Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

#06 Ide Tulisan, Bagaimana melahirkannya

          Suatu ketika ada seorang penulis pemula bertanya kepada ayahnya yang seorang wartawan,“Ayah, darimanakah aku lebih baik memulai menulis suatu tulisan?” 
          Pertanyaan itu dilontarkan sang putra ketika menjelang buka puasa di bulan Ramadhan. 
          Mereka, satu keluarga sedang duduk bersama di hadapan berbagai hidangan buka puasa. Adzan Magrib telah di ujung waktu. 
         Sang ayah mendengar pertanyaan putranya itu, diam saja sembari tersenyum-senyum. Tak menjawab. 
         Di hadapan sang putra telah tersedia es cincau hidangan pilihannya yang paling ia suka untuk berbuka puasa. 
         Dan, ketika terdengar adzan magrib, maka serta-merta sang putra yang penulis itu berbuka puasa, dan meminum es cincau yang menggiurkan itu. 
         Tiba-tiba sang Ayah berkata,“Nah, dari situ mulainya!” Sambil menunjuk es cincau yang sedang dinikmati putranya. 
         Sang putra mengerti bahwa Ayahnya baru menjawab pertanyaannya pada saat itu. Tetapi bersamaan itupun ia terheran- heran dan bertanya kembali, “Dari ini Yah..?” Sambil menunjuk es cincaunya,”dari es cincau? Menulis dari es cincau?” 
         Ayahnya langsung menyahut,“Tulislah dari yang paling enak dan yang paling kau suka.”

         Setelah kita mencoba menulis ulang artikel, maka sekarang saatnyalah tiba waktunya kita mencoba menulis eksposisi dengan ide tulisan dari pikiran kita sendiri.

         Bagaimana memulainya?

         Bukankah di postingan pertama : #03 Mengapa kita menulis? kita telah tahu cara memulainya dengan memanfaatkan dorongan-dorongan rasa suka dan benci? Baik, kita akan jernihkan dan tajamkan dorongan-dorongan tersebut.

Menjernihkan dan mempertajam dorongan dan embrio ide

        Sekarang kenalilah apa yang terjadi pada diri kita. Apakah kita sudah punya ide yang jelas? Atau segalanya masih berupa dorongan-dorongan? Jangan khawatir, kita akan coba lakukan menjernihkan dan mempertajam dorongan dan embrio ide itu. Pertama-tama catatlah. Catat seadanya. Tak perlu cemas dengan struktur tulisan. Jangan bingung untuk tampak bodoh atau kurang cerdas. Simpan catatan awal sejenak. Biarkan mengendap.

         Orang kadang ragu untuk memulai sesuatu karena takut salah. Mulai sekarang marilah kita untuk “tidak takut salah”. Akan tetapi bagaimana mengatasi rasa takut salah? Ada alat bantu untuk mengatasai rasa takut salah dalam menulis, harus diingat :

          Kesalahan dapat diperbaiki.

         Terkadang memang dorongan-dorongan yang berupa embrio ide yang belum jelas itu, belum terlampau tajam di awal. Dorongan yang samar-samar boleh juga, asal dalam perjalanan hamilnya ide menuju lahirnya bisa selalu dievaluasi, yang pada akhirnya lahirlah ide tulisan yang jelas dan utuh.

           Sekarang, semoga kita telah mampu mengatasi rasa takut. Kita kembali pada catatan ide yang telah kita simpan. Hanya saja perlu kita sadari dulu bahwa berpikir kreatif berbeda dengan berpikir logis. Dalam berpikir logis, semua data harus telah siap di atas meja dan semua proses dapat diukur. Tidak seperti itu dalam proses kreatif. Dalam proses berpikir kreatif, informasi yang tersedia tidaklah lengkap, dan prosesnyapun tidak bisa diukur. Berpikir kreatif mengerahkan intuisi dan informasi berdasarkan insting.

         Walaupun berpikir kreatif tak bisa diukur, akan tetapi selalu ada alat bantu untuk merangsang atau mendekatinya. Ingatlah tindakan manusia berasal dari dorongan semata. Dalam hidup sehari-hari pun kita biasa memulai sesuatu dari hasrat belaka. Dorongan itu seperti sesuatu insting yang minta almbat-laun disadari. Bukan tidak mungkin ia menghasilkan amalan yang hebat, yang kemudian tampak dari luar oleh orang lain sebagai suatu tindakan mulia. Menyadari dan merenungi dorongan akan membantu kita untuk merumuskan ide dan tujuan (maksud – niat) yang jelas dan benar.

         Bukankah kita tahu, para Salafus Shallih pernah mengungkapkan bahwa mereka ketika pertama menuntut ilmu tidak ada keikhlasan pada niatnya. Akan tetapi dengan berjalannya waktu, ilmu bertambah, dan dengan ilmu itu pulalah mereka mampu mulai perlahan-lahan meluruskan niat menuntut ilmu karena Allah subhana wa ta'ala. Demikian pula kita semua, pertama kita menuntut ilmu mungkin hanya berupa dorongan-dorongan dari lingkungan, ajakan teman, bahkan hanya perintah orang tua kita. Namun lambat-laun ilmu bertambah, mulailah kita menata hati, meluruskan niat yang lebih jelas semata karena Allah ta'ala.

        Kepekaan itu memang datangnya dari dalam, akan tetapi hal itu dapat dilatih dari luar perlahan-lahan.

        Untuk memudahkan proses kreatif dan mempertajam dorongan sehingga menemukan ide tulisan, kita buat tabel berikut :

         Lanjutkan tabel di atas dengan ide-ide orisinil kita sendiri, tapi ingatlah :

WASPADALAH!
          Terhadap rasa suka dan benci yang tidak sesuai dengan apa yang musti kita sukai dan benci di akhirat nanti.

          Nah, setelah ide kita lahir utuh, tulislah eksposisi kita dengan Kerangka atau Outline seperti yang telah kita pelajari dalam : #05 Pengenalan Eksposisi. Dan, nanti sesekali buka materi yang akan datang: #13 Perkembangan dalam Paragraf (1) untuk mencoba mengembangkan paragraf-paragraf nya dengan macam pola perkembangan paragraf yang telah kita pelajari dan disesuaikan dengan tema yang dibutuhkan dalam paragraf masing-masing.

Tulisan yang gagal

         Kita telah berlatih merumuskan ide. Semua tahap yang kita pelajari sama bergunanya untuk bidang-bidang lain dan kehidupan umum. Selain untuk masalah tulisan, kita mampu menggunakan untuk masalah dunia, pendidikan sampai masalah pemasaran dalam dunia manajemenpun, bisa. “Tahap dorongan” bisa diganti dengan “tahap masalah”, dan ditahap inilah orang merumuskan apa masalah yang harus dipecahkan.

        Akan tetapi tahapan-tahapan tersebut tidak menjamin berhasilnya suatu solusi atau ide. Itu hanya alat bantu. Tapi tidak mengapa. Kegagalan jauh-jauh lebih baik dari pada tidak pernah melangkah.

        Contoh kegagalan, dulu orang yang jengkel dengan kabel charger itu akhirnya melakukan inovasi. Ia membuat charger tanpa kabel! Hebat! Konsumen menyambut benda yang tampak seperti obat nyamuk elektrik. Tapi, setelah dicoba lama-kelamaan orang tahu bahwa handphone tidak dapat dipakai ketika dicas.

        Contoh lain, penulis yang tidak puas dengan penerbitpun, lalu memasarkan sendiri tulisannya. Kemungkinan berhasil ada, jika telah punya komunitas pembaca. Akan tetapi penulis akan lelah jika oplah tulisannya tinggi. Kalau dia memasarkan lewat toko buku, ia akan kerepotan menagih. Bahkan ia akan tidak punya waktu dan tenaga lagi untuk menulis. Akan tetapi ternyata hal ini telah dapat diatasi dengan teknologi digital.

         Jadi, kegagalan bukan untuk dihindari, melainkan untuk diatasi.
     
         Ada pula banyak yang berhasil. Jangan berkecil hati, lagi pula ini baru mulai. Ingat bukankah kita di awal telah yakin mampu mengatasi rasa takut gagal. Karena kesalahan dapat diperbaiki.

          Gitu aja kok repot! 

 Latihan

Lanjutkan tabel di atas dengan ide-ide orisinil kita sendiri. Bisa sampai beberapa ide, sampai menemukan ide tulisan yang kita benar-benar suka dan tentu akibatnya kita akan semangat menuliskannya.

www.sketsarumah.com
www.sketsarumah.com Mendesain kebiasaan BELAJAR ilmu syar'i dengan MENULISkannya, diretas bersama teman setia kopi di studio sketsarumah.com.

Posting Komentar untuk "#06 Ide Tulisan, Bagaimana melahirkannya"

Menjadi Penulis Terampil
Hanya dari kebiasaan menulis sederhana
Motivasi Menulis

Gimana nih! memulai menulis

Motivasi Menulis
Kejutan dulu,
lalu Keteraturan

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kalimat

Motivasi Menulis

Merekam objek ide tulisan

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel

Bahasa Indonesia
Belajar
tentang Kata

Motivasi Menulis
Agar Menulis
tidak Lumpuh

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

menulis.sketsarumah.com
Seputar #sejarahislam #biografi #salafushshalih #caramenulis #deskripsi , #eksposisi , #artikel , #essay , #feature , #ceritanyata , #cerpen nonfiksi , #novel nonfiksi , #kisah inspiratif , #biografi inspiratif di studio www.sketsarumah.com.

Ikuti yuk!
Telegram: t.me/menulissketsarumah_com
Twitter: twitter.com/menulisketsarmh

Simpan yuk!
WhatsApp: wa.me/+6285100138746 dengan nama: www.sketsarumah.com