#02 Tata Bahasa (sintaksis)
Pendahuluan
Sintaksis (artinya = mengatur bersama sama) adalah bagian dari tatabahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa. Penelitian bidang fonetis, morfologis dan struktur frasa dari suatu bahasa merupakan bagian dari Ilmu Bahasa yang masih bersifat statis. Dalam tata bahasa bidang-bidang statis seolah-olah digerakkan dan dihidupkan ke dalam kesatuan gerak yang dinamis, diikat dan dijalin ke dalam berbagai macam konstruksi.Setiap bahasa mempunyai sistem-sistem yang khusus untuk mengikat kata-kata atau kelompok-kelompok kata ke dalam suatu suatu gerak yang dinamis. Sebab itu tidak dapat dibenarkan untuk menyusun tatakalimat suatu bahasa dengan menerapkan begitu saja tata bahasa - bahasa lain, sebagaimana yang dilakukan oleh ahli-ahli Tata bahasa lama. Tata bahasa asing, yang mempunyai struktur khusus diterapkan begitu saja kepada bahasa-bahasa lain. Tata bahasa suatu bahasa haruslah merupakan perumusan dari berbagai macam gejala susun-peluk kata-kata dalam suatu bahasa. Bahwa nanti ada persamaan tata kalimat suatu bahasa dengan bahasa lain, haruslah merupakan hasil perbandingan yang diadakan antara bahasa-bahasa tersebut, tetapi bukan sebagai hasil penerapan tata bahasa bahasa lain.
Tatabahasa-tatabahasa lama tidak banyak bicara tentang sintaksis. Mereka yang menelaah tata bahasa secara mendalam, dan menggunakan kalimat sebagai titik-tolak penelitiannya, hanya beberapa gelintir manusia. Kemauan baik memang telah diperlihatkan, serta usaha sudah dilaksanakan sekuat-kuatnya, tetapi hasil masih jauh dari sasaran optimal. Sehingga timbul suatu kesan, bahwa bukan masalah bahasa yang dipersoalkan, tetapi kecerdasan berpikir atau berpikir secara logislah yang dipersoalkan. Di sini kita berusaha bertolak dari seberang lain, bertolak dari bahasa sendiri, sebagai sumber penurunan perumusan-perumusan tentang tata bahasa.
1. Kata, Frasa, dan Klausa
Bila sekali lagi kita melihat tataran-tataran (tata tingkat /hirarki) dalam bahasa, maka urutan tataran itu dari yang kecil sampai paling luas beserta bidang ilmunya masing-masing adalah:
Dengan demikian kata merupakan suatu unsur yang dibicarakan dalam morfologi, sebaliknya frasa, klausa dan kalimat berdasarkan strukturnya termasuk dalam tata bahasa.
Frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan itu dapat menimbulkan suatu makna baru yang sebelumnya tidak ada.
Misalnya
- dalam frasa rumah ayah muncul makna baru yang menyatakan milik,
- dalam frasa rumah makan terdapat pengertian baru ‘untuk’,
- sedangkan frasa obat nyamuk terdapat makna baru ‘untuk memberantas’.
Sebaliknya klausa adalah suatu konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tatabahasa lama dikenal dengan pengertian subjek, predikat, objek, dan keterangan-keterangan. Sebuah klausa sekurang-kurangnya harus mengandung satu subjek, satu predikat, dan secara fakultatif satu objek; dalam hal-hal tertentu klausa terdiri dari satu predikat dan boleh dengan keterangan (bentuk impersonal).
Misalnya:
Misalnya:
- saya membacakan selembar surat
- adik membaca buku
- anak itu menangis
- ia sudah bangun
- diberitahukan kepada umum
- demikian diceritakan
- sementara adik membaca Al Qur’an, saya membaca buku
- ia makan, karena (ia) lapar.
Sementara itu, kalau kita mendengar orang mengucapkan:
Semua konstruksi di atas diterima juga sebagai kalimat, walaupun contoh-contoh dalam nomor 9 hanya terdiri dari satu kata, sedangkan nomor 10 dan 11 terdiri dari frasa.
Bila demikian: sebuah kata, sebuah frasa, atau sebuah klausa dapat menjadi sebuah kalimat!
9. “Maling!” “Pergi!” “Keluar!”
10. “Rumah ayah!” sebagai jawaban atas pertanyaan, “Rumah siapa itu?”
11. “Karena lapar!” sebagai jawaban atas pertanyaan, “Mengapa kamu malas bekerja?”
10. “Rumah ayah!” sebagai jawaban atas pertanyaan, “Rumah siapa itu?”
11. “Karena lapar!” sebagai jawaban atas pertanyaan, “Mengapa kamu malas bekerja?”
Semua konstruksi di atas diterima juga sebagai kalimat, walaupun contoh-contoh dalam nomor 9 hanya terdiri dari satu kata, sedangkan nomor 10 dan 11 terdiri dari frasa.
Bila demikian: sebuah kata, sebuah frasa, atau sebuah klausa dapat menjadi sebuah kalimat!
Tetapi di mana letak perbedaannya?
Kita menyebutnya sebagai kata, frasa, atau klausa, semata-mata berdasarkan unsur segmentalnya. Sebaliknya unsur kata, frasa, dan klausa dapat dijadikan kalimat kalau diberikan kepadanya unsur suprasegmental – dalam hal ini intonasi.
Jadi:
Jadi:
kata + intonasi > kalimatfrasa + intonasi > kalimatklausa + intonasi > kalimat
Lalu kalau begitu, apakah yang dimaksud intonasi itu dalam suatu kalimat?
Intonasi
Bila kita meemperhatikan dengan cermat tutur bicara seseorang, maka arus ujaran (bentuk bahasa) yang sampai ke telinga kita terdengar seperti berombak-ombak. Hal itu terjadi karena bagian-bagian dari arus ujaran itu tidak sama nyaring diucapkan. Ada bagian yang diucapkan lebih keras dan ada bagian yang diucapkan lebih lembut; ada bagian yang diucapkan lebih tinggi dan ada bagian yang lebih rendah; ada bagian yang diucapkan lambat-lambat dan ada bagian yang diucapkan cepat-cepat. Disamping itu di sana-sini, arus ujaran itu masih dapat diputuskan untuk suatu waktu yang singkat atau secara relatif lebih lama, dengan suara yang meninggi (naik), merata, atau merendah (turun). Keseluruhan dari gejala-gejala ini yang terdapat dalam suatu tutur disebut Intonasi.Berarti intonasi itu tidak merupakan suatu gejala tunggal, tetapi merupakan perpaduan darti bermacam-macam gejala yang disebut : tekanan (stress), nada (pitch), durasi (panjang-pendek), perhentian, dan suara yang meninggi, mendatar, atau merendah pada akhir ujaran tadi. Intonasi dengan semua unsur pembentukannya itu disebut unsur suprasegmental bahasa.
Batasan:Intonasi adalah kerjasama antara nada, tekanan, durasi dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur, dari awal hingga ke perhentian terakhir.
Posting Komentar untuk "#02 Tata Bahasa (sintaksis)"