#04 Perbedaan mendasar antara Kisah Ekspositoris dan Kisah Impresionistis
Agar perbedaan antara Kisah Ekspositoris dan Kisah Impresionistis lebih jelas, maka di bawah ini akan ditampilkan sekali lagi secara singkat perbedaan antara kedua macam kisah tersebut dalam bentuk tabel:
Interupsi!: Jika Sobat menggunakan smart phone, silahkan rotasi layar 90 derajat dari potret (berdiri) menjadi lanskap (rebah) untuk kenyamanan melihat tabel berikut di bawah ini.
No | Kisah Ekspositoris | Kisah Impresionistis |
---|---|---|
1 | Memperluas pengetahuan | Menyampaikan suatu makna atau pesan amanat yang tersirat |
2 | Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian | Menimbulkan daya khayal (imajinasi) |
3 | Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional | Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kadang kala tidak sesuai rasio |
4 | Bahasanya lebih cenderung menggunakan bahasa informatif dengan mengutamakan memakai kata-kata denotatif | Bahasanya lebih condong kepada bahasa figuratif (berorientasi pada tokoh dalam kisah) dan menitik-beratkan pada penggunaan kata-kata konotatif |
Dasar-dasar perbedaan seperti tersebut dalam tabel, merupakan garis ekstrim antara Kisah Ekspositoris dan Kisah Impresionistis. Di antara kedua ekstrim tersebut masih terdapat percampuran-percampuran, dari Kisah Ekspositoris murni berangsur-angsur mengandung ciri-ciri Kisah Impresionistis yang semakin meningkat hingga Kisah Impresionistis yang murni.
Berikut kita coba pula memetakan jenis-jenis Narasi, Kisah atau Cerita berdasarkan perletakannya pada dua ekstrim, yaitu:
- Nyata (Nonfiksi) <<--->> Fiktif (Fiksi)
- Kisah Ekspositoris <<--->> Kisah Impresionistis
Kisah | Nyata (Nonfiksi) | <<< Nonfiksi - Fiksi >>> | Fiktif (Fiksi) |
---|---|---|---|
Ekspositoris - Ceritakan (Tell) | Berita, Tutorial, Kisah Perjalanan, Sejarah | ||
^ | | v | Buku "Aku Bersyukur Menjadi Santri" | ||
Impresionistis - Tunjukkan (Show) | Kisah & Biografi Inspiratif "Meretas" | Novel diangkat dari kisah nyata; "Laskar Pelangi", "Negeri 5 Menara", dan sebagainya | Cerita Pendek (Cerpen), Novel, dan sebagainya |
Berikut dijelaskan apa yang dimaksud show dan tell dalam tabel, agar semakin tergambar apa yang dimaksud.
Apa bedanya tell dan show dalam dunia kepenulisan Kisah?
Dalam dunia kepenulisan, ada teknik menulis bernama "show don't tell". Artinya, tunjukkan, jangan beritahukan.
Contohnya, seorang penulis ingin menceritakan tentang adiknya yang pemalas . Sebagian penulis pemula mungkin akan mengatakan, 'Adikku sangat pemalas'.Itu namanya tell, alias kita memberi tahu pada para pembaca.
Sedangkan teknik show sendiri, kita tidak perlu mengatakan bahwa si adik pemalas. Buat saja deskripsi tentang si adik agar pembaca bisa menangkap kesan yang ingin kita sampaikan.
Contohnya begini:
Adikku bangun jam delapan pagi setiap hari. Itu pun sampai ibu mengetuk pintu kamar ratusan kali. Bahkan, tidak jarang ibu sampai mengguyurkan air ke wajah adik agar dia mau bangun.
Tidak hanya itu, kamar adikku juga sangat berantakan. Buku-buku dan komik tidak tertata dengan rapi, baju-baju bertebaran di lantai. Ibu sudah sangat geram. Ditambah lagi, nilai-nilai pelajarannya yang anjlok karena dia jarang belajar dan sering tidur di kelas.
Contoh yang kita buat di atas tidak secara langsung mengatakan si adik pemalas, namun dari narasi dan deskripsi serta dialog, (semoga) terlihat bahwa si tokoh adik memiliki sifat yang pemalas.
Inilah yang dimaksudkan dengan teknik show.
Akan tetapi, teknik ini tidak terlalu dipakai dalam penulisan non-fiksi. Dalam ranah penulisan ilmiah, kita bebas mendefinisikan secara verbal. Misalnya,
Sistemik Fungsional Linguistik adalah sebuah pendekatan linguistik yang berfokus pada fungsi bahasa. Dalam teori ini, bahasa dianggap sebagai sistem sosial semiotik.
Kalimat seperti, itu merupakan kalimat yang wajar dalam karya ilmiah. Akan tetapi, sejauh ini agak dihindari dalam penulisan narasi panjang atau narasi pendek. Dengan kata lain, narasi sebisa mungkin harus menghindari kalimat yang mendefinisikan. Dengan teknik show, membuat cerita atau narasi yang kita tulis menjadi lebih estetis, enak di baca, dan lebih hidup.
Contoh lain:
Tell:
Fana sudah siuman dari pingsannya. Dia merasa pusing. Dia sekarang di rumah sakit.
Show:
Fana membuka matanya perlahan. Saat dia mencoba mengingat hal apa saja yang sudah terjadi, kepalanya terasa berat dan pening. Ia mengamati sekelilingnya, ruangan putih pucat dengan para perawat yang sibuk bertugas. Tempat yang sebenarnya paling dia benci.
Contoh lagi:
Suatu contoh deskripsi menangisnya anak kecil yatim piatu yang merasa sepi tanpa ayah ibu ketika malam Iedul Fithri, dari salah seorang penulis dengan berbagai gaya bahasa :
"Satu bulir air akhirnya merekah, menggelayut di pelupuk mata Rinai. Pelan kristal air itu bergulir menggelinding. Membentuk parit di pipi. Membentuk gurat kemilau di lesung. Tetes air itu terdiam sejenak di dagu. Menumpuk. Membesar. Kemudian dalam gerakan lambat yang pilu, terlepaskan. P-e-r-l-a-h-a-n."
Lebih jelas lagi lanjut baca: #03 Struktur Perbuatan dalam Cerpen Nonfiksi
Posting Komentar untuk "#04 Perbedaan mendasar antara Kisah Ekspositoris dan Kisah Impresionistis"