan ketelitian maksud pembicara, dorongan untuk mengadakan kontrak dengan orang lain, makna dan arti yang jelas dari rangkaian kata-kata yang digunakannya.
5. Manfaat tambahan
Bila tujuan utama tercapai, yaitu sudah memperoleh kemahiran berbahasa, maka secara implisit kita memperoleh pula beberapa macam kesanggupan lain. Kesanggupan-kesanggupan tersebut yang akan muncul dengan sendirinya pada tahap seorang betul-betul mahir berbahasa ialah:a. Kita lebih mengenal diri kita sendiri.
Kita bisa mengetahui sampai di mana kesanggupan kita untuk mempengaruhi orang lain, betapa hidupnya imajinasi kita, berapa jauh dapat kita harapkan hasil dari pemikiran atau buah pikiran kita.Pada umumnya bila kita sebagai penonton, kita dengan mudah menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dibuat orang lain, dapat memperlihatkan kekurangan-kekurangan yang dilakukan orang lain. Tetapi seketika kita diberi tugas untuk melakukan hal yang sama, barulah kita menyadari bahwa tugas itu tidak semudah yang dapat kita bayangkan, atau sama sekali tidak pernah terpikirkan bahwa tugas itu sukar. Sebab itu dengan latihan dan teori yang diberikan perlahan-lahan kita mulai mengenal kekurangan kita, dan perlahan-lahan kita mengatasinya.
b. Kita lebih dalam memahami orang lain.
Komunikasi tidak bisa berjalan searah, harus terjadi secara timbal balik. Biasanya dalam keadaan biasa kita mudah mengetahui kekurangan orang-orang lain, bagaimana bahasanya, bagaimana keteraturan isi pikirannya dan sebagainya. Tetapi karena kita sendiri sudah mulai memahami diri kita sendiri merngenai kesulitan-kesulitan yang kita hadapi sendiri, maka kita pun secara tak langsung menyadari pula kesulitan yang sama yang juga dihadapi orang lain.Dengan demikian kita mengembangkan pula perasaan yang lebih mendalam terhadap sesama anggota masyarakat, lebih dalam memahami reaksi-reaksi yang diberikannya, serta lebih banyak mengenal motif-motif kemanusiaan yang universal.
c. Belajar mengamati dunia sekitar kita dengan lebih cermat.
Dalam kehidupan srhari-hari kita lebih banyak bertindak srbagai penonton dengan tidak memikirkan lebih mendalam mengenai segala sesuatu yang berada di sekitar kita. Tetapi ketika kita memperoleh tugas untuk membahas suatu persoalan baru timbul masalah: bagaimana harus membahas masalah itu secara mendalam, bagaimana harus menguraikan persoalan itu sehingga jelas diterima oleh orang-orang lain. Mau tidak mau kita harus mempelajari hal itu secara lebih seksama, meneliti masalah itu dari segala macam sudut, meneliti pendapat ahli-ahli lain mengenai masalah tersebut dan sebagainya. Itulah sebabnya sebuah tulisan ilmiah harus didahului dengan suatu penelitian. Dengan penelitian tersebut kita dapat memberi tanggapan-tanggapan yang lebih sensitif. Kita mengembangkan pula kesanggupan untuk melihat detail-detail dari tiap situasi yang paling utama dan menarik.d. Kita mengembangkan suatu proses berfikir yang jelas dan teratur.
Setiap orang selalu beranggapan bahwa apa yang diucapkannya sudah sangat jelas. Sebab itu ia sering heran mengapa orang-orang lain tidak dapat memahami apa yang diucapkannya. Apakah benar ucapannya itu sudah sangat jelas dan teratur? Bila ucapannya itu direkam kemudian diperdengarkan kembali, maka mungkin ia sangat keheran-heranan mendengar betapa kacau bahasanya, betapa kusut jalan pikirannya, sehingga ia sendiri tidak mengerti apa yang diucapkannya tadi. Proses pemikiran dan kebiasaan berfikir yang teratur dan logis terutama diperlukan dalam ekspresi-ekspresi yang spontan.6. Kesimpulan
Kemahiran berbahasa bertujuan melancarkan komunikasi yang jelas dan teratur dengan semua anggota masyarakat. Ia memungkinkan terpeliharanya tata sosial, adat-istiadat, kebiasaan dan sebagainya, melalui pengkhususan dari fungsi komunikatif tadi. Jadi yang paling utama dari kemahiran berbahasa adalah pemakaian bahasa secara baik untuk kepentingan tiap individu dalam masyarakat, untuk kebaikan umat manusia sendiri.Tetapi sejarah juga mencatat kenyataan-kenyataan yang sama sekali tidak diharapkan umat manusia. Sejarah memperlihatkan pula bahwa kemahiran berbahasa yang dimiliki seseorang dapat disalah-gunakan untuk menghancurkan umat manusia dan kebudayaannya. Ini bukan menjadi tujuan kita. Sebab itu pemakai bahasa tidak saja harus memiliki kemahiran sebagai yang dimaksud, tetapi juga harus memiliki moral Islam yang tinggi, sehingga dapat menjadi batu timbangan dalam mengadakan kontrol sosial terhadap anggota-anggota masyarakat, terutama bila pembicara itu menduduki suatu tempat yang penting dalam masyarakat atau memegang tampuk pimpinan suatu masyarakat.(tkky)
***
Lanjut > #02 Sintaksis
Posting Komentar untuk "#01 Pendahuluan"