#10 Paragraf, Kesatuan
Pengertian Paragraf
Dalam surat-surat kabar sering terdapat paragraf-paragraf atau alinea-alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat. Sebaliknya ada buku-buku yang mengandung paragraf yang sangat panjang, mungkin satu halaman penuh. Dalam kedua ekstrim ini timbullah pertanyaan: yang mana dari kedua ekstrim ini yang benar? Atau lebih jauh lagi kita bertanya: Paragraf itu sebenarnya apa?
Paragraf bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja. Paragraf tidak lain dari suatu kesatuan pikiran suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam paragraf itu gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.
Melalui paragraf-paragraf kita mendapat suatu efek lain, yaitu kita bisa membedakan di mana suatu tema mulai dan berakhir. Coba bayangkan, bila kita membaca sebuah buku yang sama sekali tidak memberi pembagian atas paragraf-paragraf. Kita akan menjadi kepayahan menghadapi seluruh buku itu, kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus sampai selesai, sehingga sukar untuk mengadakan konsentrasi pikiran dari suatu gagasan ke gagasan yang lain. Kita tidak tahu pasti dimana suatu ide mulai dan di mana ide itu berakhir. Itulah sebabnya kita seolah-olah dipaksa untuk membaca terus tanpa istirahat sampai selesai. Lain halnya kalau dalam buku tersebut sudah diberikan pembagian atas paragraf-paragraf. Kita akan berhenti sebentar sesudah sebuah paragraf berakhir, dan dengan demikian dapat mengadakan konsentrasi pikiran terhadap tema yang terkandung di dalamnya.
Sebab itu pembentukan sebuah paragraf sekurang-kurangnya mempunyai tujuan:
Walaupun prinsipnya sebuah paragraf harus terdiri dari rangkaian kalimat-kalimat, tetapi ada juga paragraf yang terdiri dari satu kalimat, sebagaimana sudah disinggung pada permulaan uraian ini. Ada beberapa sebab mengapa bisa terdapat paragraf semacam ini. Pertama karena paragraf itu kurang baik dikembangkan oleh penulisnya; penulis kurang memahami hakekat paragraf. Kedua, memang sengaja dibuat oleh pengarang, karena ia sekedar mengemukakan gagasan itu bukan untuk dikembangkan, atau pengembangannya terdapat pada paragraf-paragraf berikutnya. Begitu pula sebuah paragraf yang terdiri dari sebuah kalimat dapat bertindak sebagai peralihan antara bagian-bagian dalam sebuah karangan. Dialog-dialog dalam narasi-narasi, biasanya diperlakukan sebagai satu paragraf.
Dalam surat-surat kabar sering terdapat paragraf-paragraf atau alinea-alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat. Sebaliknya ada buku-buku yang mengandung paragraf yang sangat panjang, mungkin satu halaman penuh. Dalam kedua ekstrim ini timbullah pertanyaan: yang mana dari kedua ekstrim ini yang benar? Atau lebih jauh lagi kita bertanya: Paragraf itu sebenarnya apa?
Paragraf bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja. Paragraf tidak lain dari suatu kesatuan pikiran suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam paragraf itu gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.
Melalui paragraf-paragraf kita mendapat suatu efek lain, yaitu kita bisa membedakan di mana suatu tema mulai dan berakhir. Coba bayangkan, bila kita membaca sebuah buku yang sama sekali tidak memberi pembagian atas paragraf-paragraf. Kita akan menjadi kepayahan menghadapi seluruh buku itu, kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus sampai selesai, sehingga sukar untuk mengadakan konsentrasi pikiran dari suatu gagasan ke gagasan yang lain. Kita tidak tahu pasti dimana suatu ide mulai dan di mana ide itu berakhir. Itulah sebabnya kita seolah-olah dipaksa untuk membaca terus tanpa istirahat sampai selesai. Lain halnya kalau dalam buku tersebut sudah diberikan pembagian atas paragraf-paragraf. Kita akan berhenti sebentar sesudah sebuah paragraf berakhir, dan dengan demikian dapat mengadakan konsentrasi pikiran terhadap tema yang terkandung di dalamnya.
Sebab itu pembentukan sebuah paragraf sekurang-kurangnya mempunyai tujuan:
- Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu tiap paragraf hanya boleh mengandung satu tema. Bila terdapat dua tema, maka paragraf itu harus dipecahkan menjadi dua paragraf.
- Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhentian pada akhir kalimat. Dengan perhentian yang lebih lama ini konsentrasi terhadap tema paragraf lebih terarah.
Walaupun prinsipnya sebuah paragraf harus terdiri dari rangkaian kalimat-kalimat, tetapi ada juga paragraf yang terdiri dari satu kalimat, sebagaimana sudah disinggung pada permulaan uraian ini. Ada beberapa sebab mengapa bisa terdapat paragraf semacam ini. Pertama karena paragraf itu kurang baik dikembangkan oleh penulisnya; penulis kurang memahami hakekat paragraf. Kedua, memang sengaja dibuat oleh pengarang, karena ia sekedar mengemukakan gagasan itu bukan untuk dikembangkan, atau pengembangannya terdapat pada paragraf-paragraf berikutnya. Begitu pula sebuah paragraf yang terdiri dari sebuah kalimat dapat bertindak sebagai peralihan antara bagian-bagian dalam sebuah karangan. Dialog-dialog dalam narasi-narasi, biasanya diperlakukan sebagai satu paragraf.
Macam-macam paragraf
Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf-paragraf dapat dibedakan atas:
Paragraf pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Sebab itu sifat-sifat dari paragraf semacam ini harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yang akan segera diuraikan. Paragraf pembuka yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan menimbulkan kebosanan pembaca.
Alat untuk menimbulkan minat para pembaca, yang dapat dipergunakan dalam sebuah paragraf pembuka, dapat berbeda-beda pula berdasarkan jenis karangan itu sendiri. Namun ada beberapa cara yang dapat dianjurkan, misalnya: Mulailah dengan sebuah kutipan, peribahasa atau anekdot; atau mulailah dengan membatasi arti dari pokok atau subyek tersebut; menunjukkan mengapa subyek itu sangat penting ; membuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat; menciptakan suatu kontras yang menarik; mengungkapkan pengalaman pribadi baik yang menyenangkan maupun yang pahit; menyatakan maksud dan tujuan dari karangan itu; atau dapat juga membuka karangan itu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Perhatikanlah bagian pendahuluan dari kutipan berikut:
Alat untuk menimbulkan minat para pembaca, yang dapat dipergunakan dalam sebuah paragraf pembuka, dapat berbeda-beda pula berdasarkan jenis karangan itu sendiri. Namun ada beberapa cara yang dapat dianjurkan, misalnya: Mulailah dengan sebuah kutipan, peribahasa atau anekdot; atau mulailah dengan membatasi arti dari pokok atau subyek tersebut; menunjukkan mengapa subyek itu sangat penting ; membuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat; menciptakan suatu kontras yang menarik; mengungkapkan pengalaman pribadi baik yang menyenangkan maupun yang pahit; menyatakan maksud dan tujuan dari karangan itu; atau dapat juga membuka karangan itu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Perhatikanlah bagian pendahuluan dari kutipan berikut:
"Pelajaran bahasa mempunyai nilai yang lebih penting bila dibandingkan dengan matapelajaran-matapelajaran lain, oleh karena ia akan menjadi kunci yang akan membukakan pintu yang akan dilalui oleh matapelajaran-matapelajaran lainnya itu. Hasil pekerjaan remedi yang dilakukan oleh para ahli dalam membantu murid-murid yang terbelakang telah membuktikan kebenaran pernyataan di atas. Antara lain dapat disebutkan di sini hasil pekerjaan yang dilakukan oleh Dr. Fernald.
Pada umumnya murid-murid yang kurang menguasai pemakaian bahasa memperlihatkan gejala-gejala perkembangan mental yang lambat bila dibandingkan dengan perkembangan mental anak-anak yang baik penggunaan bahasanya. Biasanya anak-anak uang kurang mampu berbahasa mempunyai sifat pemalu, pendiam dan kurang dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan. Hasil pekerjaan remedi dalam pelajaran bahasa membuktikan, bahwa segera setelah si anak baik penguasaan bahasanya, dari anak yang tadinya dianggap bodoh oleh karena sering tidak naikkelas, ia sekarang memperlihatkan dirinya sebagai seorang anak yang cerdas. Malah ada diantara mereka yang kecerdasannya akhirnya melebihi kecerdasan anak yang tadinya dianggap guru lebih cerdas. Dalam pergaulan di sekolahpun anak itu tidak lagi bersifat malu-malu dan suka mengasingkan diri, ia menjadi anak yang periang dan disukai teman-temannya dalam pergaulan.
Banyak contoh yang dapat kita kemukakan bahwa anak-anak yang kurang baik penguasaan bahasanya, bukan semata-mata disebabkan kebodohannya, tetapi mungkin pula disebabkan oleh kesalahan pengajaran bahasa yang diberikan kepadanya. Kesalahan pelaksanaan pengajaran bahasa yang diterimanya menyebabkan ia benci kepada mata pelajaran itu, ia menjadi berputusasa dan akibatnya ia ketinggalan dalam mata pelajaran itu. Hal ini menyebabkan ia tidak memperoleh penguasaan bahasa yang baik. Kekurang-mampuannya berbahasa ini berakibat pula terhadap matapelajaran-matapelajaran lainnya, sehingga ia sering gagal dalam mengikuti pelajaran dan tertinggal dari teman-temannya.
Gambaran di atas memperlihatkan kepada kita, betapa pentingnya pengajaran bahasa, dan oleh karena itu menjadi kewajiban guru bahasalah untuk melaksanakan pengajaran ini dengan sebaik-baiknya."
Paragraf pertama dari kutipan ini, yang merupakan paragraf pembuka, menunjukkan betapa pentingnya penguasaan bahasa bagi setiap orang. Sebenarnya kutipan di atas seluruhnya merupakan pendahuluan dari sebuah artikel. Namun demikian bagian itu sendiri dapat dibagi lagi atas paragraf pembuka dan paragraf-paragraf lainnya sebagai yang akan diuraikan di bawah.
Paragraf penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Inti persoalan yang akan dikemukakan penulis terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf penghubung harus diperhatikan agar hubungan antara paragraf dengan paragraf itu teratur serta disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf penghubung tergantung pula dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif atau biografi dan eksposisi, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan, untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
Inti persoalan yang akan dikemukakan penulis terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf penghubung harus diperhatikan agar hubungan antara paragraf dengan paragraf itu teratur serta disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf penghubung tergantung pula dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif atau biografi dan eksposisi, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan, untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
Paragraf penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhirkan karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung kesimpulan dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung.
Seperti halnya dengan kedua macam paragraf di atas, paragraf penutup berbeda-beda pula menurut jenis karangannya. Dalam membicarakan pokok-pokok ilmiah atau politis, maka ramalan masa depan merupakan suatu konklusi yang sangat baik. Dalam karangan-karangan yang diskursif atau kontroversial di mana dikembangkan pikiran-pikiran atau argumen-argumen yang segar, maka kesimpulan yang paling baik adalah ringkasan persoalan dijalin dengan pandangan pribadi penulis. Dalam biografi, penilaian terakhir atas karya dan pengaruh orang tersebut merupakan kesimpulan yang paling baik. Dalam uraian-uraian mengenai pergerakan atau suatu aktivitas yang khusus, misalnya perlawatan, darmawisata dan sebagainya,maka tidak ada persoalan dalam kesimpulannya.
Namun apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan, haruslah tetap diperhatikan agar paragraf penutup tidak boleh terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti bahwa paragraf tersebut tiba-tiba dapat diputuskan begitu saja. Hal yang paling esensil adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian itu, serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada para pembacanya.
Bila kita kini memperhatikan kembali kutipan contoh tulisan di atas, maka tampak bahwa paragraf pertama merupakan paragraf pembuka, sedangkan paragraf kedua dan ketiga merupakan paragraf penghubung, sedangkan paragraf keempat merupakan paragraf penutup. Paragraf kedua dan ketiga memperinci apa yang sudah dikatakan secara umum dalam paragraf pembuka, memberi contoh-contoh kongkrit untuk menghidupkan apa yang disebut secara umum dalam paragraf pembuka. Paragraf keempat fungsinya tidak lain daripada menunjukkan secara singkat apa yang telah diuraikan sebelumnya.
Seperti halnya dengan kedua macam paragraf di atas, paragraf penutup berbeda-beda pula menurut jenis karangannya. Dalam membicarakan pokok-pokok ilmiah atau politis, maka ramalan masa depan merupakan suatu konklusi yang sangat baik. Dalam karangan-karangan yang diskursif atau kontroversial di mana dikembangkan pikiran-pikiran atau argumen-argumen yang segar, maka kesimpulan yang paling baik adalah ringkasan persoalan dijalin dengan pandangan pribadi penulis. Dalam biografi, penilaian terakhir atas karya dan pengaruh orang tersebut merupakan kesimpulan yang paling baik. Dalam uraian-uraian mengenai pergerakan atau suatu aktivitas yang khusus, misalnya perlawatan, darmawisata dan sebagainya,maka tidak ada persoalan dalam kesimpulannya.
Namun apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan, haruslah tetap diperhatikan agar paragraf penutup tidak boleh terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti bahwa paragraf tersebut tiba-tiba dapat diputuskan begitu saja. Hal yang paling esensil adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian itu, serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada para pembacanya.
Bila kita kini memperhatikan kembali kutipan contoh tulisan di atas, maka tampak bahwa paragraf pertama merupakan paragraf pembuka, sedangkan paragraf kedua dan ketiga merupakan paragraf penghubung, sedangkan paragraf keempat merupakan paragraf penutup. Paragraf kedua dan ketiga memperinci apa yang sudah dikatakan secara umum dalam paragraf pembuka, memberi contoh-contoh kongkrit untuk menghidupkan apa yang disebut secara umum dalam paragraf pembuka. Paragraf keempat fungsinya tidak lain daripada menunjukkan secara singkat apa yang telah diuraikan sebelumnya.
Paragraf transisi
Paragraf Transisi adalah paragraf yang dapat berisi; ringkasan dari apa yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya, sebelum memulai pada paragraf-paragraf sesudahnya. Bisa pula berupa sebuah ilustrasi atau contoh dari pokok yang telah diungkapkan pada paragraf-paragraf sebelumnya. Atau, dapat pula berisi apa yang akan diuraikan oleh penulis dalam paragraf-paragraf selanjutnya. Lebih dari itu, paragraf Transisi dapat juga memberi efek dramatis terhadap apa yang sedang dibahas pada paragraf-paragraf sebelumnya seperti yang telah disinggung pada postingan sebelumnya.
Syarat-syarat pembentukan paragraf
Seperti halnya dengan kalimat, sebuah paragraf juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi ketiga syarat berikut:
Kesatuan
Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf adalah bahwa semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu.
Koherensi (Kepaduan)
Yang dimaksud dengan koherensi adalah kekompakkan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu.
Perkembangan paragraf
Perkembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian daripada gagasan-gagasan yang membina paragraf itu.
Baiklah, karena ketiganya memiliki ciri-ciri yang khusus, maka masing-masingnya akan diuraikan secara terperinci dalam bagian-bagian tersendiri pada bahasan berikutnya. Untuk postingan ini kita akan membahas khusus syarat pertama, yaitu Kesatuan.
Kesatuan paragraf
Seperti sudah disinggung di atas, yang dimaksud dengan kesatuan ialah bahwa paragraf tersebut harus memperhatikan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa ia hanya memuat satu hal saja. Sebuah paragraf yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal atau sebuah tema tunggal. Maksud tunggal itulah yang ingin disampaikan oleh penulis dalam paragraf itu.Karena fungsi tiap paragraf adalah untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal, maka tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian dengan maksud tunggal tadi. Penyimpangan-peyimpangan dari maksud tadi hanya akan mempersulit pula titik pertemuan antara penulis dan pembaca.
Penyimpangan-penyimpangan itu dapat berbentuk: pertama, pemasukan sebuah sisipan atau interupsi yang jelas dalam urutan-urutan gagasan yang ada; kedua, sebuah penyimpangan secara gradual dari tema yang harus dibina oleh paragraf itu, yaitu sebuah kalimat berikutnya semakin menyimpang dari tujuan utamanya.
Untuk memberi gambaran yang jelas tentang kesatuan yang terkandung dalam sebuah paragraf, maka coba perhatikan kutipan berikut:
"Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistim uangkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak tergantung daripada yang lain. Sistim ungkapan tiap bahasa dan sistim makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memakai bahasa itu, kerangka alam pikiran yang saya sebut di atas. Oleh sebab itu janganlah sulit dimengerti apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistim kata kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak mengenal "unggah-ungguh". Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti " lembu", tetapi ada kata yang berarti " lembu putih", "lembu merah", dan sebagainya. Secara teknis, para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sistim fonologi, sistim gramatikal serta pola semantik yang khusus".
Dalam contoh di atas dapatlah dilihat bahwa paragraf itu hanya mengandung satu gagasan pokok yaitu bahwa "tiap bahasa mempunyai sistim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus". Gagasan itu kemudian diperinci atau dikembangkan lebih jauh dalam kalimat-kalimat berikutnya, seperti bahasa Indonesia tidak mengenal jamak dan tunggal, seperti halnya dengan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa barat lainnya, tidak mengenal perubahan dalam sistim kata kerja. Sebaliknya bahasa Zulu membedakan lembu merah dan lembu putih dengan kata-kata yang khusus sedangkan bahasa Inggris tidak mengenal hal itu. Atau dengan kata lain, kalimat-kalimat lain dalam paragraf itu hanya berfungsi untuk memperinci lebih jauh gagasan utama tadi. Perincian itu disusun sedemikian rupa sehingga hubungan antara suatu kalimat dengan kalimat lainnya merupakan kesatuan yang bulat untuk memperinci gagasan utama tadi.
Sebaliknya, coba perhatikan paragraf di bawah ini, dan katakan apakah paragraf tersebut mengandung suatu ide utama atau tidak:
"Tapi sedihnya [sic!], apabila masyarakat dari suatu negara yang belum mempunyai bahasa kesatuannya, maka sudah pasti hal yang demikian, pasti tidak terdapat pada masyarakat tersebut. Maka yang lebih sedih lagi, nasib rakyat yang jauh dari kota, dimana kebutuhan daripada mereka tidak dapat diperhatikan dengan seksama. Mereka seperti terisolir, yang mana mereka tidak leluasa memperkenalkan keadaan daripada tempat serta aspek-aspek kehidupan mereka. Dalam hal ini, yang menjadi pionir terhadap daerah itu, sudah pasti dari kaum cerdik pandai. Karena mereka ingin mengetahui serta mempelajari dan di samping membantu mereka". (diangkat dari paper seorang mahasiswa).
Dengan tidak memberikan pendapat kita tentang struktur bahasa yang dipergunakan, serta tanda-tanda baca yang dipakai, maka dapat dikatakan bahwa konsentrasi pikiran kita terhadap isi dari paragraf tersebut sangat sulit. Kalimat pertama saja sudah cukup membingungkan kita. Jangan lagi untuk mempertalikan kalimat pertama tersebut dengan kalimat-kalimat berikutnya.
Setelah membaca dan mencoba menangkap apa yang tersirat dibelakang paragraf tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya terdapat tiga tema utama, yang tidak berhubungan satu sama lain, yaitu:
- Keadaan yang biasa diperoleh negara-negara yang mempunyai bahasa kesatuan tidak akan terdapat pada negara-negara yang tidak mempunyai bahasa kesatuan.
- Nasib rakyat yang jauh dari kota sangat menyedihkan.
- Perlu pionir-pionir untuk mempelajari keadaan rakyat yang jauh dari kota.
Sekali lagi terlepas dari struktur bahasa yang digunakan, maka dapatlah dikatakan bahwa tidak terdapat kesatuan dalam paragraf tersebut. Sesuai dengan jumlah tema yang terkandung di dalamnya, maka paragraf itu harus dipecahkan sekurang-kurangnya menjadi tiga paragraf, serta masing-masingnya perlu dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah paragraf yang benar-benar terperinci. Begitu pula perlu dicari hubungan antara paragraf pertama dengan paragraf kedua dan ketiga, sehingga terdapat sebuah urutan yang logis.
Untuk selanjutnya akan kita bahas syarat berikutnya yaitu tentang Koherensi atau Kepaduan dalam Paragraf dan Perkembangan dalam Paragraf pada postingan berikutnya.
Tugas Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
- Jelaskan secara gamblang apakah Paragraf itu!
- Sebutkan 2 tujuan pembentukan Paragraf!
- Jelaskan apa yang dimaksud dengan: - Paragraf Pembuka, - Paragraf Penghubung, - Paragraf Penutup, - Paragraf Transisi.
- Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi tiga syarat, sebutkan! Dan jelaskan masing-masing secara singkat!
- Jelaskan kembali lebih rinci tentang Kesatuan dalam Paragraf!
Posting Komentar untuk "#10 Paragraf, Kesatuan"