#02 Rancangan Buku Biografi Inspiratif
- hasrat-hasrat mulai terarah kepada orang-orang, benda-benda dan keadaan konkret yang memberi tokoh kenyamanan dan kesenangan. Dimana hasrat-hasrat ini belum ia sadari waktu itu.
- hasrat tujuan hidup yang hakiki. Adapun hasrat ini ia sadari.
Pertanyaan-pertanyaan
Kini, kita akan coba lanjutkan pengaturan dan struktur buku Biografi Inspiratif kita. Pada tahap ini kita berusaha rileks sambil kita mencerna beberapa pertanyaan dan sekaligus menjawabnya sebagai contoh kasus dalam buku kisah Ngadiman:- Sejak malam bersejarah di tahun 1987, akan tetapi keinginan (hasrat) Ngadiman itu bermetamorfosis seiring dengan berjalannya waktu. Karena, ternyata kebenaran dan kebahagiaan yang diinginkan Ngadiman itu semakin rinci dan semakin mengerucut definisinya.
Mengapa ya sang tokoh utama bisa sadar akan keinginannya?
- Ngadiman sadar akan hasratnya, karena ia merasa menjalani hidupnya dengan ketidak-jelasan arah, setengah baik, setengah buruk (plintat-plintut). Ia merasa kering dan hampa. Dan, ia merasa tak punya pegangan hidup yang kuat. Ia merasa hanya ikut-ikutan arus kebanyakan orang.
Jika ia (tokoh utama) tidak menyadari keinginannya, kenapa?
- Sewaktu ia belum menyadari hasratnya, dikarenakan ia masih nyaman dengan apa yang ia lakukan. Ikut arus kebanyakan orang adalah yang paling selamat, nyaman dan tidak ada masalah dalam hidupnya. Lingkungan dan masyarakatnya manapun menerimanya, dan Ngadiman enjoy-enjoy aja, seperti bunglon, dengan mudahnya berganti-ganti warna sesuai tuntutan lingkungan dan masyarakatnya.
Bagaimana ia (tokoh utama) berusaha mencapai keinginannya?
- Ngadiman mengasingkan diri dari teman-teman yang jelek.
- Berusaha mencari teman, orang yang baik dan jujur.
- Mencari-cari pengajian untuk mengisi dan menyegarkan rohaninya yang kering.
- Belajar beladiri, karena Ngadiman khawatir menghadapi hal-hal yang mengancam jiwanya jika bertemu dengan hal-hal atau orang-orang yang bertentangan dengan yang ia cari.
- Berganti-ganti kelompok pengajian dalam rangka membanding-bandingkan mana yang lebih mendekati kebenaran.
- Belajar ilmu agama Islam
- Teman-teman lamanya yang merasa aneh dengan perubahan Ngadiman.
- Referensi-referensi yang terbatas dari toko-toko buku, yakni sekedar buku-buku terjemahan yang ternyata waktu itu yang menterjemahkan kebanyakan dari kelompok-kelompok yang tidak sesuai dengan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi was sallam.
- Melakukan tazkiyatun nufus (terapi pembersihan jiwa) yang ternyata cukup berat melakukannya di tengah kesibukan kegiatan di ibukota. Karena Ngadiman pernah baca kebenaran akan kita jumpai jika kitapun berusaha benar dan baik. Seperti kabel listrik akan beraliran listrik pula jika bertemu dengan kabel listrik pula, karena masing-masing terdiri dari materi yang sama.
- Kelompok-kelompok yang tidak berada di atas jalan kebenaran memanfaatkan Ngadiman sesuai dengan keyakinan dan paham mereka.
- Belajar beladiri yang cukup menguras waktu dan tenaga, karena Ngadiman mengikuti 2 macam beladiri. Satu pencak silat dan yang satu lagi sejenis kungfu.
- Terjadinya kebingungan-kebingungan akibat berganti-ganti mengikuti kelompok-kelompok pengajian.
- Ngadiman sampai-sampai ikut belajar di ma'had mereka di Jalan Bangka, Jakarta Selatan, akan tetapi ia tak mendapat yang ia cari.
- Pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari orang-orang yang memakai kebenaran untuk mendukung hawa-hawa nafsu pribadi mereka.
- Tercapai, akan tetapi yang Ngadiman dapat bukanlah kelompok yang mendekati kebenaran, tetapi ia menyadari bahwa kebenaran itu akan ia dapatkan pada dirinya jika kemampuan ilmu yang benar, keikhlasan kepada Allah subhana wa ta'ala dan amal yang sesuai Nabi-Nya. Sehingga lingkungan dan kumpulan orang-orang yang berusaha mendekati kebenaranpun tak menjamin Ngadiman selalu senantiasa dalam kebenaran. Walaupun, Ngadiman masih merasa tetap membutuhkan pada lingkungan dan teman-teman yang akan membuat memudahkan Ngadiman mendapatkan ilmu tentang kebenaran. maka dari itulah Ngadiman merasa perlu belajar terus hingga kematian menjemputnya.
- Tidak, alhamdulillah Ngadiman diberi ketahanan oleh Penciptanya agar tidak pernah putus asa dan kecewa. Meskipun, terkadang di tengah-tengah perjalanan hidupnya terhadang oleh ujian-ujian yang membuat Ngadiman kecewa sedikit yang itu wajar ia sebagai manusia memiliki perasaan. Namun ia lalu bangkit lagi, dan bangkit lagi.
- Betul, dengan adanya ujian-ujian dan kekecewaan-kekecewaan tersebut, malahan dia terhantar kepada kesadaran-kesadaran baru yang semakin fokus dan semakin jelas terang benderang tujuan yang Ngadiman ingin capai.
Profil Tokoh
Kita telah tahu, bahwa manusia mempunyai hasrat. Dan, anehnya terkadang manusia tak menyadari bahwa ia punya hasrat, karena hasrat berada di bawah sadar. Dan kita telah berusaha merumuskan hasrat-hasrat atau keinginan-keinginan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
Nah, sekarang kita coba mulai merenungkan tokoh cerita kita ini.
Salah satu kegelisahan utama manusia adalah kerinduan akan sesuai fitrah ketika ia diciptakan pertama kali. Adanya kerinduan, menunjukkan bahwa manusia memang mempunyai halangan-halangan untuk kembali ke fitrahnya.
Setidaknya ada dua penyebab, mengapa seorang tokoh dalam cerita tak bisa kembali ke fitrahnya:
1. Faktor eksternal atau penyebab di luar tokoh. Nilai-nilai dalam lingkungan dan masyarakat yang selalu bersinggungan dengan tokoh, bujukan, tekanan dari luar tokoh. Biasanya dari orang tua, keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan sebagainya.
2. Faktor internal atau yang ada di dalam tokoh. Terkadang, manusia memang tak selalu mampu memetakan apa fitrah dirinya. Ia berhadapan dengan sosok-sosok yang berlainan dalam dirinya. Siapakah itu? Serangan hawa nafsu dan bisikan-bisikan syaithon.
Di antara dua penyebab tersebut, yang faktor internal lebih rumit. Nah, maka dari itu kita akan coba membahasnya lebih dalam.
Batin Tokoh
Tokoh cerita kita ternyata mengalami kegelisahan-kegelisahan, yakni
- kerinduan untuk kembali ke fitrah manusia,
- konflik batin,
- krisis identitas,
- dan lain-lain yang terkadang tak ia sadari dan tak selalu mampu ia wujudkan dalam tindakan.
ketegangan dalam batin yang membuat tokoh bimbang tentang siapa dia sesungguhnya dan untuk apa ia ada di dunia ini.
Nah, untuk kepentingan praktis menulis Biografi Inspiratif ini, patokan yang dapat kita pegang sebagai pedoman adalah:
1. Tokoh utama mengalami konflik batin. Yaitu ketidaksinkronan antara akses hawa nafsu dan suara-suara was-was syaithon dengan fitrah batinnya. Ia bisa sadar atau tidak sadar tentang itu, dan dia bisa saja mengakui atau menyangkalnya.
2. Sementara itu, ke luar ia musti menampilkan citra yang harus diterima lingkungan dan masyarakatnya. Kita akan pikirkan citra yang tokoh ingin tampilkan, dan dia bisa tak sadar atau sadar bahwa citra itu sesuai atau tak sesuai dengan fitrahnya.
Maka, kita kembali pada persoalan pertama:
Manusia memakai atau terjebak dengan tampilannya. Kerinduan utama manusia adalah mengenakan tampilan yang cocok dengan fitrahnya, atau bersatu dengan fitrahnya. Ia mendambakan satu wajah, tampilan apa adanya, pakaian yang transparan menampakkan fitrahnya. Akan tetapi, seringnya tak sanggup, karena lingkungan, masyarakat dan dunianya menolak fitrahnya. Namun, mungkin juga sang tokoh tak berhasil menemukan siapa sebetulnya dia yang sesuai fitrahnya. Fitrahnya ternyata tak mudah ia kenali.
Ini adalah potensi cerita yang tak akan habisnya.
Langsung Praktik
Mari kita pikirkan citra dan rupa tokoh kita. Sebaiknya kita tahu secara rinci data-data pribadinya. dalam hal kasus ini adalah tokoh Ngadiman.
Nama (samaran): Ngadiman Subagio Danuharjo
Tanggal lahirnya: 24 Oktober 1964
Makanan kesukaan:
- Krengsengan hati sapi + kentang (masakan Jawa Timur),
- jajan apa saja yang penting dari bahan: ketan + kelapa + gula jawa.
Alamatnya dan tampilannya:
Interupsi!: Jika Sobat menggunakan smart phone, silahkan rotasi layar 90 derajat dari potret (berdiri) menjadi lanskap (rebah) untuk kenyamanan melihat tabel berikut di bawah ini.
Alamat | Tampilan | Keterangan |
---|---|---|
Magersari, Surabaya | Anak-anak kecil pada umumnya | Taman Kanak-kanak |
Jalan Kartini, Sidoarjo | Anak-anak Sekolah Dasar pada umumnya | SD Lely |
Jalan Kebon Ros (sekarang jalan Kyai Ahmad Dahlan), Bengkulu | Anak-anak SD pada umumnya | SD Kristen |
Kompleks Perumahan Nusa Indah km 3,5, Bengkulu | Anak-anak SMP pada umumnya | SMP Kristen |
Jalan Setiabudi VI Gang 4, Jakarta Selatan | Anak-anak SMU pada umumnya | SMAN 3 Teladan |
Jalan Rawa Selatan IV, Jakarta Pusat | Pekerja dan jubah, sarung | Kelompok Penyampaian |
Jalan Cempaka Baru VI, Jakarta Pusat | Pekerja dan wira usaha | Persaudaraan Muslim |
Jalan Batu, Srengseng, Jakarta Selatan | Pekerja (dosen) | Mirip Ahlus Sunnah |
Jalan Fatahillah II, Tanah Baru, Depok | Jubah, gamis, dan sarung | Mirip Ahlus Sunnah |
Kompleks Perumahan Ponpes Minhajus Sunnah, Muntilan | Jubah, gamis, dan sarung | Ahlus Sunnah |
Grenjeng, Kartasura | Jubah, gamis, dan sarung | Mirip Ahlus Sunnah |
Kebokura, Sumpiyuh | Jubah, gamis, dan sarung | Ahlus Sunnah |
Mujur, Kroya | Jubah, gamis, dan sarung | Ahlus Sunnah |
Jalan Salamsari - Kemiri, Kedu, Temanggung | Jubah, gamis, dan sarung | Ahlus Sunnah |
Pertanyaan | Jawaban | Tokoh sadar itu | Penulis sadar itu |
---|---|---|---|
Apa citra diri yang dibayangkan Ngadiman? |
| tidak iya iya iya | iya iya iya iya |
Apa citra Ngadiman bagi orang terpenting (Bapak - Ibu) |
| tidak iya iya iya | iya iya iya iya |
Apa permasalahan batin atau kegelisahan Ngadiman? |
| tidak iya iya iya | iya iya iya iya |
Problem batin bersifat internal dan bisa saja penulis ceritakan secara implisit (tersirat). Dan, selain masalah batin tokoh juga mengalami masalah eksternal yang eksplisit (terlihat jelas).
Untuk lanjut, kita akan bahas #03 Gaya Bahasa Tokoh dan Penulis < KLIK /TAP
Posting Komentar untuk "#02 Rancangan Buku Biografi Inspiratif"