#05 Hubungan antar Bab dalam Biografi Inspiratif
Eits! sebentar ... sudah baca postingan #04 Peta Gaya Bahasa Tokoh dan Penulis belum? Jika belum KLIK /TAP > DI SINI. Jika sudah abaikan. Yuk! lanjut baca.
Kita telah mengenal tokoh kita, siapa dia, bagaimana batinnya dan bahasanya, apa yang membuatnya bahagia, apa yang dia takutkan.
Lalu, bagaimana sebetulnya cerita bergerak dari bab pertama sampai terakhir?
Kita sudah mencoba menulis satu - dua bab, bahkan beberapa bab awal buku kita. Kini saatnya membaca ulang dan menimbang-nimbang apakah naskah itu cukup menarik. Pedoman dasarnya adalah:
Keseimbangan antara Penting dan Menarik.
Para pembaca cenderung lebih terpikat dengan hal-hal yang menarik, sedangkan kepentingan umum lebih berorientasi kepada hal-hal yang penting.
Sebuah karya yang bagus adalah yang penting sekaligus menarik. Penting artinya memuaskan segi-segi kognitif atau nalar berupa: nilai-nilai yang abstrak, universal, objektif, general dan logis.
Sedangkan menarik artinya menunaikan dalam segi-segi lawannya yaitu afektif atau perasaan yakni: nilai-nilai yang konkret (nyata), partikular, subjektif, spesial, dan puitis.
Untuk mengingat kembali terkait keseimbangan Penting & Menarik, bisa KLIK /TAP > Peta Batin
Sering kita rasakan, naskah kita kurang mengigit, hampa, anyep, tidak jelas, seperti kehilangan arah dan sayur kurang garam pada bab-bab berikutnya.
tidak adanya kaitan yang rekat untuk menyatukan bab-bab nya atau episode-episodenya.
Unsur-unsur cerita telah ada, tetapi itu berceceran, tak ada koherensi, tak ada hal-hal yang mampu menyatupadukannya. Sehingga seolah-olah episode-episode itu tak mendukung cerita secara keseluruhan.
Nah, sekarang apa yang sanggup menjadikan bab-bab yang seakan-akan bercerai berai itu menjadi satu kepaduan?
Tidak lain dan tidak bukan adalah: hasrat sang tokoh utama.
Cerita akan terasa mengalir mulus dan lancar, jika adanya hasrat, adanya pemenuhan hasrat, terpenuhinya hasrat atau ada hasrat baru. Yakni adanya rangkaian hasrat yang saling mengikat dan tersambung.
Kemungkinan di awal cerita, hasrat bisa berupa keinginan yang tak disadari tokoh (implisit), lalu dengan berjalannya usia tokoh hasrat itu secara alami bisa berubah-ubah.
Rantai Hasrat
Ada 3 model rantai hasrat atau keinginan:
1. Konsistensi Hasrat, hanya satu keinginan atau hasrat, dan sulit dicapai oleh tokoh sepanjang cerita. Hanya ada satu rantai hasrat sampai terpenuhi di akhir cerita.
2. Repetisi Hasrat, terdiri dari beberapa hasrat. Tokoh bergerak dari satu hasrat ke hasrat yang lain. Dan, cerita akan berbelok-belok sesuai banyaknya hasrat.
3. Iluminasi Hasrat, tokoh memburu keinginannya, akan tetapi pada akhirnya ia menyadari bahwa yang ia kejar bukanlah hasrat tersebut. Nah, di sini ada titik balik. Hal yang demikian sering terjadi dalam kehidupan nyata, dalam batin seseorang, dan mengandung motif pencerahan. Contoh nyata yang terjadi pada kisah Ngadiman ini,
yaitu ia mengejar kemapanan sosial agar banyak teman, tidak canggung di masyarakat dan ini akibat kungkungan dari ibunya yang anak ningrat sehingga ia menjadi introvert, bersamaan itu pula ia mendapat nilai-nilai kebebasan dari bapaknya yang petualang. Ini merupakan rantai Konsistensi Hasrat.
Namun, ternyata bukan itu yang ia cari. Yang ia buru ternyata rasa tenang dan bahagia terkait kehidupan dia nanti setelah mati, yang sebetulnya ini juga telah muncul berupa letupan kecil ketika dia masih anak SD seusia belasan tahun. Di situ ada titik balik yang kita sebut Iluminasi Hasrat. Ada pencerahan dan kesadaran baru.
Setelah Ngadiman sadar dan tahu yang menjadi hasrat dia yang sebenarnya, maka terjadilah Konsistensi Hasrat sampai kini.
Langsung praktik, periksa cerita kita
Sebelum melanjutkan menulis bab demi bab, kita musti periksa dulu cerita kita.
Cerita kita itu, lebih cenderung dekat kepada rantai hasrat yang mana?
Seperti yang dianalisis di atas, bahwa cerita tentang si Ngadiman ini kita temukan adanya Iluminasi Hasrat. Sehingga di situ terdapat kombinasi-kombinasi dari berbagai jenis rantai hasrat. Berikut kita buat tabelnya agar lebih jelas lagi, beserta perjalanan waktunya:
Interupsi!: Jika Sobat menggunakan smart phone, silahkan rotasi layar 90 derajat dari potret (berdiri) menjadi lanskap (rebah) untuk kenyamanan melihat tabel berikut di bawah ini.
Domisili | Tahun, Usia, Sekolah /Kegiatan | Hasrat | Rincian Hasrat | Rantai Hasrat |
---|---|---|---|---|
Magersari, Surabaya | 1970 - 1971 5 - 6 tahun, TK | Tidak sadar hasrat apa |
| Repetisi Hasrat |
Jalan Kartini, Sidoarjo | 1971 - 1972 6 - 7 tahun, SD | idem | idem | idem |
Jalan Kebon Ros (sekarang jalan Kyai Ahmad Dahlan), Bengkulu | 1972 - 1975 7 - 10 tahun, SD | idem | idem | idem |
Kompleks Perumahan Nusa Indah km 3,5, Bengkulu | 1975 - 1980 11 - 16 tahun, SD, SMP | Hasrat bermasyarakat |
| Konsistensi Hasrat |
Jalan Setiabudi VI Gang 4, Jakarta Selatan | 1980 - 1983 16 - 19 tahun, SMA | Hasrat serba bisa |
| idem |
Jalan Rawa Selatan IV, Jakarta Pusat | 1983 - 1985 19 - 21 tahun, Kuliah | idem | idem | idem |
Kos-kosan, Srengseng, Jakarta Selatan | 1985 - 1989 21 - 25 tahun, Kuliah | Titik balik, penyadaran | Jenuh | Iluminasi Hasrat |
Jalan Setiabudi VI, Gang 4, Jakarta Selatan | 1989 - 1996 25 - 32 tahun, Bekerja, Wira Usaha, Dosen | Hasrat Tujuan Hidup |
| Konsistensi Hasrat |
Jalan Cempaka Baru VI, Jakarta Pusat | 1996 - 1997 32 - 33 tahun, Wira Usaha, Dosen | idem | Ingin ngaji | idem |
Jalan Batu, Srengseng, Jakarta Selatan | 1997 - 1999 33 - 35 tahun, Wira Usaha, Dosen | idem | Ingin ngaji | idem |
Jalan Faletehan, Tanah Baru, Depok | 1999 - 2005 35 - 41 tahun, Wira Usaha, Guru, Belajar | idem | Ingin ngaji lebih intens | idem |
Kompleks Perumahan Ponpes Minhajus Sunnah, Muntilan | 2005 - 2010 41-46 tahun, Wira Usaha, Bekerja, Belajar | idem | Ingin ngaji lebih intens | idem |
Grenjeng, Kartasura | 2010 46 tahun, Wira Usahaa, Bekerja, Belajar | idem | Ingin ngaji lebih intens, anak-anak juga. | idem |
Kebokura, Sumpiyuh | 2010 - 2011 46 - 47 tahun, Wira Usaha, Bekerja, Belajar | idem | Ingin ngaji lebih intens dan anak-anak juga | idem |
Mujur, Kroya | 2011 - 2015 47 - 51 tahun, Wira Usaha, Guru, Belajar | idem | Ingin ngaji lebih intens dan anak-anak juga | idem |
Jalan Salamsari - Kemiri, Kedu, Temanggung | 2015 - Sekarang 51 - Kini, Wira Usaha, Guru, Belajar | idem | Ingin ngaji lebih intens dan anak-anak juga | idem |
Hubungan Antar Bab
Setelah kita bahas rantai hasrat, sekarang kita akan bahas pula rangkaian dan ikatan tapi dalam bentuk lain, yaitu hubungan antar bab. Koherensi atau kepaduan antar bab atau episode sangatlah penting. Bukan hanya menulis cerita, menulis apapun selalu memasukkan unsur kepaduan. Menulis suatu paragraf, musti memperhitungkan masalah kepaduan antar kalimat. Menulis suatu opini atau artikel juga butuh kepaduan antar paragraf-paragrafnya sehingga "nyambung" secara nalar.
Begitu pula, menulis suatu bab dalam suatu cerita, tentu saja musti adanya kepaduan antar paragraf-paragrafnya, ada nya faktor kausalitas - ini telah kita bahas - antara momen yang satu dengan yang lain. Sehingga, episode dari suatu cerita akan mengalir, bergerak secara wajar, walaupun terkadang di dalamnya ada kejutan-kejutan, tensi, ketegangan, konflik yang memang dengan itulah para pembaca terpikat untuk membaca terus.
Sama halnya dengan bab demi bab, kita butuh kepaduan, agar cerita terasa bergerak dan adanya progesi pada kisah. Adanya perkembangan menuju akhir cerita dan terjadi kesatuan yang utuh. Bagaikan organ-organ tubuh kita, jika tidak terhubung secara utuh, maka mereka hanyalah berupa potongan-potongan tubuh yang teronggok bersama kematiannya. Bagian-bagian tubuh itu harus terhubung satu sama lain agar hidup. Maka dari itulah, koneksi antar bab yang akan menghidupkan cerita!
Menyusun ulang urutan bab demi bab
Setelah kita menulis beberapa bab, dengan menunggangi hasrat kita sendiri sebagai manusia dan juga untuk menjaga konsistensi semangat menulis, terkadang kita musti mulai memeriksa kembali agar bab demi bab kita semakin terarah dengan jelas menuju akhir cerita. Kini, saatnyalah kita menyusun ulang urutan bab.
Apalagi jika kita lihat cerita kita mulai ruwet, banyak kejadian, banyak alur atau plot, bahkan bercabang-cabang berupa sub-alur, berseliweran karakter-karakter, banyak konflik, membanjir di benak kita. Tak usah panik, tak usah bingung. Itu wajar.
Imajinasikan cerita yang kacau balau itu bagaikan gumpalan benang kusut "bin mbundel". Kita telah tahu bagaimana solusi benang kusut. Diurai dan digulung atau dianyam kembali. Sehingga, jelas kembali jalur-jalurnya dan mudah mengikuti alurnya.
Langkah pertama, mengurai
Yuk, kita imajinasikan kembali cerita kita sebagai suatu anyaman panjang yang terdiri dari beberapa untai. Semakin kompleks semakin banyak untai yang dianyam.Setelah kita lihat dari daftar peristiwa nyata yang telah kita susun di postingan Ide Tulisan Kisah Inspiratif, bagaimana melahirkannya, ternyata tak begitu ruwet, karena ini kisah nyata yang alur atau plot cerita terpusat kepada sang tokoh, untuk sementara ini kita temukan 2 jenis untai:
- Untai pertama, adalah yang harus ada yaitu rantai hasrat sang tokoh Ngadiman.
- Jenis untai yang kedua, adalah semacam mata rantai peristiwa dan suasana yang tampaknya menarik dikisahkan dan sayang bila tak diceritakan. Misalkan saja, cerita tentang seorang tokoh bernama Kuswadi, sopir yang aneh, dan lain-lain.
Langkah kedua, menganyam
Setelah kita urai, dan kita dapati hanya 2 jenis untai, maka sekarang kita anyam ke dalam satu ikatan panjang dan berpola. Adapun, model anyamannya adalah anyaman selang-seling berkelidan antara untai dengan rantai hasrat sang tokoh dan untai peristiwa lainnya yang sesekali bisa kita munculkan sesuai dengan progres waktunya. Sebagai alat bantu, kita bayangkan bentuk ini:
Kemudian, sekarang kita akan membuat progres cerita dalam bentuk lain, yaitu: berdasarkan kemajuan atau perkembangan unit informasi. Berikut ada beberapa model, yang mana model-model ini bukan dipilih salah satunya, akan tetapi bisa digunakan saling melengkapi.
- Dari peristiwa ke peristiwa lainnya. Model ini sangat sederhana dan paling cocok untuk kisah nyata ini dengan terpusat pada sang tokoh utama.
- Dari sedikit atau sederhananya informasi ke banyak atau kompleksnya informasi (dari kepingan-kepingan ke gambaran utuh). Model ini bisa diterapkan juga pada kisah nyata Ngadiman yang terdapat di dalamnya Iluminasi Hasrat. Hasrat sebelumnya tentu tidak sama dengan hasrat yang ada pada akhir cerita. Sehingga yang tadinya pembaca mengira adanya suatu hasrat tertentu, ternyata setelah adanya Iluminasi Hasrat, yaitu penyadaran. Baru setelah itu, tergambar secara utuh hasrat yang sejatinya.
- Dari intensitas rendah ke intensitas tinggi. Tujuannya merangsang agar para pembaca berkeinginan mengikuti cerita terus. Dimana cerita semakin menuju akhir cerita semakin sering terjadi pergumulan eksistensi manusia. Dan ini cocok juga untuk kisah Ngadiman ini.
- Dari konkret (hal-hal yang nyata) menuju abstrak. Ini cocok untuk cerita yang memuat suatu pemikiran, moral atau pun prinsip hidup. Karena menceritakan hal-hal yang real lebih mudah dipahami para pembaca, lalu semakin ke akhir cerita semakin abstrak menjelaskan pemikiran tersebut. Meskipun demikian terkadang sedikit demi sedikit di sela-sela cerita kita bisa sertakan hal-hal yang abstrak, agar pembaca langsung faham, hanya saja tidak perlu yang terlalu berat. Sedikit demi sedikit saja.
Posting Komentar untuk "#05 Hubungan antar Bab dalam Biografi Inspiratif"