#11 Letusan terdahsyat Merapi dalam kurun 100 tahun terakhir, 4 November 2010
Gentar
"Tek ..., tek ...., tek...., tek....," bunyi getaran jendela dan pintu bersahut-sahutan di malam yang gelap gulita. Gempa vulkanik terus-menerus. Hanya ditemani nyala sebatang lilin, aku termangu tegang. Mata hendak aku pejamkan tapi tidak kunjung lelap. Aku pandangi lilin terus menerus. Aku lihat istriku tegang tak bisa tidur. Dia telah siap dengan pakaian lengkap seperti orang akan berpergian. Sementara anakku telah terlelap. Sungguh malam yang sangat mencekam.
"Jam 12 malam tepat," aku melirik ke hand phone Nokia kunoku. Nokia itu, baterainya sudah kondisi kritis. Indikator baterai sudah menunjukkan posisi dua batang. Aku tak bisa nge'charge' karena telah beberapa hari ini listrik mati di kampungku, Batikan, Muntilan. Penduduk Muntilan selepas maghrib selalu dilanda gulita. Lilin di rumahku tinggal satu. Itupun ketinggian batang lilin tersisa kira-kira sepanjang kelingking.
"Assalamu'alaikum!" aku mengetuk rumah pak Nur tetanggaku. Di tengah derasnya hujan abu vulkanik aku berdiri di depan rumah tetanggaku itu. Dengan menggenggam payung pada tangan kiriku. Sedang tangan kananku memegang senter. Sekali-sekali aku memejamkan mata untuk menghindari serpihan-serpihan abu vulkanik yang menelusup ke dalam mata. Pak Nur tidak kunjung keluar.
"Assalamu'alaikum!" untuk kedua kalinya aku ulangi salam lebih keras lagi.
"Wa alaikumussalam!" terdengar sayup-sayup dari dalam rumah.
"Sebentar!" suara pak Nur makin terdengar seiring dengan derap langkah makin terdengar dan mendekat.
"Pak, saya minta lilin ... saya kehabisan"
"O...ada ...ada...!" Pak Nur masuk lagi ke dalam rumahnya.
"Bagaimana pak kondisi terakhir?" tanyaku sambil menerima lilin.
"Tadi memang kami berkumpul, untuk segera berwaspada dan siap-siap ngungsi kalau memang keadaan makin parah," jawab pak Nur memberi penjelasan dengan wajah tegang terlihat samar-samar dalam kegelapan malam.
Setelah menerima dua batang lilin, aku bergegas ke rumah kembali. Aku menembus hujan abu vulkanik yang cukup deras. Lilin yang sudah kritis akan habis, segera aku ganti dengan yang baru.
Merapi menderu-deru, menggelegar bagaikan suara mobil truk dari kejauhan. Sekali-kali terdengar seperti suara batu-batu besar yang sedang diturunkan dari mobil truk. detak-detak jantungku seolah-olah terdengar oleh telingaku sendiri. Petir menyambar-nyambar terus bersahut-sahutan dengan Sang Merapi yang terus menerus mengerang-erang.
"Kumpul...! kumpul...! kumpul...!" sayup-sayup aku dengar seolah-olah dalam mimpi.
"Teeeet ..! teeetttt ..! teeeettt...!" suara klakson sepeda motor makin jelas di pendengaranku.
"Haaaah !!!" aku terbangun. Aku tertidur. Aku harus bangun. Aku bergegas.
'Awan panas ...! wedhus gembel!' itu saja yang terlintas dalam pikiranku. Awan kabut yang bagian dalamnya berwarna kemerahan membara dengan kecepatan 100 km /jam dan suhu 600 derajat Celcius.
Aku lihat pohon di depan rumah, dahan-dahannya sudah patah-patah.Aku bergegas ke Madrasah Nisa' tempat kami harus berkumpul untuk mendapatkan arahan apa yang harus kami lakukan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa kami dari adzab Allah.
Aku gemetar. Allah ....
***
Aku buka detik.com.
Komandan Tagana: 4 Relawan Tewas, 1 Selamat.
"Dikatakan, keempat relawan itu tewas saat terjadi letusan Gunung Merapi yang sangat dahsyat pada Kamis (4/11) malam hingga Jumat keesokan harinya. Mereka sedang bertugas untuk mengevakuasi penduduk di Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Sedangkan 1 relawan lainnya berhasil selamat dari amukan awan panas atau wedhus gembel."
***
Sobat, narasi di atas perlu kita analisis agar kita mengetahui pola, kerangka dan hal-hal lain yang menyifatinya, sehingga kitapun mudah meniru membuat deskripsi yang sejenis, yuk di KLIK /TAP > Analisis Cerpen (Narasi Pendek) Nonfiksi (Nyata) Peristiwa Merapi Meletus tahun 2010.
Alhamdulillah, tulisan cerpen nonfiksi ini telah dibaca oleh ustadzuna Al-Ustadz Qomar ZA, Lc. Beliau membolehkan kita menulis tulisan dalam bentuk wacana tulisan cerita nyata. Dengan begitu, bukan menjadi masalah bagi kita untuk membagi tulisan-tulisan semacam itu, asalkan cerita nyata (nonfiksi).
Tahukah Anda ?
Letusan Merapi kali ini adalah yang terdahsyat pada kurun waktu 100 tahun terakhir ini.
Letusan Merapi kali ini adalah yang terdahsyat pada kurun waktu 100 tahun terakhir ini.
Silahkan berkomentar untuk menjalin persahabatan di dunia maya. Komentar Anda adalah kehormatan bagi saya. Marilah menghidupkan kekayaan hati. Peristiwa biasa terkadang adalah sesuatu yang besar, sangat mendasar dan perlu dipersoalkan.
Terima kasih telah menghentikan kesibukan Anda untuk berkunjung.
Ah, kembali relawan menjadi korban erupsi Merapi. Mudah-mudahan khusnul khotimah karena mereka meninggakl saat membantu orang lain dari kesusahan. Amin...
BalasHapusAmiinnn ..amiinn
BalasHapusLho, kok belum update, Pak? :D
BalasHapusiya nih Bung ... waktu seperti pedang selalu mendahului dan memenggalku
BalasHapusMerapi, keindahan yang menyimpan kengerian
BalasHapus