#06 Outline (Kerangka) Bab demi Bab dalam Biografi Inspiratif
Eits! sebentar ... sudah baca postingan Hubungan antar Bab dalam Biografi Inspiratif (5) belum? Jika belum KLIK /TAP > DI SINI. Jika sudah abaikan. Yuk! lanjut baca.
Sebelum ini, kita telah mencoba mengurai dan menganyam untaian-untaian hasrat Ngadiman. Dan, telah kita dapatkan jalinannya, yaitu anyaman selang-seling berkelidan antara untai rantai hasrat sang tokoh dan untai peristiwa lainnya yang sesekali bisa kita munculkan sesuai dengan progres waktunya.
Premis
Berdasarkan analisis kronologis waktu dan terkait hasrat-hasrat Ngadiman pada tabel yang telah dibuat pada postingan sebelum ini, maka dalam cerita tersebut kita temukan beberapa fase. Dalam setiap fase ada Premis yang musti dibuat.Apakah Premis itu? Untuk lebih jelas dan rincinya bisa KLIK /TAP > Pentingnya premis dalam Cerita
Namun, untuk singkatnya Premis itu suatu kalimat-kalimat yang menjadi ide dasar suatu cerita. Biasanya Premis terdiri unsur-unsur Tokoh, Hasrat, Halangan dan Resolusinya (hasilnya, berhasilkah atau tidak).
Baik, sekarang kita coba susun fase dan premisnya.
Fase pertama (dari lahir sampai usia akhir SD), yaitu masa-masa dengan Repetisi Hasrat. Hasrat yang tak diketahui dan tak disadari oleh tokoh, terjadi kebingungan-kebingungan, dikarenakan Ngadiman masih kecil pula. Ngadiman hanya ikut apa maunya orang tua. Sehingga dapat dikatakan di sini hasrat-hasrat ibu-bapaknya lah yang mendominasi kehidupan tokoh. Resolusinya adalah terbentuknya karakter dasar, watak dan sifat Ngadiman.
Fase kedua (usia SMP sampai pertengahan Kuliah sebagai Mahasiswa), masa dengan Konsistensi Hasrat. Hasrat yang lebih jelas, yaitu bagaimana di terima oleh lingkungan dan masyarakatnya. Diterima teman-teman, tetangga, dan sebagainya. Ada percik-percik awal pemberontakan terhadap kungkungan ibunya. Halangannya adalah batin Ngadiman sendiri, karena ia berusaha melawan karakter yang terbentuk akibat peristiwa-peristiwa yang dialaminya fase pertama, akibat didikan ibunya.
Fase ketiga (pada masa pertengahan Kuliah). Yaitu terjadinya Iluminasi Hasrat yakni penyadaran, kejenuhan, bahwa hasrat agar diterima lingkungan dan masyarakat ternyata tidak memberi kebahagiaan. Maka, timbullah hasrat baru, hasrat tujuan hidup berupa rasa tenang dan bahagia terkait kehidupan dia nanti setelah mati, yang sebetulnya ini juga telah muncul berupa letupan kecil ketika dia masih anak SD seusia belasan tahun, yakni pada fase pertama. Di awal belum terasa halangannya. Hasilnya Ngadiman menyendiri, berusaha merenung atas tujuan-tujaan hidupnya. Untuk apa ia ada di dunia ini.
Fase keempat (masa pertengahan Kuliah sampai berkeluarga), kembali pada Konsistensi Hasrat, yaitu konsisten di atas agama. Hanya saja terjadi kebingungan-kebingungan dengan banyaknya kelompok-kelompok dalam Islam. Halangannya ya, kelompok-kelompok Islam itu sendiri, ibu-bapaknya, lingkungan dan masyarakatnya, teman-temannya, dan banyak lagi. Hasilnya Ngadiman menjadi sosok yang suka mencari ilmu agama, dan berusaha mengamalkan. Banyak terjadi revisi-revisi pandangan dalam melihat suatu persoalan hidup.
Fase kelima (masa awal-awal berkeluarga), bertemunya dengan manhaj Salaf sehingga makin fokus di atas Konsistensi Hasrat. Halangannya mulai timbul kebingunan-kebingungan lagi dengan datangnya perbedaan-perbedaan dalam memahami suatu masalah di tubuh Salafiyin. Hasilnya Ngadiman berusaha mencocoki dirinya kepada orang-orang yang lebih mendekati kebenaran dalam mengamalkan manhaj Salafy.
Fase keenam (masa-masa hijrah dari ibukota ke daerah Jawa Tengah), Ngadiman masih di atas Konsistensi Hasrat sampai yakin berusaha di atas manhaj Salafy sejati dengan bimbingan Ulama Kibar. Dan sesungguhnya kebahagian itu terletak pada kekhawatiran atas dirinya, yang jika tidak ikhlash dan ittiba' akan menjatuhkan dirinya dalam ketidakbahagiaan. Halangannya adalah dirinya sendiri, yaitu ketidak ikhlasan dan kurangnya ilmu yang lebih dalam untuk mengamalkan manhaj tersebut. Hasilnya berusaha terus menuntut ilmu dan mengamalkan, dan selalu memeriksa niat keikhlasannya.
Nah, sekarang kita coba mengurai satu-persatu menjadi bab demi bab.
Fase pertama
Seperti dijelaskan di atas pada fase pertama Ngadiman belum tahu hasratnya apa. Yang dominan adalah hasrat-hasrat orang tuanya. Tentu saja, karena Ngadiman masih kecil dan pribadi-pribadi yang selalu dekat pada kesehariannya adalah ibu-bapaknya. Hasilnya adalah karakter, watak dan sifat Ngadiman. Berdasarkan analisis penulis, Ngadiman pada masa kecilnya memiliki 2 kelompok karakter yang saling berlawanan dalam diri dan batinnya. Ini semua akibat pengaruh ibunya yang punya karakter keras dan bapaknya yang punya karakter petualang. Karakter-karakter kelompok pertama timbul pada masa fase pertama (Usia SD), sedang karakter-karakter kelompok kedua mulai timbul pada fase kedua (Usia SMP), walaupun ada beberapa letupan kejadian kecil pertanda adanya karakter ayahnya di fase ini.
Kelompok karakter karena pengaruh ibunya (timbul pada Fase Pertama /Usia SD):
- Disiplin
- Teratur
- Otak kiri
- Penakut
- Pemalu
- Pendiam
- Grogian (gemetar, berkeringat dingin)
- Kuper (kurang pergaulan)
- Kutu buku, akibat kuper dan di rumah saja.
Sekarang, untuk karakter akibat pengaruh ibunya akan kita analisis penyebab-penyebabnya. Karena berdasarkan kausalitas, bahwa kejadian-kejadian di masa kecil akan membentuk karakternya. Adapun karakter-karakter akibat pengaruh bapaknya, akan kita sodorkan fakta-faktanya saja pada fase kedua.
Sebab-sebab karakter akibat pengaruh ibunya.
Didikan ibunya yang keras, agar selalu belajar di rumah ketika tinggal di Jalan Kartini, Sidoarjo dan Kebun Ros, Bengkulu. Terbukti Ngadiman selalu ranking atau juara 1 terus di kelasnya. Setiap hari, ada dibuatkan ibunya jadwal kegiatan jam per jamnya. Ada jam belajar, jam main, jam istirahat siang, jam tidur malam, dan sebagainya.
Karakter penakut dan grogian, dikarenakan sering dimarahi, dibentak dan dipukuli. Kedisiplinan yang ibu Ngadiman terapkan berkonsekwensi jika terjadi pelanggaran sedikit saja, maka hukumanlah ganjarannya.
Adapun karakter pemalu, pendiam dan kuper, disebabkan oleh:
- Tidak terbiasa menjadi pusat perhatian, karena kurang bersosialisasi, jarang kumpul dengan orang-orang dalam kegiatan umum.
- Orang tua kurang bermasyarakat dengan tetangga, karena ibu merasa keturunan ningrat Raja Majaphit Brawijaya, bahkan masih menyimpan silsilah keluarganya. Ngadiman pun dilarang bermain dengan anak-anak kampung sekitar tetangga. Salah satu hal yang mengherankan, keluarga Ngadiman terkadang melakukan pelanggaran terhadap syariat Islam. Entah karena kebodohannya atau memang dalam pemahaman mereka keturunan ningrat itu lawan dari golongan Islam, karena mereka beranggapan golongan Islam itu orang kampung, sarungan, lecek, sering ke masjid. Sehingga amalan ningrat musti berlawanan dengan Islam. Mereka yang ningrat ini boleh dikatakan golongan Abangan. Untuk jelasnya golongan Abangan itu apa bisa KLIK /TAP > DI SINI.
- Tidak terbiasa bicara mengungkapkan ide, kurang diberi kesempatan bicara, selalu di doktrin. Tidak ada orang lain yang bisa menjadi objek disampaikan pendapat-pendapatnya, ya karena kurang bersosialisasi juga.
Karakter kutu buku disebabkan oleh:
- Tak punya saudara kandung laki-laki, hanya punya kakak-kakak perempuan, sehingga tiada kegiatan bermain bersama saudara laki-laki, cuma bisa menyendiri.
- Tidak ada aktifitas karena di rumah terus. Dan kegiatan membaca inilah yang menjadi cikal bakal kelebihan yang mampu menghilangkan sifat-sifat kekurangan lainnya di atas.Terbukti genre bacaan yang disukai adalah petualangan, seperti: Petualangan Tom Sawyer, Winetou, Tintin, dan lain-lain. Dan juga dipengaruhi karakter bapaknya yang petualang.
Interupsi!: Jika Sobat menggunakan smart phone, silahkan rotasi layar 90 derajat dari potret (berdiri) menjadi lanskap (rebah) untuk kenyamanan melihat tabel berikut di bawah ini.
Hasrat | Bab & Judul | Tokoh | Tempat | Tema |
---|---|---|---|---|
Repetisi Hasrat | #1 Water Closet |
| Magersari, Surabaya Kapasari, Surabaya | Kurang bermasyrakat |
idem | #2 Kaleng Terbang |
| Jalan Kartini, Sidoarjo | Tak punya teman bermain yang sebaya |
idem | #3 Nyaris |
| Di dalam pesawat terbang Fokker 27 Kemayoran, Jakarta Padang Kemiling, Bengkulu | Pendiamnya Ngadiman |
idem | #4 Dislokasi |
| Di dalam kapal Panjang, Tanjung Karang Merak, Jawa Barat Curup, Bengkulu | Letupan pertama perlawanan terhadap nasehat orang tua |
sisipan | #5 Kuswadi |
| Jalan Kebon Ros, Bengkuku | Sopir aneh mencari kebenaran tanpa bimbingan ustadz atau ulama. |
idem | #6 Kondangan |
| Kompleks Perumahan Nusa Indah, Bengkulu | Secercah petunjuk tentang Islam |
Untuk Outline Fase Kedua dan Ketiga, kita posting pada postingan berikutnya, bisa KLIK /TAP > DI SINI
Posting Komentar untuk "#06 Outline (Kerangka) Bab demi Bab dalam Biografi Inspiratif"